Sepenggal Cerita Pertemanan
Mendung menampar matahari sebelum sempat sembunyi dibalik gunung. Rintik hujan tidak sempat menyentuh bumi karena tersapu angin, tetapi pesan beruntun itu cukup bagiku untuk segera memindahkan baki-baki penjemur kopi kedalam gudang.
Kutelusuri ingatan masa-masa SMA begitu aku selesai mengerjakan kebiasaan rutinku yang lebih bermanfaat daripada merenung dan berpikir.
Aku berfikir terlalu banyak jika dibandingkan dengan orang lain rata-rata. Dari hasil survey bertahun-tahun aku termasuk orang yang terlalu banyak berfikir dalam skala 1:9 orang. Kuketahui itu karena setiap aku menemukan kelompok pertemanan jumlahnya hampir selalu delapan orang.
Dari delapan temanku "biasanya" dua diantaranya adalah pelaksana, apapun kegiatan yang kami lakukan jangan suruh mereka berfikir jika tidak mau mendengar kata "terserah" atau alih-alih menerangkan gagasan.
Yang dilakukannya malah marah-marah sampai kami lupa membahas apa.
Tiga orang diantara kami adalah pemilik modal jadi tidak masalah mereka adalah pemikir atau pelaksana. Karakter mereka sebaiknya disamarkan dalam situasi apapun karena kekuatan kelompok mengenai sumber daya selain tenaga dan pikiran ada pada ketiga orang ini. Dan pada akhir dari apapun mereka akan mendapat jatah apresiasi yang sekadar basa-basi agar mereka tidak bosan mendukung kelompok ini, karena pujian sangatlah bernilai menggantikan sebanyak apapun yang sudah mereka korbankan untuk kelompok pertemanan ini.
Sedangkan dua orang lain diantaranya adalah sosok-sosok yang selalu menilai untung rugi dari kegiatan apapun. Titik berat proses berfikir mereka adalah keuntungan seberapa besar yang akan mereka dapatkan jika melakukan sesuatu yang mengakibatkan daya khayal mereka terjepit.
Tetapi kedua orang ini selalu saja bisa diandalkan untuk mendaki gunung melewati lembah asalkan terlebih dahulu diyakinkan bahwa hal itu memiliki keuntungan. Meskipun pada akhirnya keuntungannya adalah mereka jadi tontonan bagi anggota kelompok yang lain.
Satu yang terakhir adalah yang sangat cermat dalam berfikir. Sekecil apapun hal yang dipikirkan dan dilakukannya pasti sangat cermat sehingga jauh dari kata sia-sia. Tetapi yang terakhir ini cenderung pelit, hanya memikirkan apa yang dilihatnya dan melakukan apapun hanya dalam jangkauan.
Selain itu dia cenderung membiarkan orang lain mengambil resiko lebih dulu sebelum kemudian mengikutinya apapun yang terjadi. Bagi dia yang penting ada yang memulai duluan, lantas dia ikut demi kebersamaan apapun resikonya. Lucunya !
Tidak pernah ada pembatasan gender dalam gerombolan ini.
Yang penting kuat menahan diri untuk tidak tersinggung, bisa dipanggil kapan saja, bersedia ditempatkan di mana saja dan bersedia digantikan oleh siapa saja.
Anggota kelompok ini tidak pernah kekal, selalu ada pergantian karena faktor migrasi kepribadian, pendidikan, tempat kerja dan bulan-bulan tertentu yang menyebabkan anggota kelompok menghilang dan digantikan orang baru.
Semoga berkenan. @zenangkasa
Tiga serangkai yang saling melengkapi
Nostalgia bg Ir
Tulisannya sudah sangat bagus, hanya saja kosong foto, abang @zenangkasa ambil saja ilustrasi foto pertemanan di internet biar lengkap samad..hehe
Makasi bg.. Crome sempat error, gak ngasi upload foto, padahal udh kebelet posting waktu itu.. Mohon maaf bg mengganggu mata 😂
Gile lu zen, tulisan ini begitu mahal... Salkomsel
Salkomsel bg.. Mahal apaan ken bg.. Waktu yg mahal skrg bg.. 😑
Tulisan ini bukan sekadar renyah untuk dibaca akan tetapi juga memiliki sisi analisa yang tajam. Salam kenal. 😊
terimakasih, semoga menghibur kakak.. salam kenal kembali dari Kota Hujan