Beribadah Karena Mengharap Surga dan Takut Neraka

in #islam6 years ago

Assalammualaikum ya ahlil steemit...

Terbangun pada jam segini bukanlah karena sesuatu hal buruk, tapi hanya karena hampir terbiasa lantaran sebulan penuh sahur untuk berpuasa di bulan Ramadhan.

Ada hal yang menggelitik hati beberapa minggu lewat dari postingan salah seorang sahabat lama @sangdiyus, namun baru di waktu ini tergerak hati untuk membahasnya.

image
Image link

Lama sudah postingan beliau berlalu, tapi bukan tak mungkin untuk membahasnya. Jadi beliau membahas yang pada intinya ibadah dengan ikhlas tanpa hitung-hitungan, beribadahlah dengan ikhlas tanpa mengharap pahala yang mengantar ke surga apalagi beribadah karena takut neraka, begitulah sekiranya walau beliau sekonyong-konyongnya menulis dengan gaya dialog.

Pernyataan ini sungguh indah dan seakan-akan benar, namun ketahuilah ini pernyataan serius menjerumuskan. Terkadang kata-kata indah dapat membius tak sadarkan diri.

Kita yakin dan percaya Al Quran adalah kalam Allah atau firman Allah, bagaimana kita menafikan "perkataan" dari Tuhan semesta alam. Beribadah semata-mata karena mencintai Allah katanya begitu, surga dan neraka itu urusan Allah. Bagaimana kita tau mana yang buruk dan mana yang baik jika tak mendapat petunjuk dari Allah, tentu saja dari Al Quran, yang juga disebut Al Furqan pemisah yang baik dan yang batil.

image
Image link

Jika anda adalah seorang pencipta mesin cuci tentu anda akan membuat buku manual penggunaannya "manual book" agar orang lain dapat juga menggunakannya. Allah sebagai pencipta langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya termasuk manusia tentunya, maka Allah menurunkan Al Quran sebagai "manual book" agar hambanya tau cara menggunakan hidupnya.

Setiap umat muslim tentu ada kitab Al Quran dirumah tinggal dibuka dan baca, terjemahan dan tafsirnya, bagaimana Allah perintahkan untuk takut neraka, "takutlah neraka karena bahan bakarnya dari batu dan manusia" dan Allah juga menjanjikan pahala untuk segala bentuk ibadah, walau sebesar biji sawi, dan barang siapa yang mengerjakan perintah Allah balasannya surga, ini janji Allah. Surga dan neraka telah tercipta kenapa ada kata "seandainya surga dan neraka tak pernah ada apakah manusia tetap sujud" ini peryataan sok puitis lagi menentang Allah.

Berhubungan sosial antara manusia atau ber-muamalah juga ada tertera di dalam manual book, Al Quran, yang menentukan juga ya Tuhan semesta alam, jika ukurannya itu manusia ya tentu saja tidak mungkin, baik menurut manusia belum tentu menurut Allah. Panggilan Allah juga bukan manusia (umat Islam) yang buat-buat, tau darimana umat islam paggilan Tuhan itu Allah, tentu saja dari Al Quran dan hadist Rasulullah. Terkadang umat islam Indonesia ini sok malu-malu menyebut panggilan Allah, entah karena sok pluralisme, entah sok toleransi entahlah, umat islam indonesia lebih suka memanggil dengan sebutan Tuhan daripada Allah.

image
Image link

Mengharap pahala dalam ibadah tidak merusak keikhlasan, karena ibadah dan pahala satu kesatuan (sepaket) begitupun berbuat dzalim sepaket dengan dosa. Bagaimana pula kita memilah apalagi memisah-misahkan hal tersebut, takut neraka juga adalah perintah Allah. Lantas ada pernyataan "surga dan neraka adalah hak prerogatif Tuhan" jadi kita tidak boleh berbicara si fulan di neraka dan si fulan di surga, sungguh konyol sesungguhnya. Di Indonesia lucu, saat ada orang berbicara tentang surga dan neraka kebanyakan di bully, di olok-olok, dan semacamnya apalagi berbicara tentang agama, maka hujatanlah yang diterima sok alim sok suci dan sok-sok yang lainnya.

Kita telah diberi petunjuk untuk mengetahui golongan penghuni surga dan neraka, kafir dan munafik pasti di neraka, yang punya surga dan neraka yang bilang bukan ustadz ini dan ustadz itu, Allah yang katakan "berfirman" apakkah kita bisa pungkiri?! Ibadah semata-mata karena cinta kepada Allah tetapi pungkiri firman ganjaran pahala dan surga dari dzat yang dicintai ini sungguh konyol.

image
Image link

Ada apa dengan ibadah hitung-hitungan, bukankah setiap perbuatan itu memang dihitung baik perbuatan baik dan buruk semua ada ganjarannya, Al Mizan nanti semua akan dihitung. Ibadah di sebuah tempat juga dihitung, untuk mengetahuinya juga wajib ada dalil, sholat di Masjidil Haram dan Madinah lebih afdol misalnya. Bukan di kuburan syekh anu dan syekh anu atau di tempat keramat anu dan keramat anu, semua butuh dalil dan semua adalah hitung-hitungan. Surga dan neraka juga memiliki tingkat-tingkat sesuai dengan hitungan bagi penghuninya.

Jika ada perselisihan diantara umat kembali kepada Al Quran dan Hadist, jelas sekali itu. Tidak berandai-andai tidak bermain kata-kata, tidak pula berhayal.

Wallahu alam bishawab...

Buruj ck

Sort:  

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by lord-geraldi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Congratulations @lord-geraldi: this post has been upvoted by @minnowhelpme!!
This is a free upvote bot, part of the project called @steemrepo , made for you by the witness @yanosh01.
Thanks for being here!!

Mantap bg, saya setuju sekali. Saya punya analogi begini, walaupun tidak terlalu nyambung sebenarnya. Apa ukuran khusu' dalam sholat? Maka sepakat ulama : kita cukup fokuskan pikiran dan hati kita pada bacaan sholat, maka itu sudah khusu'. Tidak perlu mengingat surga neraka dalam sholat, tidak perlu mengingat dosa pahala dalam sholat, ntar lupa raka'atnya. Hehe.
Nah, seperti teori ibadah tanpa mengharap surga neraka, itu soal "nilai". Yang berhak menilai tentunya sang "empu" semesta. Maka janganlah kita sibuk pada nilai dan rasa tapi malah lupa pada pada ujian. Walau saya tidak menafikan setiap manusia akan mengalami tahap dimana dia akan berusaha mencari "nilai dan rasa" yang lebih, merasa ada yang kurang dengan "sekedar kewajiban", ini bagus, tapi ingat, semua ada tahapannya. Semoga kita segera menuju kesana tapi dengan tiket yang asli, bukan tiket abal-abal. Hehe
@lord-geraldi mantap, postingannya berani.

Mengingat dan mengharap adalah hal yang berbeda, renungkan kembali....

Bicara ibadah bukan bicara teori. Bagaimana mungkin kita beribadah tanpa mengharap pahala dan menghrap mjdi pnghuni surga, dan drimana kita tau suatu perbuatan itu ibadah atau bukan kecuali telah tertulis dalam Al Quran dan hadist, dri Al Quran maupun hadist selalu bergandengan antara suatu perintah dan ganjarannya, yg bilng adalah itu semua Allah yang @bonbons sebut dengan "empunya" kenapa harus buat "teori2" yg @bonbons sebutkan diatas.

Trimaksih telah berkomentar ya... :)

Saya balas komen lagi ini Bg @lord-geraldi. 😁
Setuju Bg, ibadah bukan teori tapi amalan.
Betol Bg, semua itu bersumber Al-Qur'an dan Hadist, dan ujung harapan kita adalah surga dan neraka. Tapi ingat juga Bg, semua ibadah ada pahala dan nilainya, dan nilai yang tertinggi adalah iklash dan Ridha. Nah, dari sini muncullah pengertian2 berbeda tentang ikhlas dan kriterianya. Maka ungkapan kita beribadah tidak mengharap surga dan tidak takut neraka itu masuk dalam kriteria orang yang ikhlas. Nah, soal pahala pasti sudah dapat dari ibadah, tapi ikhlas, ini nilai yang lain bg, hanya Allah yang tahu.
Soal "empunya" itu saya coba nisbatkan kepada Allah Rabbul 'alamin..
Memang Genk droneh Bg @lord-geraldi. 😁😁

Waw luar biasa tanggapan om @bonbons bguslah aku sgat senang tulisanku ditanggapi dengan baik...

Takut neraka adalah perintah Allah, bagaimana mungkin kategori ikhlas itu tidak takut neraka, menjalankan perintah tetapi pungkiri perintah lainnya.

Mengharap pahala dn surga tidak merusak keikhlasan, takut neraka juga tidak merusak keikhlasan.

Contoh kecil, saat kita hendak marah besar maka karena takut dalam dosa yg mengantar kepda neraka kita pun mencoba bersbar, dn mnghilangkan mrah. Hal ini tidk mngapa.

Contoh lain, ketika jalan2 ke medan sekonyong2nya berjumpa cewek cantik dan "mentul" saat syahwat bangkit kpada yg bukan mahram lalu kita mencoba menundukkan pandngan dengan hrapan "ahh di syurga nanti bidadari jauh luar biasa cantiknya" maka kitpun menjauhkan dri perbuatan dosa, ini juga tidk mengapa.

Perbuatan demikian adalah keikhlasan, semua sahabat Rasul begitu merindukan mati syahid, agar termasuk golongan orang2 yang beruntung (penghuni surga) apakah harapan mereka itu menunjukkan bahwa sahabat tidak ikhlas dalam ber jihad?? Semua telah diterangkan sehingga jelas kita berbuat apa yg diperintahkaan Allah akan dpat pahala berharaplah masuk kedlam orag2 yg beruntung.

Trimaksi skli lgi telah semngat utk menaggapi tulisan aku ini,.. bahagia rasanya bisa berbagi pandngan...

Taqabbalallahu minnaa wa minkum shabatku @bonbons :)

Sama-sama Bg. Taqabbalallahu Minna wa minkum sahabatku.. saya juga senang karena bisa bertukar argumen..

😊😁😁