Memahami Al-Qur'an dengan Nasikh dan Mansukh

in #islam2 years ago
  1. Pengertian Naskh dan Syarat-Syaratnya.
    Naskh dapat berarti الإزالة artiya menghilankan atau meniadakan. التحويل yang berarti pengalihan.التبديل Artinya, mengganti atau menukar sesuatu dengan yang lain. Dan kata Naskh juga berarti النقل menyalin, memindahkan, atau mengutip apa yang ada dalam buku.
    Secara terminologis, Naskh menurut ulama Mutaqaddimin berarti
    رفع الحكم الشرعيّ بِخطاب الشرعيِّ
    “mengangkat hukum syar’I (menghapuskan) hukum syara’ dengan dalil hukum (kitab) syara’ yang lain.”
    Sedangkan menurut ulama Mutaakhirin, sebagaimana diungkapkan oleh Quraish Shihab, “Nasakh terbatas terhadap ketentuan hukumyang datang kemudian, guna membatalkan, mencabut, atau menyatakan berakhirnya pemberlakuan hukum yang terdahulu, hingga ketentuan hukum yabf ada yang ditetapkan terakhir.”
    Naskh menurut bahasa dipergunakan untuk arti isyalah (menghilangkan). Misalnya matahari menghilamgkan bayang-bayang dan angin menghapuskan jejak perjalanan. Kata naskh juga dipergunakan untuk makna memindahkan sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain.
    Menurut istilah naskh ialah hukum syara’ yang diangkat (dihapus) dengan dalil hukum (khitab) syara’ yang lain. dengan perkataan “Hukum”, maka tidak termasuk dalam pengertian Naskh menghapuskan “Kebolehan” yang bersifat asal (Al-baro’ah Al-Asliyah). pengangkatan (penghapusan) hukum disebabkan mati atau gila, atau penghapusan dengan ijma’ atau qiyas dikecualikan dengan kata-kata “dengan Khitab Syara".
    Mansukh adalah hukum yang diangkat atau dihapuskan. Maka ayat mawaris atau hukum yang terkandung didalamnya, misalnya adalah menghapuskan (nasikh) hukum wasiat kepada orangtua atau kerabat (mansukh).
    Naskh diperlukan syarat-syarat Naskh berikut :
    a. Hukum yang mansukh adalah hukum Syara’
    b. Dalil penghapusan hukum tersebur adalah khitab Syari yang datang lebih kemudian dari kitab yang hukumnya mansukh.
    c. Kitab yang mansukh hukumnya tidak terikat (dibatasi) dengan waktu tertentu. Sebab jika tidak demikian maka hukum akan berakhir dengan berakhirnya waktu tertentu. Dan yang demikian tidak dinamakan naskh.
  1. Pembagian Naskh
    a. Al-Qur’an dengan Al-Qur’an .
    Misalnya ayat tentang iddah 40 hari.
    b. Al-Qur’an dengan As-Sunnah
    1). Nash al-Qur’an dengan Hadis Ahad. Sebab Al-Qur’an adalah mutawatir dan menunjukkan yakin, sedangkan hadis ahad dzanni, bersifat dugaan.
    2). Nash Al-Qur’an dengan Hadist Mutawattir. Nash demikian dibolehkan oleh Malik, Abu Hanifah, dan Ahmad dalam satu riwayat, sebab masing-masing keduanya adalah wahyu. Allah berfirman :
    (QS. An-Najm /53:4-5)
    3). Nash As-Sunnah dengan Al-Qur’an. Ini dibolehkan oleh jumhur. Contoh masalah menghadap ke baitul maqdist yang di tetapkan dengan sunah dan didalam Al-Qur’an tidak terdapat dalil yang menunjukkannya, ketetapan itu dinasakhkan Oleh Qur’an dan firmannya :
    “Maka hadapkanlah wajahmu kearah masjidil haram (Albaqarah/2:144)
    4). Nash As-Sunah dengan As-Sunah. Dalam kategori ini terdapat 4 bentuk:
    a). Nash mutawattir dengan mutawattir
    b). Nash ahad dengan ahad
    c). Nash ahad dengan Mutawattir
    d).Nash mutawattir dengan Ahad.
    Tiga bentuk pertama dibolehkan, sedang pada bentuk ke empat, terjadi silang pendapat seperti halnya Nash qur’an dengan Hadist Ahad, yang tidak di bolehkan oleh jumhur.
    Pendapat tentang Naskh dalam masalah naskh para ulama’ terbagi menjadi 4 golongan yaitu
  2. Orang yahudi, mereka tidak mengakui adanya naskh, karena menurutnya naskh mengandung konsep albadak, yakni nampak jelas telah kabur (tidak jelas).
  3. Orang syiah rafidah. Mereka sangat berlebihan dalam menetapkan naskh dan meluaskannya. Mereka memandang suatu hal yang mungkin terjadi bagi allah. Dengan demikian, posisi mereka sangat kontradiksif dengan orang yahudi.
  4. Abu muslim al-asfahani menurutnya secara logika nash dapat saja terjadi, tetapi tidak terjadi menurut syara. Dikatakan pula bahwa ia menolak sepenuhnya terjadi nash dalam al-Qur’an, dengan pengertian hukum-hukum qur’an tidak akan dibatalkan selama-lamanya dan mengenai ayat-ayat tetanag nash semua ia tahsiskan.
  5. Jumhur ulama, berpendapat nash adalah suatu hal yang dapat diterima akaldan telah pula terjadi dalam hukum syara.
  1. Hikmah Keberadaan Naskh
    a. Memelihara kepentingan hamba
    b. Pengembangan pensyariatan hukum sampai kepada tingkat kesempurnaan seiring dengan perkembangan dakwah dan kondisi umat manusia.
    c. Cobaan dan ujian bagi orang mukallaf untuk mengikutinya atau tidak
    d. Merupakan kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika nash itu beralih ke hal yang lebih berat maka didalamnya terdapat tambahan pahala. Dan jika beralih ke hal yang lebih ringan maka ia mengandung kemudahan dan keringanan.
  1. Syarat dan Jenis Naskh dalam Al-Qur’an
    Naskh dalam kajian ushul fiqh adalah menghilangkan hukum syara dengan dalil hukum yang lebih baru atau yang akhir yakni yang datang kemudian. Oleh karenanya Nash mansukh memiliki syarat dan ketentuan :
    a. Dalil naskh harus terpisah dari mansukh, dan jatuhnya terakhir sesudah dalil mansukh. Jadi sangat tidak mungkin jika nasikh atau yang menghapus data terlebih dahulu dari pada yang dihapus.
    b. Nasikh itu harus dengan dalil syara, sedangkan yang dimansukh itu tidak dibatasi dengan waktu.
    c. Dalil nasikh sama kuatnya atau lebih kuat dalil mansukh.
    Sedangkan untuk jenis nasakh untuk dalil alquran dibagi menjadi dua :
    a. Menghapus lafalnya saja tetapi tidak untuk hukumnya
    b. Menghapus hukumnya saja tetapi lafadnya cepat seperti contoh ayat alquran al-baqarah 240 yang dihukumnya sudah dihapus oleh ayat lain dalam surah al-baqarah ayat 234.
  1. Kaidah-Kaidah Naskh dan Mansukh
    a. Qoidah Pertama, النسخ لا يثبت مع الإحتمال
    "Penghapusan atau Naskh tidak terbukti dengan kemungkinan”
    Contoh:
  2. مثال ما وجد عليه دليل من الأية نفسها :
    • ( الان خفف الله عنكم . . . الأنفال : 66 )
  3. مثال ما دلّ عليه التعارض الحقيقي مع معرفة المتقدم والمتأخر
    • اية العدة للمتوفى عنها زوجها , وقد ذكرناها في الفائدة السابقة.
    b. Qoidah Kedua, لا يقع النسخ إلافى الأمر والنهيو ولو بلفظ الخبر
    “Nasakh itu tidak terjadi kecuali pada lafadz Amr dan Nahi, walaupun disitu lafadznya berupa khobar”
  4. مثال نسخ تلاوة الخبر
  5. مثال ما جاء بلفظ الخبر وصيغته , ومعناه الإنشاء
    Contoh:
    • ( والوالدات يرضعن أولادهن حولين. . . . البقرة : 233. . .)
    • ( والمطلقات يتربصن بأنفسهن ثلاثة قروء . . . . البقرة : 228 )
    • ( لا يمسه إلا المطهرون . الواقعة : 79 )
    c. Qoidah Ketiga, دعوى النسخ – في القرأن – مرتين ممتنعة
    "Pelarangan penyebutan nask dua kali dalam Al-Qur'an”
    Contoh:
    نسخ القبلة, حيث زعم بعضهم أن القبلة كانت بمكة إلى الكعبة, فلما تحول الرسول إلى المدينة تحول إلى البيت المقدس. ثم نسخ ذلك إلى الكعبة.
    d. Qoidah keempat, الأصل عدم النسخ
    “Asli tanpa di Naskh”
    Dalam qoidah ini, menjelaskan bahwa Naskh tidak membuktikan dengan kemungkinan, dan bahwa kita harus mengatakan dengan syarat.

![2572790.jpg](UPLOAD FAILED)

![NAsikh&Mansukh.jpg](UPLOAD FAILED)

Sort:  

This is a one-time notice about a free service on steem.
There are communities that help support the little guy 😊, you might like ours, we join forces with lots of other small accounts to help each other grow!
Finally a good curation trail that helps its users achieve rapid growth, its fun on a bun! check it out. https://plu.sh/altlan

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.13
JST 0.032
BTC 62983.95
ETH 2962.52
USDT 1.00
SBD 3.58