Membuntuti Ambulance Yang Mendapat Prioritas Di Jalanan
pixabay
Malam ini saya menuju Banda Aceh untuk sebuah keperluan, begitu saya keluar SPBU Calang terlihayt di belakang saya ada sebuah mobil yang tak lain adalah sebuah Ambulance, saya membiarkan Ambulance itu mendahului saya, saya tidak tau Ambulance itu dari mana asalnya, kecepatan rata-rata Ambulance itu 100 KM perjam, hal itu saya tau karena speed yang ada di dasboard mobil saya menunjukkan jarum pada angka 100.
Saya mengikutinya sejak Ambulance itu mendahului saya, satu persatu mobil yang ada di depannya didahului, saya dengan enjoy mengikuti irama yang dimainkan Ambulance itu, hanya sesekali saja saya tertinggal dan diselangi oleh mobil lain, itupun karena Ambulance itu mendahului mobil lain di bengkolan atau tikungan, saya memeilih bersabar sejenak untuk tidak mendahului mobil lain di tikungan dan otu sudah menjadi aturan yang saya terapkan pada diri saya sendiri.
Perjalanan dengan jarak tempuh 174 KM itu, saya tetap berada di belakang Ambulance itu, KM demi KM dilalui dengan irama kecepatan yang sama, sesekali saja terlihat Ambulance itu menekan pedal rem pada tikungan-tikungan tajam sekedar berhati dan juga sedikit mengangkat kaki kanannya dari pedal gas untuk menurinkan kecepatan dari 100 KM perjam menjadi 90 atau 80 KM perjam, dan itu hanya dilakukan supir Ambulance itu pada tiap bengkolan-bengkolan patah atau melingkar mencapai 145°.
Dilain waktu sang supir juga sedikit menginjak pedal gas karena ada kawanan lembu yang berkandang di jalan aspal, lalu kembali memindahkan kaki kanannya pada pedal gas sedikit menginjak agar kecepatan Ambulance itu kembali pada kecepatan semula, saya tetap berada di belakangnya sampai akhirnya kami tiba di KM 100 saya melihat Ambulance itu melambat, saya membatin apakah pasien yang ada di Ambulance itu sekarat, dan saya hanya bisa mendoakan agar pasien yang tidak saya kenal danbkuga tidak saya tau asalnya itu bisa sampai ke tujuan dan mendapatkan perawatan. Saya tetap berusaha berada dibelakangnya walaupun Ambulance otu sudah melambat, kemudian Ambulance itu kembali melaju dengan kecepatan standard.
Sesampainya di Lamno saya melihat Ambulance itu menghidupkan lampu send kanan pertandabdia akan masuk ke SPBU Lamno, dan saya kuga singgah sementara unuk ke toilet, setelah selasai menunaikan hajat hidup di toilet saya keluar dan saya lihat Ambulance itu baru akan mengisi bahan bakar, sementara saya memilih jalan lebih dahulu dengan kecepatan di bawah 100 KM perjam dan samlai di puncak Geurutee saya terjebak macet di depan saya lihat ada sebuah tronton pengangkut alat berat, dibelakang tronton itu ada sebuah mobil colt, dan dua mobil tanko CPO, saya ada pada urutan kelima.
Tidak sampai tiga menit saya mengantri di belakang mobil tanki CPO, sudah terlihat Ambulance dan beberapa mobil lain di belakangnya, karena Ambulance mendapat prioritas dia berusaha memberitahukan pada mobil-mobil berbadan beaar dan panjang yang di depan itu dengan menghidupkan sirine, dan saya menghidupkan lampu send kiri pertanda memberikan jalan pada Ambulance itu, lalu dia menghidupkan lampu send kanan untuk mendahului, begitu Ambulance itu berpapasan di sebelah kanan saya, saya menghidupkan lampu send kanan untuk kembali mengikuti Ambulance yang mendapat prioritas utama.
Malam ini saya betul-betul mengikuti irama yang dimainkan Ambulance itu, sebenarnya saya bisa saja jalan lebih cepat tapi mengikuti irama Ambulance punya sensasi tersendiri. Betapa tidak hqmpir semua mobil mengalah dan memberikan jalan untuk Ambulance dan saya memanfaatkan itu, hanya satu dua penhemudi yang tidak faham akan aturan di jalanan untuk memprioritaskan beberapa kendaraan, seperti Ambulance, mobil pemadam, patwal yang sedang mengiringi rombongan baik itu pejabat maupun rombongon umum lainnya.
Perjalan saya malam ini berakhir di simpang dodik Lamteumen, karena Ambulance itu memilih jalan lurus sedangkan saya memilih arah ke kanan. Sebuah perjalan yang enjoy bukan?