LET’S RESTART, SHALL WE? | MARI MULAI KEMBALI, YUK
Would you dare to share your real-life experiences via online internet? Our misery, hope, and even our dreams? In this #blockchain technology (#steem), virtually we store it forever, and everyone can have access to it.
Apakah kamu berani untuk membagikan pengalaman kehidupan nyata kamu melalui internet? Kesedihan, harapan atau bahkan impian kita? Melalui teknologi blockchain ini (#steem), kenyataannya kita dapat menyimpan itu semua selamanya, dan semua orang bisa memiliki akses itu.
What I mean by “restart’ here is that I want to really make a proper introduction myself. I did my introduction a while back, and I reckon that it was not proper enough, I think.
Hal yang saya maksudkan di sini sebagai “mulai kembali” adalah bahwa saya ingin membuat perkenalan diri yang benar-benar sesuai. Saya sudah melakukan perkenalan sebelumnya, dan menurut saya masih sedikit kurang sesuai, saya kira.
Let’s start with the reason why I ended up in this platform, this #steemit account. It started with Bitcoin. Would you believe? I am no IT engineer, no programmer, even I cannot fix my own laptop when it slowed down just by opening music software while I am writing on Microsoft word. I had to ask my friend to fix it. So how can I know the bitcoin? Let alone blockchain?
Mari kita awali alasan saya bisa bertemu dengan platform ini, akun #steemit. Diawali dengan Bitcoin. Apakah kamu percaya? Saya bukanlah seorang teknisi komputer, atau teknisi program, saya bahkan tidak bisa memperbaiki laptop saya sendiri saat menjadi lambat hanya karena saya membuka aplikasi music saat saya sedang menulis menggunakan Micosoft Word. Saya harus minta tolong kepada teman saya untuk memperbaikinya. Jadi, bagaimana saya tahu tentang bitcoin? Terlebih lagi tentang blockchain?
First, by saying knowing these stuffs, meaning that I know as a newbie. I started knowing #Bitcoin around late 2016. At that time, I was stumbled upon friend’s twitter post about bitcoin. I started to reach out this Bitcoin, and learn as best as I could. Then I know a little bit about blockchain technology, the tokens, the cryptocurrencies, the coins, the ICOs, etcetera. As my curiosity deepen, I jumped to Youtube to find it out. Boy, did I shock. The blockchain technology is rapid growing technology. Some say that it is the Internet 4.0! Well, in my understanding, first Internet version is anything before the Search Engines when we have to type all the URLs by memorizing ourselves. The next version is when to Search Engines massively adopted, and the last one (we are now in) is the “social media” era. This version allowed us to make more intricate connections to other people, make comments, likes, shares, reposts, etc (You get the Idea). And now we are on the edge of this new version of internet, fourth version. It’s about decentralized internet where no one can have the ultimate power, IMHO. That’s it. I get carried out, pardon me. Let’s get back to my story.
Pertama-tama, mengetahui disini yang saya maksudkan adalah pengetahuan yang dasar sebagai orang awam. Saya mengawali #Bitcoin sekitar akhir tahun 2016. Saat itu, saya mengetahui bitcoin dari postingan teman saya di Twitter. Saya memulai mencari tahu tentang bitcoin semampu saya. Kemudian saya mulai mengenal tentang teknologi blockchain, token, cryptocurrency, koin, ICO dan sejenisnya. Semakin dalam keingintahuan saya, saya mencari tahu ke Youtube. Saya terkejut. Teknologi blockchain adalah teknologi yang berkembang sangat pesat belakangan ini. Beberapa mengatakan bahwa teknologi ini adalah Internet versi 4. Menurut pemahaman saya, versi internet pertama adalah versi sebelum adanya Mesin Perambah (Search Engine), dimana kita harus mengetikkan alamat URL dengan menghafalkannya. Versi selanjutnya adalah versi dimana mesin perambah tersebut sudah mulai banyak diadopsi, dan versi selanjutnya adalah era sekarang ini dimana dikenal dengan era “Media Sosial”. Era medsos ini membuat kita dapat menjalin hubungan yang kompleks dengan orang lain, posting komentar, memberikan “like”, membagikan aritikel, repost dan sebagainya. Dan sekarang kita berada di penghujung era versi internet yang baru, versi keempat. Semua tentang desentralisasi internet dimana tidak ada satu orang pun yang memiliki kekuatan mutlah, menurut saya. Baiklah, itu dulu.. kayaknya saya terlalu terbawa suasana. Mari kembali ke cerita saya.
Long story short, I want to know how can we make this very utopian community without worrying our basic rights being cut down by those who have the ultimate power. Moreover, like everyone in this world (perhaps), I want to earns some money. It is basic economy. Like the good lifetime researcher that we are, I kept exploring the blockchain technology, read some blogs and viewed Youtube videos then finally I stumbled upon this one article about making money using blockchain technology. And from that article, I found the word #Steem, as well as #steemit.
Singkat cerita, saya ingin mengetahui bagaimana kita dapat membuat komunitas utopiS tanpa khawatir hak kita dalam berinternet dipotong/dihilangkan oleh mereka yang memiliki “kekuatan” di dunia maya. Lebih lanjut lagi, layaknya banyak orang di dunia ini saya juga ingin mendapatkan penghasilan. Ekonomi dasar. Seperti pencari tahu umumnya, kita sebagai manusia, saya juga terus mencari informasi mengenai teknologi blockchain ini. Membaca blog-blog dan menonton video di Youtube. Kemudian saya sampai pada artikel tentang mendapatkan uang dengan menggunakan teknologi blockchain. Dan dari artikel itu, saya menemukan kata #Steem begitu juga dengan #steemit.
Around July, 2017 I heard the last time Bitcoin value surpass US$ 2,500.00. I heard about bitcoin when it was still at US$ 1,000. I had this idea to buy bitcoin at US$ 1,000.00 rate, but I was too afraid to do so, and then it was too late. The supersonic train left me behind, and I didn’t get the chance to make fortune (I ended up bought bitcoin at around US$ 6,000.00, and make some profits when it reached all-time-high). In my desperation, I really want to make a little bit fortune on blockchain technology. Like any first-timer, I had this anxiety and afraid to make the steemit account. Silly me, I know I don’t have anything to lose actually. But still, any first-timer still have to cope this kind of insecurity. Instead of losing my mind, been left behind by this “Bitcoin Train”, I tried to register to Steemit. Wohooo.. I get my email verified, I get my phone number verified. With this nice “See you there“ from The Steemit Team I can have a good night sleep. Yes!
Sekitaran Juli 2107, saya mendengar berita tentang bicoin melampaui 35 juta rupiah. Awal saya mendengar tentang bitcoin waktu itu harganya masih sekitar 14 Juta rupiah. Saya pernah punya keinginan untuk membeli bitcoin pada kisaran tarif itu, tapi saya masih terlalu takut saat itu, dan akhirnya semuanya seperti sudah terlambat. Saya ketinggalan kereta, dan saya dulu tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan darinya (walaupun akhirnya saya membeli bitcoin pada kisaran tarif 85 juta rupiah, dan mendapatkan sedikit keuntungan saat bitcoin mencapai harga tertinggi kisaran 280 juta rupiah per bitcoin). Dengan sedikit penyesalan, saya sangat ingin mendapatkan keuntungan dari teknologi blockchain. Seperti pemula pada umumnya, pada awalnya saya cemas dan takut untuk membuat akun di steemit. Bodohnya, saya sebenarnya belum punya resiko kehilangan apapun. Namun masih saja, sebagai pemula kita masih harus mengatasi ketakutan dan ketidakamanan yang kita rasakan. Alih-alih saya ketinggalan kereta lagi seperti waktu saya ketinggalan bitcoin, saya memutuskan untuk langsung saja mendaftar steemit. Wohoo, surel saya sudah diverifikasi, nomor telepon saya juga sudah diverikasi. Akhirnya saya bisa tidur lelap malam ini.
After get my email verified, I get my early sleep and woke up feeling refresh. Thank god! I notice that it needs time to get verified, on some cases in the United States it can be verified in a matter of hours, but sometimes takes a couple days. “The Steemit Team” also emphasized that it will take no longer than 7 days to get verified. Hell, I’ll wait for a month as long as I can be verified as #steemian. After the exact 7th day after that, I kept opening my email just to check the verification from The Steemit Team. Seven days turns into ten. And time flies, it’s already a month! I put some humor for myself, just maybe The Steemit Team wants to know how much WE REALLY WANT TO BE STEEMIAN. I did research again, I try to contact Steemit, I tweet to Steemit twitter, and ask even in Steem Community in my Country, Indonesia (It’s in a google plus community), and there are NO ANSWER WHATSOEVER! In my desperation, I tried to find in Youtube and ask this Indonesian Steemian, and asked about my problem. And the answer is the same, “maybe it’s still in the process”, or maybe they rejected me. Well, at least The Steemit Team can give me the answer whether I rejected or not. Nevertheless, I am not stop trying.
Setelah surel saya diverifikasi, saya tidur lebih awal dan bangun pagi dengan segar. Terimakasih Tuhan. Saya sadar bahwa untuk verifikasi membutuhkan waktu. Pada beberapa kasus di Amerika Serikat, verifikasi bisa selesai dalam hitungan jam, terkadang membutuhkan beberapa hari. “Tim Steemit” juga menekankan bahwa untuk verifikasi hanya akan memakan waktu kurang dari 7 hari. Bahkan sebulan saja tidak masalah, selama benar-benar akun saya diverifikasi. Tepat 7 hari setelahnya, saya terus menerus membuka surel saya hanya untuk mengetahui apakah akun saya sudah diverifikasi oleh “Tim Steemit”. Tak terasa sudah 10 hari berlalu. Waktu berlalu sangat cepat, dan lewatlah sebulan. Saya berkelakar sendiri, jangan-jangan karena dulu saya berpikir bahwa satu bulan juga tidak apa-apa. Saya kemudian mencari informasi di Twitter dan mencoba menanyakan langsung kepada akun twitter steemit, namun tidak ada balasan. Bahkan saya juga mencoba menanyakan komunitas steemit Indonesia di Komunitas Google Plus juga tidak mendapatkan respons. Sedikit menyerah, saya mencoba mencari tau di Youtube dan menanyakan kepada salah satu steemian asal Indonesia, namun jawabannya sama: “Mungkin masih dalam proses, atau memang ditolak”. Setidaknya jika memang ditolak, Tim Steemit bisa memberikan kepastian. Tapi saya tidak berhenti mencoba.
On that day forward, I kept making another steemit account using various emails. Five or more emails, I lost counts. Always stuck in the same problem that of first email I used. I used different phone numbers, I used different emails, I use different browser, even I used another computer in the internet café. Still, there’s no solid progress. At my last endeavor, I asked this friend of mine who are currently reside in Australia to help me. Still nothing! I almost lost faith. Year 2017 passed by, and here comes 2018. I still wondering, why am I being rejected by The Steemit Team. On my last chance, I registered again with my first email that I used, and I get the email verification. I was happy, but not that much really.
Sejak hari itu, saya terus menerus mencoba membuat akun steemit menggunakan alamat surel yang berbeda-beda. Lima atau bahkan lebih, saya lupa. Permasalahannya serupa dengan surel yang pertama saya gunakan. Saya memakai nomor telepon yang berbeda, saya menggunakan alamat surel yang berbeda, saya menggunakan mesin perambah yang berbeda, bahkan saya menggunakan komputer lain di warnet. Namun masih saja tidak ada kemajuan berarti. Pada usaha terakhir saya, saya meminta tolong kepada teman saya yang sedang berada di Australia untuk membantuku. Tetap tidak kemajuan. Saya hampir patah arang. Tahun 2017 berlalu, dan datanglah tahun 2018. Saya masih penasaran alasan kenapa saya ditolak oleh Tim Steemit. Pada langkah terakhir saya, saya mencoba mendaftar lagi menggunakan alamat surel pertama saya. Saya mendapatkan verifikasi, seperti sebelumnya. Saya sedikit bahagia. Sedikit.
I think then, that I have to wait at least 1 month before I put my hope away. Well, in that case I don’t have to feel miserable for putting my hope too high. I slept, it was night already. Days passing by, it’s already 7 days. Well, at least I will not repeat my first mistake. I don’t want to feel that bad, I just can let it go. Life continues. And when the 8th day came after the verification email, I just cannot believe my eyes. My heart was racing so much that I had to pause for a moment that this was real! (I am not saying that I pinched my cheek to tell that it was real, that was just some BS). But hey, maybe this is real.
Saya kira, saya harusnya akan menunggu selama kurang lebih satu bulan sebelum saya putuskan untuk tidak mendaftar lagi. Setidaknya dalam kasus ini saya tidak harus merasa menderita dengan menaruh harapan terlalu tinggi. Saya kemudian tidur, karena sudah larut malam. Hari berganti hari, 7 hari telah berlalu. Setidaknya saya tidak melakukan kesalahan yang sama di masa lalu. Saya tidak ingin menyesal, dan biarkanlah berlalu. Hidup jalan terus. Dan kemudian saat hari kedelapan setelah pendaftaran akun, sungguh tidak percaya. Detak jantung berdegup kencang hingga saya harus terdiam sejenak untuk memastikan bahwa ini adalah kenyataan.
IT IS REAL! Believe it or not, I jumped right to my laptop because initially I knew it from my phone. After that, I just started to wandering around in Steemitverse as newbie. And here I am, I am glad to be here. I hope we can make this for real!
INI KENYATAAAN. Percaya atau tidak, bahkan saya harus bergegas menuju ke laptop karena awalnya saya tahu hal ini dari ponsel saya. Setelah itu, yang saya lakukan adalah bergegas ke steemit dan mencari tahu di dunia steemit sebagai pemula. Dan akhirnya disinilah saya, saya merasa senang berada disini.
I’d like to say that I am a little bit rude. I started share my story, without introducing myself. Well, if you ask me that question, I would say that I am the person who almost lost faith in Steemit, and miraculously get it back in an instant. I bet, there’s many people out there who have the same problem like I did. I was happy, I am happy. But still, I do not know how to fix that problem for those who want to make Steemit account, but couldn’t. Maybe you guys here have the answer to that problem, and care enough to share it here, so we can help each other.
Back again. My name is Muhammad Ali Rahman Hakim, and Ali for short. I am Indonesian, born and bred. I live in Java Island, which the most populated Island in Indonesia. Specifically, I am from Yogyakarta Province. You know Indonesia, right? Let me rephrase that question. Do you know Bali? I bet almost all of you, in some point of your life have heard Bali. It’s a paradise on earth, some says. Favorite tourism destination. It’s renown with its beaches. Right? Well, BALI IS IN INDONESIA. Bali is part of Indonesia. It’s the largest archipelagic nation on earth. It has so many other beautiful and mesmerizing beaches. Like this one, in my hometown Yogyakarta.
Bukan bermaksud lancang tanpa memperkenalkan diri saya sebelumnya. Jika itu pertanyaanya, saya akan bercanda bahwa saya adalah orang yang hampir kehilangan harapan kepada steemit, dan ajaibnya kembali memiliki harapan dengan seketika. Saya yakin banyak juga yang memiliki permasalah pendaftaran serupa dengan saya. Saya bahagia, namun saya masih belum tau alasan kenapa pendaftaran akun steemit saya sebelumnya selalu ditolak. Saya ingin tau jawabannya, tapi saya tidak mampu. Mungkin teman-teman disini ada yang memiliki jawaban dari permasalahan saya dan mau membagikannya disini sehingga kita bisa saling membantu. Kembali lagi. Nama saya Muhammad Ali Rahman Hakim dengan panggilan Ali. Saya lahir dan dibesarkan di Indonesia. Saya tinggal di Pulau Jawa, yang mana adalah pulau terpadat di Indonesia. Lebih detail lagi saya berasal dari Provinsi Yogyakarta. Kalian tau Indonesia kan? Mari kita rubah sedikit pertanyaannya. Apakah kalian tau Bali? Saya yakin hampir semua dari kalian pernah mendengar Bali setidaknya sekali. Surga duniawi kata beberapa orang. Tujuan pariwisata favorit. Terkenal dengan keindahan pantai-pantainya. Asal kalian tau, BALI BERADA DI INDONESIA. Bali adalah bagian dari Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki banyak pantai yang indah dan mengagumkan. Seperti foto di bawah ini, pantai di kampung halamanku. Indonesia.
That being said, back to my name, shall we? Long story short, my parents inspired by Muhammad Ali – the boxer, and named me after him. You can call me Ali, and you can find my steemit account under @intosteemit . You guys can also find me on my social media accounts. Lately only 3 platforms that I use often: Instagram, Twitter and Youtube.
Instagram account: https://www.instagram.com/malirahmanhakim/
Twitter account: https://twitter.com/malirahmanhakim
Youtube channel: https://www.youtube.com/malirahmanhakim
You can follow me and on those accounts, but mostly I use Bahasa Indonesia. I use English rarely, but we can communicate with it. I also can read Arabic, very basic Mandarin Chinese and very very basic Nihon Go (Japanese).
I am currently enrolled as graduate student in Bogor, West Java. I am in the middle of finishing my thesis. I am currently Major at Defense Study, with minor in Maritime Security. My undergraduate school was in Gadjah Mada University, Major in Fishery Study. I held my bachelor degree in fishery back in 2010. Before that, I was a student in SMA 3 Padmanaba Yogyakarta for my high school, and in SMP 5 Pawitikra Yogyakarta for my middle school.
Dengan begitu, kembali lagi ke nama saya. Singkat cerita, orang tua saya terinspirasi oleh petinju legendaris Muhammad Ali, dan menamai saya seperti dia. Kalian bisa memanggil saya Ali, dan kalian dapat mencari akun steemit saya @intosteemit. Kalian juga bisa cari tau akun sosial media saya. Akhir-akhir ini saya hanya sering menggunakan 3 sosial media. Instagram : https://www.instagram.com/malirahmanhakim/ Twitter : https://twitter.com/malirahmanhakim Youtube: https://www.youtube.com/malirahmanhakim Kalian bisa mengikuti saya di akun-akun tersebut. Saya biasa menggunakan Bahasa Indonesia di sosial media saya. Saya sangat jarang menggunakan Bahasa Inggris, namun kalian bisa berkomunikasi kepada saya dengan menggunakan Bahasa Inggris. Saya bisa membaca tulisan Arab, Bahasa Mandarin sangat sederhana, dan Bahasa Jepang sangat sangat sederhana. Saat ini saya berstatus sebagai mahasiswa pasca sarjana di Bogor, Jawa Barat. Saya sedang berusaha menyelesaikan tesis. Saat ini saya sedang mengambil pendidikan Ilmu Pertahanan dengan Jurusan Keamanan Maritim. Program sarjana saya adalah dari Universitas Gadjah Mada dengan jurusan Ilmu Perikanan. Saya meraih gelar sarjana saya pada tahun 2010. Sebelum itu, saya berasal dari SMA 3 Padmanaba Yogyakarta untuk Sekolah Menengah Atas, dan berasal dari SMP 5 Pawitikra untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
After graduating from Gadjah Mada University on Spring 2011 I went to Taiwan. I took a Master Degree in Asia University. There were so many reasons I decided to went abroad. One of which was because my ex-girlfriend at that time was studying in South Korea. As far as I can recall my memories, one of the reason I broke up with her was because at that time Long Distance Relationship was very hard. I was in Indonesia, while she was so far away in South Korea. By the time we broke up, I was in the middle of completing my undergrad thesis. And boy did it hurt, bad. Really bad. After I completed my undergraduate school, I kept telling myself that the best thing I can do to is to live my life to the fullest. I had the change to study abroad, and I took that chance.
Setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada pada pertengahan 2011, saya berangkat ke Taiwan. Saya mengambil Kuliah Master di Asia University. Banyak sekali alasan saya untuk melanjutkan studi di luar negeri. Salah satunya adalah karena mantan saya kala itu yang juga sedang menempuh pendidikan master di Korea Selatan. Seingat saya, salah satu alasan saya putus dengan dia adalah karena hubungan jarak jauh (LDR), dan itu sangatlah susah. Saya kala itu berada di Indonesia dan dia berada jauh di Korea Selatan. Saat kita putus, saya sedang bersusah payah untuk menyelesaikan pendidikan S-1 saya. Kala itu saya yakin bahwa hal terbaik yang bisa saya lakukan adalah menjalani hidup sebaik mungkin. Saya mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri, dan saya mengambil kesempatan itu.
(I am at the middle-bottom with red stripe academic gown)
In 2013 I went back home. At that time, I was a little bit in shock. I was trying hard to make peace with myself, and how was I supposed to continue with my life. I was in a limbo, at that time I felt that I didn’t want to work for anyone. So, I decided to make my on path and became an entrepreneur.
Pada tahun 2013, saya kembali ke Indonesia. Pada waktu itu, saya mengalami sedikit kaget karena lama tinggal di luar Indonesia. Saya berusaha keras untuk bisa untuk menentukan arah masa depan saya. Saya merasa saya tidak ingin bekerja untuk orang lain. Lalu saya memutuskan untuk membuka usaha dan menjadi wirausahawan.
The day I decided to make my entrepreneurship journey, was one of the hardest moment in my life. I had to take any chances to make an earning. It started with me making small scale pepper organic farm, in my backyard. It was a mess. About half year later, all of my pepper plants decimated by aphid and silverleaf whitefly. I was devastated.
Saat saya memutuskan untuk menjadi wirausahawan adalah salah satu momen yang sulit dalam hidup saya. Saya harus berjuang untuk mendapat penghasilan sendiri. Diawali dengan usaha saya untuk membuka perkebunan organik skala kecil untuk tanaman cabai, di belakang rumah saya. Singkat cerita, dalam satu setengah tahun tanaman cabai saya terkena hama. Tanaman cabai saya rusak parah terkena hama kutu kebul dan kutu putih. Saya merasa hancur.
After the devastating experience that I have had endured, I took on another chance. I also managed to make a cooperation with local wood crafter, and sell their products online, but it was not so good since many problems in the production sector. It was mainly because of the punctuation of production time, although the quality of the products overwhelmingly very good. I also had the change to showcase my products in front of Minister of Koperasi of Republic of Indonesia with their funding.
Setelah pengalaman mengerikan yang saya alami itu, saya mengambil kesempatan lain. Saya membuka peluang usaha untuk bekerja sama dengan perajin lokal dan menjual produk secara online. Selama perjalanan cukup banyak yang saya dapatkan, namun terkendala dengan produksi kerajinan. Kendala utama yang saya hadapi adalah ketepatan waktu pada produksi kerajinannya, walaupun sebenarnya kualitas dari produk kerajinannya sangat baik. Saya juga berkesempatan untuk menunjukkan produk saya di depan Menteri Koperasi & UMKM di Jakarta, dengan bantuan pendanaan hibah dari mereka.
(I am the one with beards along with 2 of my colleagues. The minister is in the far left of the picure)
After ups and downs with the entrepreneur experiences, I still refused to give up. This time, I would like to open a Playstation rental service. Me and my business partner started to survey the location and we planned to invest around US$ 4,000.00 (~ IDR 60 Million). At that time was the booming of Playstation 4, and we had a very good believe that it will boom in the business. After looking forward around places with high population of gamer, it came to us that the investment was not enough. It will be more than double of our initial investment plan (around US$ 9,000.00 ~ IDR 120 Million), to get 2 years of ROI (Return On Investment). So, we backed down but not gave up yet. After a long night discussion on a coffeeshop with my business partner, we decided to take another step. We had the information from place owner in the similar area that we surveyed earlier that there was an opportunity to open another type of business. This business would use lower capital investment, with ROI around 1.5 – 2 Years. That business was a laundry service.
Setelah banyak mengalami naik turun dalam dunia bisnis, saya tetap tidak menyerah. Kali ini saya berusaha untuk membuat bisnis rental Playstation. Saya dan rekan kerja saya melakukan survei tempat dan berencana untuk berinvestasi sekitar 60 Juta rupiah. Kala itu bisnis rental Playstation sedang sangat marak dengan dikeluarkannya Playstation 4, dan kami merasa kami memiliki peluang yang bagus di usaha ini nantinya. Setelah mencari tempat yang cocok dengan banyak penduduk dan pemain game di area tersebut kami terkendala dengan modal yang dibutuhkan. Tempat tersebut membutuhkan dana dua kali lebih besar dari dana awal yang kami miliki sebesar 120 juta rupiah, untuk bisa balik modal dalam waktu 2 tahun. Kami memutuskan untuk membatalkan usaha rental Playstation, tapi kami tidak menyerah. Setelah berdiskusi dengan rekan kerja saya di sebuah kafe, kami memutuskan untuk mengambil langkah lain. Kami mendapatkan informasi dari pemilik tempat di area sekitaran tempat kami awal mensurvei lahan bahwa ada usaha baru dengan modal kecil dan bisa balik modal dalam kurun waktu 1,5 – 2 tahun. Bisnis tersebut adalah jasa laundry.
After initial re-planning and using different kind of approach, we decided to make a business for another type of service. It was a laundry service. Our initial plan, was to build the service organically, with as low as the investment we can get and try to offer disruption in the laundry business. We had a plan to make a community based on a laundry service, and with our experience abroad (My business partner was also undertaking a master program abroad, in South Korea) we believed that in the near future the laundry business will be using self-service approach, the laundromat. So, at that time we tried to build the community from scratch.
Setelah melakukan perencanaan ulang dan pendekatan yang berbeda, kami memutuskan untuk mengambil bisnis jasa laundry tersebut. Rencana usaha kami awalnya adalah, membangun usaha laundry secara organik dari awal. Menggunakan investasi seminimal mungkin dan menawarkan jenis baru usaha laundry kala itu. Kami memiliki rencana untuk membuat komunitas laundry yang solid dan menerapkan model bisnis laundry baru seperti yang pernah kami rasakan di luar negeri (rekan kerja saya juga mengambil program master di Korea Selatan). Kami percaya bahwa nantinya di area kami akan ada jasa laundry jenis baru dengan model laundry otomatis, seperti di luar negeri. Laundromat.
I enjoyed my time while I was running the laundry service business, at that time I had only 2 washing machines and 1 hot drying machine. It grew steadily and it has a quite good revenue although it was not that big, it was still a quite small scale. I will tell you the more quiet comprehensive story about my laundry business later perhaps, but long story short I was quite occupied with another set of business type. My colleague was also having another type of business. I was into the Café business and my colleague into the smartphone business. We agreed to took part the business, and I removed myself from it, and my colleague continued it. That’s for another story. Then I focused to the café business for around 1.5-2 years, before I applied to study in Bogor, West Java.
Saya sangat menikmati waktu saya saat menjalani bisnis laundry. Pada waktu itu kami hanya memiliki 2 jenis mesin cuci, dan 1 mesin pengering. Usaha kami berkembang perlahan, dan memiliki penghasilan yang stabil dan lumayan, walaupun tidak terlalu besar. Saya akan membagikan cerita tentang laundry ini lain kali. SIngkat cerita, kala itu selain menjalani bisnis laundry, saya dengan rekan kerja yang lain juga sedang membangun usaha bisnis kafe. Begitu juga dengan rekan kerja saya di laundry yang juga memiliki usaha sampingan lain di bidang ponsel. Karena satu dan lain hal, kami memutuskan untuk berpisah dari usaha laundry ini. Rekan kerja saya itu melanjutkan usaha laundry tersebut. Dan ini untuk cerita lain kali, dan kemudian saya fokus ke dunia bisnis kafe tersebut selama 1.5-2 tahun sebelum akirnya saya memutuskan untuk mengambil studi di Bogor, Jawa Barat.
So, up until now perhaps all of you wondering the reason I took another Master Degree program. Let me try to answer that curiosity. I take the Master Program in Bogor, West Java because it was a full scholarship program. I had my study in Asia University, Taiwan with a full scholarship as well. That’s my first answer. The more important yet perhaps not very “scientific” reason was that I need to find someone to have the chance to become my significant other. I am still single, if you are wondering. I am in my early thirty. That was my main reason I take this program. I am not quite convenient sharing details about my personal relation, but as far as I can share here. Actually, there were many combinations of reasons I took the study in Bogor. But I think, that’s the best I can share here.
Hingga saat ini kalian pasti penasaran kenapa saya mengambil program pasca sarjana lagi. Saya akan coba jelaskan. Saya mengambil program pasca sarjana di Bogor, Jawa Barat salah satu alasannya adalah karena program ini menawarkan beasiswa secara penuh. Program pendidikan saya selama di Asia University, Taiwan juga merupakan beasiswa penuh. Alasan selain beasiswa tersebut, walaupun bukan merupakan alasan ilmiah, adalah karena saya merasa saya harus mencari suasana baru agar saya bisa mencari pasangan. Terkesan bodoh memang, tapi begitulah adanya. Saya masih single, dan saya berumur 30an awal. Saya tidak terlalu nyaman menceritakan rincian cerita tentang kehidupan pribadi saya, jadi itulah yang bisa saya ceritakan disini. Sebetulnya banyak kombinasi alasan saya mengambil pendidikan pasca sarjana di Bogor ini, namun kurang lebih demikian.
Nowadays, like I have mentioned earlier, I kept myself busy doing my thesis. In my spare time, since late 2017, I studied the cryptocurrency world, the bitcoin, and blockchain as well. Until I found this steemit platform, and I think I can share many insights for this community.
Belakangan ini, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya sedang sibuk untuk menyelesaikan tesis saya. Di waktu luang saya sejak akhir tahun 2017, saya mempelajari dunia cryptocurrency, bitcoin, dan juga teknologi blockchain. Sampai pada akhirnya saya ketemu dengan steemit ini, dan saya kira saya bisa memberikan kontribusi untuk komunitas ini nantinya.
Personally, I am quite an ambivalent person. Sometimes I can very open to the community, and many times I like silent and relaxing environment. I am quite a bit of both. I like music, play guitar and other instruments. I like to sing as well. I also into art, making videos and taking some good photographs. I also like design and drawing. I like to play sports a lot. I was an athlete back when I was in my High School, I am (was) a football (soccer) and futsal athlete. I was Basketball athlete too. Sometimes, I play sports like badminton, tennis, table tennis, snooker (bilyard) and a bit martial art.
Secara personal saya adalah orang yang ambivalen. Terkadang saya bisa sangat terbuka, dan saat yang lain saya menyukai lingkungan yang tenang. Saya adalah keduanya. Saya hobi bermusik, memainkan gitar dan alat musik lainnnya. Saya juga suka bernyanyi. Saya juga suka dengan seni, membuat video dan menjepret foto. Saya juga duka dengan dunia desain dan menggambar. Saya sangat menyukai olahraga. Dulunya saya adalah atlet saat duduk di bangku SMA. Saya atlet sepakbola dan bola basket. Terkadang, saya bermain bulutangkis, tenis meja, bilyard dan sedikit ilmu bela diri.
(I am the one in white, in far left of the picture. This picture was taken in Taiwan)
(Shirt designs made by me)
As for my educational background, I am all into the Fishery sector, as well as Maritime Security. The maritime security is a vast study consist so many study approaches such as International Relation, Maritime Law, Defense Study, Marine & Fishery Study, Public Policy Study, and so on.
I think that’s it for now, I hope I can give something good for the community. I really appreciate supports and help that you guys give. Please give your comment and insight, and let’s discuss about so many things.
Untuk latar belakang pendidikan, saya berhubungan dengan Bidang Perikanan begitu juga dengan Bidang Keamanan Maritim. Bidang Keamanan Maritim terdiri dari banyak disiplin ilmu yang lain seperti Hubungan Internasional, Hukum Maritim, Ilmu Pertahanan, Ilmu Perikanan dan Kelautan, Ilmu Kebijakan Publik dan lain sebagainya. Saya kira cukup dulu. Saya berharap saya bisa memberikan sesuatu yang bagus bagi komunitas ini. Saya sangat menghargai dukungan dan juga bantuan dari teman-teman semua disini. Berikanlah komentar dan tambahan pandangan, dan marilah kita berdiskusi tentang banyak hal di kemudian hari.
Cheers, salam Thank you very much, terimakasih banyak
PS: In case you want to know my video sing a song, while playing guitar you can check it here, or if you want to know how did I make my “Introduction Banner” in here ..
welcome to the heaven
with high hope, it will become heaven.. @antoinez Cheers.. ^_^
WELCOME BRO I READ SOME OF YOUR POST AND THERES ALOT OF GOOD CONTENT BRO YOUR GOING TO FIT RIGHT IN THE COMMUNITY AND GONNA DO WELL ENJOY !!
thanks a lot for the warm welcome.. ^_^
fablous!!
welcome to steemit
hey,, thanks man... let's make the most of it!!
Hi Ali, welcome to Steemit! You should check out my post How To Succeed On Steemit? to get you started and in the right mindset. That being said, you've done a great job with this post! I like the way you separated the two different languages, it made it easy to read for me. Have you played badminton much? I have played it for nearly 10 years now :)
Hi @nathan290595 Sure do I will go to your post later... thanks for the compliment. In regards with the "bilingual thing" I hope I can find something that can reach both who doesn't use English as their first language. I hope someone will find a way to make bilingual post easier to read and understand.. As for badminton, it's only for the exercise.. I am not really good at it, I noticed you have fallen in love with badminton, since you've played for 10 years until now... for me, my biggest crush for sport are for soccer and basketball... cheers.. ^_^
Welcome to steemit!!
Thanks @osita21 ... I am glad to be here... ^_^
Welcome to Steem. Do read A thumb rule for steemit minnows - 50:100:200:25 for starter tips.
Also get to know more about Steem reading the Steem Blue Paper and share your feedback on our Steem Blue Paper Awareness Initiative
All the Best!!!
thanks for the insight..