Setinggi-tingginya Sanjungan untuk Miftahul Jannah
"Akhirnya Miftah mendapatkan semua balasan manis atas keputusannya. Kecuali ia kelak akan dipolitisasi oleh oknum-oknum politikus kita yang gatal tangan dan itam punggong untuk mendapatkan kekuasaan yang diperebutkan pada 2019.."
Perempuan yang memiliki komitmen sekuat batu karang ini didiskualifikasi di pentas olahraga bertaraf internasional Asian Para Games 2018 karena enggan melepas hijab dalam pertandingan cabang judo. Miftah didiskualifikasi karena dinilai melanggar peraturan Internasional Judo Federation (IJF). Aturan yang melarang atlet judo untuk menutup kepala dengan alasan keselamatan si atlet.
Di sini keteguhan iman Miftahul Jannah dipertaruhkan. Antara mengikuti aturan yang dibuat IJF atau melanggarnya dan menuruti aturan Rabb dan tidak melepas penutup kepala. Akhirnya kita semua tahu, Miftah mengambil keputusan luar biasa dengan tetap berhijab dan urung bertanding. Ini adalah keren yang yang tak bisa ditampik.
Seperti biasa, kisah apik seperti yang dialami Miftahul Jannah dengan cepat tersebar di dunia maya dan ramai diperbincangkan. Bahkan segala dukungan meluncur deras untuk perempuan santun ini. Bahkan, mantan murid SDLN Susoh Abdya itu dibanjiri hadiah dari berbagai kalangan.
Seperti dilansir media mainstream Aceh, hingga, Selasa (9/10/2018) malam, Miftahul Jannah telah menerima hadiah lima tiket umrah gratis. Rinciannya, satu tiket dari Anggota DPRK Abdya bernama Zulkarnaini, satu tiket lagi berasal dari Fraksi PKS DPR-RI, dan kemudian tiga tiket umrah gratis lainnya berasal dari salah ustadz populer di Youtube, Ustadz Adi Hidayat.
Miftahul Jannah juga mendapat hadiah uang dari anggota DPR Aceh atas nama Asrizal H Asnawi. Diketahui anggota dewan dari Partai PAN tersebut memberikan hadiah sebesar Rp 10 juta kepada Miftah yang merupakan mahasiswi Prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Pasundan, angkatan 2017 tersebut.
Miftahul Jannah saya pikir pantas mendapatkan itu semua karena sikap dan prinsip yang ia yakini. Jarang-jarang ada manusia yang memilih kata hati ketimbang popularitas diri di zaman sekarang. Tetapi Miftah memilih jalan sunyi untuk tetap menjadi manusia pemilik iman yang kuat dan tunduk pada Sang Pemilik Semesta.
Akhirnya Miftah mendapatkan semua balasan manis atas keputusannya. Kecuali ia kelak akan dipolitisasi oleh oknum-oknum politikus kita yang gatal tangan dan itam punggong untuk mendapatkan kekuasaan yang diperebutkan pada 2019. Setelah mendapat bantuan dari berbagai pihak, Miftah juga akan mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Aceh.
Saya memperhatikannya dari Snapgram Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dan juga status Facebook salah satu pejabat Pemerintahan Aceh, Usamah El-Madny. Kedua orang berpengaruh dalam tubuh Pemerintah Aceh itu sedang mengupayakan sesuatu yang spesial untuk Miftahul Jannah. Semoga terealisasikan segera.
Apapun itu, saya kira, Miftahul Jannah telah mengajari kita satu hal, bahwa, tak ada yang lebih mahal dari prinsip dan keyakinan. Keduanya adalah harta yang tak bisa ditawar dengan harga berapa pun. Tak bisa dinegosiasikan oleh siapa pun. Maka oleh sebab itu, saya kira kita semua patut memberikan sanjungan setinggi-tingginya untuk Miftahul Jannah. Sekian. Salam literasi.
Regards
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
Ini bukan kejadian yang pertama dialami atlet Muslim di berbagai even. Kalau tidak salah, dulu atlet Saudi Arabia juga pernah dilarang tampil karena berhijab. Soal hijab, memang tidak bisa ditawar-tawar. Tapi setiap olahraga, tetap ada aturannya dan itu bisa berubah. Kenapa tidak ada informasi sebelumnya mengenai aturan tersebut dalam technical meeting, sehingga tidak perlu membuat atlet kecewa dan bisa membuat pilihan sejak awal.
Iyaa, Bang Ayi. Kejadian ini pernah dialami oleh atlet judo Arab. Dan sayangnya belum ada yang belajar dari kasus itu. Maka kejadian macam ini akan terus berulang. Takutnya dipolitisasi dan kasusnya bakal panjang dan pelik diselesaikan.. Semoga ini pelajaran terakhir dari kasus macam ini..