Sejarah mesjid agung al munawarah kota jantho
Masjid Agung Al-Munawaroh Kota Jantho Aceh Besar
BILA Anda berkunjung ke Kota Jantho, ibu kota Kabupaten Aceh Besar, rasanya belum sempurna jika tak menyempatkan diri shalat di Masjid Agung Al-Munawwarah yang berada di tengah Kota Jantho. Pembangunan masjid itu dimulai pada Jumat, 17 Agustus 1984 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Aceh saat itu, Hadi Thayeb, Bupati Aceh Besar Drs HM Zein Hasjmy, Ketua DPRD Aceh Besar Zakaria R Alwy, dan Tgk Abd Djalil Ibrahim selaku ketua panitia pembangunan masjid tersebut.
Luas Masjid Agung Al-Munawwarah adalah 40x42 meter persegi. Pada awalnya, dana yang dianggarkan untuk pembangunan masjid itu Rp 450 juta. Berkat dukungan berbagai pihak, pada Jumat, 22 April 1988, masjid ini diresmikan pemakaiannya oleh Bupati Aceh Besar Drs HM Zein Hasjmy,” jelas Imam Besar Masjid Agung Al-Munawwarah, Tgk Zaini SH MH, kepada Serambi, beberapa hari lalu.
Menurutnya, rasa suka cita menyelimuti prosesi peresmian masjid itu yang ikut dihadiri pejabat jajaran Pemkab Aceh Besar, ulama, tokoh masyarakat dan warga Kota Jantho sekitar sekitarnya. Kehadiran Masjid Al-Munawarah semakin melengkapi semaraknya pelaksanaan syiar Islam di Kota Jantho.
Dalam perkembangannya, kata Tgk Zaini, Masjid Al-Munawarah terus dibenahi. Masjid tersebut kini mampu menampung sekitar empat ribu jamaah shalat. Masjid ini memiliki pekarangan yang luas. Karena itu, di kompleks masjid ini sering dilaksanakan peringatan hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Israk Mikraj, serta shalat Idul Fitri dan shalat Idul Adha.
Pelepasan calon jamaah haji Aceh Besar terkadang juga dipusatkan di masjid ini. Di sini pula, lanjut Tgk Zaini, telah tercatat sejumlah warga nonmuslim yang menyatakan ikrarnya untuk masuk Islam. Bahkan beberapa kali pelaksanaan uqubat cambuk bagi pelanggar Qanun Syariat Islam juga digelar di halaman Al-Munawwarah yang dilakukan usai shalat Jumat.
“Kegiatan lain yang juga rutin dilaksanakan di masjid Ini adalah pengajian seni baca Alqur’an dan tajwid (Selasa dan Jumat usai shalat Ashar), dalail khairat (Selasa malam), pengajian kitab yang dipimpin Tgk Hamzah (Rabu malam), dan tadarus tilawah oleh remaja masjid (Kamis malam),” jelas Tgk Zaini.
Masjid Al-Munawarah yang berdiri megah di pusat Kota Jantho dan dikelilingi oleh perbukitan Bukit Barisan yang indah dan elok. Hembusan angin yang bertiup sepoi-sepoi akan semakin memberi kekhusyukan dan kesegaran bagi jamaah. Tatkala waktu azan tiba, panggilan Ilahi akan menyeruak ke segenap sudut ibu kota Aceh Besar tersebut.
Ya, dari Al-Munawarah, syiar Islam itu semakin menggema dan mengisi relung-relung keimanan warganya. Begitu hendak berwudhuk, nuansa kesejukan dan kesegaran bakal semakin memotivasi kaum muslimin untuk senantiasa khusyuk tatkala menunaikan shalat lima waktu secara berjamaah di masjid itu.(jamaluddin)
Visi Misi Al Munawwarah
Visi: Mewujudkan pelaksanaan kemakmuran masjid
Misi: Berperan dalam memberikan bimbingan dan sosialisasi syariat Islam, meningkatkan sumber daya melalui pengajian Alquran dan kitab-kitab, berperan sebagai media penangkal ajaran-ajaran yang bertentangan dengan syariat Islam, menjadikan masjid sebagai wahana mengimplementasikan dari berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan mengoptimalkan fungsi masjid dalam pembinaan umat
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.masjid.asia/2014/03/
Hello @yuswardi, apa kabar? Menarik artikelnya dan sudah kami upvote..