Dr Mehmet Ozay, Intelektual yang Memperkenalkan Kembali Aceh ke Publik Turki
sumber foto: Facebook Mehmet Ozay
Oleh Teuku Zulkhairi
Tiba-tiba saya mendengar kabar bahwa Dr Mehmet Ozay sudah kembali ke Turki. Beliau kini mengajar Sosiologi Agama sebagai asisten Professor di Universitas Ibnu Khaldun di Istanbul. Lihat: http://soc.ihu.edu.tr/en/mehmet-ozay-2/./ .Terakhir sebelum pulang ke Turki, seingat saya beliau pernah menjabat sebagai Kepala Biro kantor berita Turki (Anadolu Agency) di Jakarta sebelum pindah ke Kuala Lumpur.
Dan sebelum itu, kalau tidak salah saya, sekitar 10 tahun di kawasan Nusantara melakukan berbagai penelitian, khususnya tentang Aceh dan kawasan lainnya di Asia Tenggara. Cukup banyak tulisan beliau dalam bahasa Turki, Inggris dan Indonesia dengan topik-topik antropologi, sosiologi dan sejarah.
Saya beryukur kepada Allah karena ketika beliau di Aceh, kami cukup sering berdiskusi dalam berbagai tema, mulai tentang sejarah Aceh, sejarah Ottoman, Turki modern hingga kawasan nusantara. Sungguh ilmunya begitu banyak. Dan yang paling seru, beliau sudah lancar berbahasa Indonesia.
Ket foto: penulis saat berziarah ke makam Sultan Muhammad Alfatih di Istanbul
Berkat perkenalan dengan Dr. Mehmet Ozay pula, pada tahun 2015 dengan izin Allah saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi Turki dalam sebuah acara Expo majalah-majalah dunia Islam di Istanbul. Saat itu, Dr Mehmet berpesan kepada saya agar mempromosi Aceh kepada orang-orang Turki. Dan untuk tujuan itu, beliau meminta saya untuk mencari seorang transletter yang bisa berbicara bahasa Inggris untuk membantu saya disana. Saya menunjuk karib saya, Teuku Farhan. Dr Mehmet pun setuju. Pada Expo itu, Teuku Farhan berkomunikasi dengan hadirin dalam bahasa Inggris, dan saya dengan bahasa Arab. Kami berbicara dengan sejumlah penulis dan jurnalis dari Iran, Bulgaria, Bosnia, Palestina, Ukraina, Tunisia, Arab Saudi dan sebagainya. Dan seingat saya, beliau pula yang mengirim Ariful @arfa untuk magang ilmu jurnalis di Turki selama sebulan.
Saya cukup bersyukur bisa mengunjungi Istanbul, bukan saja karena keindahan kotanya yang membuat hati rindu untuk balik lagi, tapi juga karena faktor sejarah Islam. Di Istanbul, kita bisa melihat langsung jejak-jejak warisan peradaban Islam yang agung di Mesium Topkape. Membuat kita semakin bangga menjadi muslim.
Kilas ke belakang sedikit, awal pertemuan saya dengan Dr. Mehmet Ozay adalah saat beliau mewawancarai saya di Warkop Solong Ulee Kareng, tempat yang beliau sukai untuk diskusi. Saat itu beliau mewawancarai saya tentang “Kitab Masailal Muhtadi li ikhwanil Mubtadi”. Kitab yang saya pelajari waktu kecil, dan baru kemudian saya ketahui rupanya penulisnya adalah ulama Aceh keturuan Turki, Daud Baba.
foto bersama sesuai shalat di masjid Ulee Kareng, paling kananTeuku Farhan, Dr Mehmet Ozay, sejarawan Aceh Dr Husaini Ibrahim dan teuku zulkhairi
Sejak saat itu, dalam berbagai kesempatan kami berdiskusi. Saya menangkap kecintaan beliau yang sangat kepada Aceh, khususnya karena faktor sejarah dimana Ottoman dan Aceh pernah berhubungan yang begitu mesra. Hubungan itu, kata Dr Mehmet Ozay suatu ketika bukanlah hubungan dimana sekedar tentang Aceh yang meminta bantuan kepada Ottoman (Turki Usmani), namun rupanya adalah hubungan yang setara. Artinya, Ottoman dalam versi beliau tidak melihat Kesultanan Aceh sebagai yunior, melainkan sebagai partner. Kesultanan Aceh saat itu memberi dukungan logistik kepada Ottoman.
Dr Mehmet Ozay suatu hari mengunjungi rumah penulis dan mampir di balai pengajian abg penulis Tgk. M. Ali di Nibong.
Saya sering mendengar ungkapan Dr. Mehmet Ozay yang memuji Aceh dan berbangga dengannya. Dan sejak saat itu, saya perlahan-lahan mulai “bangga” dilahirkan sebagai muslim dan orang Aceh. Bukan karena hal lain, tapi semata-mata karena faktor sejarah masa lalu dimana Aceh adalah bangsa yang besar dan dengan peradaban yang besar pula.
Dr. Mehmet Ozay juga akrab dengan banyak aktivis dan akademisi Aceh lainnya. Beliau juga menyukai ulama-ulama Aceh dan dayah.
Sebagai bentuk dedikasinya untuk Aceh, Dr. Mehmet Ozay bersama Thayeb Loh Angen( @peradabandunia ) juga mendirikan Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki (PUKAT). Dulu sering membuat acara diskusi di ruang diskusi Sultan Selim II Hotel, Banda Aceh. Mendiskusikan tentang tokoh-tokoh Aceh dan juga ide-ide membangun Aceh. Ket foto: Dr Mehmet Ozay Foto bersama sesuai acara dialog yang diselenggarakan PUKAT dg tema: Solusi air bersih untuk Banda Aceh.
Salah satu karya Dr. Mehmet Ozay tentang Aceh adalah buku beliau dengan judul Kesultanan Aceh dan Turki: Antara Fakta dan Legenda, “(2014)”, buku ini saya simpan dengan baik dan saya baca berulang-ulang. Buku beliau lainnya adalah “Sekülerleşme ve Din (Sekulerisme dan Agama (2007)”, buku ini ada di pustaka Pascasarjana UIN Ar-Raniry.
Dan yang membuat saya membuat tulisan ini adalah karena yang terbaru, beliau telah melahirkan satu buku lagi tentang “Kerajaan Aceh Darussalam” dalam bahasa Turki. Saya melihat, buku-buku seperti ini akan sangat-sangat membantu promosi Aceh di kalangan publik Turki khususnya dan sekaligus di dunia Internasional tentu saja. Maka saya melihat ini sumbangsih luar biasa beliau untuk mempromosi Aceh.
foto: sampul depan.
Saya belum punya buku ini. Saya membaca tentang ini di catatan Facebooknya Thayeb Loh Angen. Di catatannya ini Thayeb Loh Angen menulis, Buku ini setebal +- 600 halaman. Ada 59 halaman di antaranya adalah daftar putaka (ini daftar pustaka terbanyak untuk buku sejarah yang pernah kubaca), daftar pustaka itu dari data berbagai negara, termasuk sumber dari Surat Kabar The Straits Times, Singapore, terbitan tahun 1870-an, di tengah perang Belanda di Aceh berkecamuk.
Buku ini memakai sudut pandang Islam, Aceh, dan Turki, bukan seperti buku sejarah Aceh yang ditulis oleh penjajah dan Barat serta sejarawan didikannya. Ini adalah buku yang membanggakan bagi khasanah peradaban Aceh.
Judul : Ace Darusselam Sultanligi
Penulis : Mehmet Ozay
Editor : Prof Dr Fahameddin Basar
Tebal Buku : 600 halaman
ISBN : 978-605-2386-08-8/e-ISBN978-605-2386-07-1
Penerbit : Fatih Sultan Mehmet Vakif Universitesi Kutuphanesi CIP, di Istanbul, Turki.
foto: buku sampul belakang.
Dengan buku setebal 600 halaman ini tentang Aceh dalam bahasa Turki ini, tidak diragukan lagi akan memberi sumbangan yang besar bagi promisi Aceh di Turki khususnya dan dunia internasional umumnya. Ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Kita berhutang jasa pada Dr. Mehmet Ozay.
Saya sangat berharap suatu hari beliau kembali diundang ke Aceh mengisi forum-forum ilmiah. Baik oleh pemerintah maupun kalangan akademisi. Sebab, kita memang harus berterimakasih kepada siapa saja yang telah membantu promisi Aceh di mata Internasional bukan? Sebab, itu bukanlah perkara mudah. Islam mengajari kita untuk berterimakasih walaupun tidak diminta. Terimakasih Dr Mehmet Ozay. Jazakumullah khairan katsiran.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa saya sambung lagi.... amiin
cc: @eshapunver
Terama kasih Dr Mehmet Ozay