PERBEDAAN UMAT ISLAM DAN NON-ISLAM KETIKA GERHANA TERJADI
Gerhana Bulan dan Matahari merupakan suatu fenomena alam yang terjadi dan kejadiannya dengan jarak waktu yang lama. Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallamdalam Sabdanya tentang gerhana :
”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi kerana kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebahagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.”
Setiap Umat Muslim menyakini bahwa terjadinya gerhana bukan karena suatu kejadian hidup atau matinya seseorang. Sesuai Sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, hal utama terjadinya gerhana karena itu merupakan tanda kekuasaan Allah SWT sebagai pemilik Bumi dan langit beserta isinya. Satu hal lain yaitu untuk memberi ketakutan kepada hamba-Nya. Makna takut disini berarti harus selalu ingat dengan kematian, bala bencana ataupun musibah lainnya. Dengan kata lain kita sebagai umat Islam harus banyak ber-Zikir, berdoa dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Jika Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam saja takut ketika terjadi gerhana, apalagi kita sebagai manusia biasa.
Realita yang terjadi di zaman sekarang, banyak umat khususnya Umat Islam yang tidak melakukan hal seperti yang di Sabdakan Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam. Fenomena Gerhana Bulan dan Matahari seakan dijadikan sebagai suatu hiburan. Mari kita lihat beberapa gambar ketika terjadinya Gerhana Bulan 31 Januari 2018 yang terjadi dan bisa dilihat secara kasat mata oleh sebahagian penduduk di dunia khususnya di Indonesia.
Gerhana bulan telah berakhir. Wisatawan pengunjung Ancol senang dan puas bisa menyaksikan momen langka ini. Terjadi di Ancol yang menonton dan menjadikan gerhana sebagai hiburan .
Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai fenomena alam seperti gerhana bulan, bisa dijual jadi paket wisata. Terkadang miris menyikapi ini, suatu fenomena alam, seorang pemimpin akan menjadikan sebagai wisata yang bisa jadi pemasukan.
Warga Purworejo Keliling Kampung Tabuh Kentongan Saat Gerhana Bulan. Ketongan dibunyikan beramai-ramai dan obor dinyalakan tujuannya untuk mengusir raksasa tersebut dan harapannya agar segera melepaskan Dewi Candra atau rembulan yang telah dimakan. Cara unik tersebut lama-lama jadi tradisi turun temurun.
Foto di halaman Kanwil Kemenag Prov. Aceh untuk melihat fenomena gerhana secara bersama-sama.
Dan berikut beberapa dokumentasi yang sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno akan melakukan salat gerhana bulan di Masjid Al Mubarok, Cempaka Putih.
Warga kabupaten Pidie melaksanakan Shalat gerhana berjamaah dan diisi dengan Khutbah.
BEDA UMAT ISLAM DAN NON-ISLAM
Dari beberapa gambar dokumentasi tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat macam ragam yang dilakukan Umat Islam khususnya ketika gerhana terjadi. Umat Islam khususnya, jika memang mengikuti Sabda Nabi Muhammad SAW, ketika gerhana terjadi dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunat. Namun, realitanya banyak yang berbondong-bondong untuk menyaksikan gerhana untuk bergembira, hiburan dan hal lainnya yang tidak dianjurkan Nabi Muhammad SAW.
Dalam Khutbahnya ketika Shalat jamaah Gerhana di Mesjid Al Falah Sigli, DR.Tgk.H. Amri Fatmi, Lc.MA. mengatakan:
"Perbedaan antara Umat Islam dengan Non-Islam salah satunya ketika terjadinya Gerhana Matahari dan Bulan, Umat Islam berbondong-bondong untuk melakukan Sujud melalui Shalat Sunat. Sedangkan umat Non-Islam, berbondong-bondong menuju suatu lokasi untuk dapat melihat gerhana Bulan ".
vote back
Like