Sejarah Putroe Neng : History of putroe Neng from Aceh

in #life7 years ago (edited)

21ab5c8b594e56784011d31457e6e0b4-624x624.jpgEnglish :
Speaking of women, Aceh not only has Cut Nyak Dien or Cut Mutia as a mighty woman. Not only is Sheikh Keumala Hayati who historically able to fight and subvert 100 Portuguese soldiers in the battlefield in the 1600s.

Based on historical studies, Putroe Neng is also touted as a mighty woman. Mentioned, he not only uprooted the men on the battlefield, Putroe Neng has also uprooted 99 mighty men in his bridal bed.

In his novel entitled "When the First Night Became The Last Night For 99 Men", Ayi Jufridar reveals the romance of Putroe Neng with 100 men who once became her husband.

Nian Nio Lian Khie was his real name before embracing Islam and married to Sultan Meurah Johan. Putroe Neng is a Chinese Women's War commander, General of China Buddha.

Meurah Johan himself is a prince who has defeated troops led by Putroe Neng on the battlefield. Although in the end knees on the battlefield, but Putroe Neng in fact never gave up in the battlefield.

Meurah Johan was covered in blood, lying awkwardly with his whole body turned blue by a deadly weapon owned by Putroe Neng. Not only as the first husband, Meurah Johan also became the first man to feel the enormity of the ultimate weapon Potroe Neng.

Although never intended to kill her own husband, but the weapon owned by Putroe has killed the first victim to 98 subsequent casualties. The weapon was a poison planted in his own cock, which was installed by his grandmother, Khie Nai-nai while Putroe was a teenager.

On his first night bed, Sultan Meurah Johan was lying with a blue body. As oceans as lamuri in the daytime.

It was not Putroe Neng's desire to make the first night a last night for her husbands. Because really, the poison Putroe's grandmother planted in his cock was just as a form of anticipation and a potent weapon for Putro not to become victims of war malignancy outside of other physical threats.

From here the story of 99 men who made the first night as the last night begins. Every man who married Putroe Neng fetched his death on the wedding bed the first night. A total of 99 men always said it would be the first night with Putroe Neng, but nobody ever managed to say "I have passed my first night with Putroe Neng".

Until the time comes, a Shiite Sheikh Hudam who decades to become a teacher of Putroe wants to marry Putroe as his wife. Later Shaykh Sheikh Hudam is what managed to say "I have passed my first night with Putroe Neng happily"

A guardian of Putroe Neng's grave named Cut Hasan tells that before making love with Putroe Neng, Shia Hudam managed to get out of Putroe Neng's genital tool without Putroe realize. The poison is inserted into the bamboo and cut into two parts. One part is thrown into the sea, and the other part is thrown into the mountain.

Mentioned, Shia Hudam who became Husband's 100th husband and last husband, survived Putroe Neng's first night of crisis, because he had a poison-fixing spell. Unfortunately, after the poison came out, Putroe Neng's beauty glow was dimmed. Until death falls, Putroe Neng has no children.

Putroe Neng is buried with dozens of Acehnese war victims of the 11th century AD, inside the burial complex of Blang Pulo Village, Muara Satu Sub-district, Lhokseumawe. Located right on the edge of Jalan Medan-Banda Aceh (trans-Sumatera), which is now being prepared into a cultural heritage location.

There are not many references that succeed in exploring the truth of the story. According to Acehnese culturalist, Syamsuddin Djalil aka Panton's father, the story of the death of 99 husbands is only a legend even though the name of Putroe Neng does exist. According to him, the death is the image that Putroe Neng has killed 99 men in the war in Aceh. Syamsuddin Jalil said that it is difficult to trace where the story of Putroe Neng's toxicity appears. Ali Akbar who wrote many Aceh history books also admitted the story of the death of 99 men was just a legend.

Unlike Cut Hasan, the guardian of Putroe Neng's grave, he said the story of the death of Putroe Neng's 99 husbands is not a myth. He claimed to experience some magical things as a guardian of the tomb. He dreamed of meeting Putroe Neng and in the dream was given two pieces of gold. The next morning, Cut Hasan actually found two pieces of parallelogram-shaped gold with carvings on each side. One piece borrowed by a researcher and has not been returned. While one more piece is still stored until nowU5drtfKjZQziBhTXJZvQYuCvcGK4TPZ_1680x8400.jpg

Indonesia :
Bicara wanita, Aceh tak hanya memiliki Cut Nyak Dien ataupun Cut Mutia sebagai wanita perkasa. Pun tak hanya Syeikh Keumala Hayati yang menurut sejarah mampu melawan dan menumbangkan 100 prajurit Portugis dalam medan pertempuran pada tahun 1600-an.

Berdasarkan kajian sejarah, Putroe Neng juga disebut-sebut sebagai wanita perkasa. Disebutkan, ia tak hanya menumbangkan para lelaki di medan perang, Putroe Neng juga telah menumbangkan 99 lelaki perkasa di ranjang pengantinnya.

Dalam novelnya yang berjudul “Tatkala Malam Pertama Menjadi Malam Terakhir Bagi 99 Lelaki”, Ayi Jufridar mengungkap kisah percintaan Putroe Neng dengan 100 lelaki yang pernah menjadi suaminya.

Nian Nio Lian Khie begitulah nama aslinya sebelum memeluk Islam dan menikah dengan Sultan Meurah Johan. Putroe Neng adalah seorang komandan perang wanita Negeri Tiongkok, berpangkat Jenderal dari China Buddha.

Meurah Johan sendiri adalah seorang pangeran yang telah mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Putroe Neng di medan tempur. Meskipun pada akhirnya bertekuk lutut di medan tempur, namun Putroe Neng nyatanya tidak pernah menyerah di medan ranjang.

Meurah Johan bersimbah darah, terbujur kaku dengan sekujur tubuh membiru akibat senjata mematikan yang dimiliki oleh Putroe Neng. Tak hanya sebagai suami pertama, Meurah Johan juga menjadi laki-laki pertama yang merasakan dahsyatnya senjata pamungkas Potroe Neng.

Walaupun tidak pernah bermaksud untuk membunuh suaminya sendiri, namun senjata yang dimiliki oleh Putroe telah memakan korban pertama hingga 98 korban berikutnya. Senjata itu adalah racun yang ditanam dalam kemaluannya sendiri, yang dipasang oleh neneknya, Khie Nai-nai saat Putroe remaja.

Di atas ranjang malam pertamanya, Sultan Meurah Johan pun tergeletak dengan tubuh yang sudah membiru. Sebiru lautan lamuri di siang hari.

Memang bukan keinginan Putroe Neng untuk menjadikan malam pertama menjadi malam terakhir bagi suami-suaminya. Karena sesungguhnya, racun yang ditanam nenek Putroe didalam kemaluannya tersebut hanya sebagai bentuk antisipasi dan senjata ampuh agar Putro tidak menjadi korban keganasan perang di luar ancaman fisik lainnya.

Dari sinilah kisah 99 lelaki yang menjadikan malam pertama sebagai malam terkahirnya dimulai. Setiap lelaki yang menikah dengan Putroe Neng menjemput ajalnya di ranjang pengantin saat malam pertama. Sebanyak 99 lelaki selalu mengatakan akan bermalam pertama dengan Putroe Neng, tapi tak pernah ada yang berhasil mengatakan “aku telah melewati malam pertamaku dengan Putroe Neng”.

Sampai tiba saatnya, seorang Syeikh Syiah Hudam yang berpuluh-puluh tahun menjadi guru Putroe hendak meminang Putroe sebagai istrinya. Kelak Syeikh Syiah Hudam inilah yang berhasil mengatakan “aku telah melewati malam pertamaku bersama Putroe Neng dengan bahagia”

Seorang penjaga makam Putroe Neng bernama Cut Hasan mengkisahkan bahwa sebelum bercinta dengan Putroe Neng, Syiah Hudam berhasil mengeluarkan bisa dari alat genital Putroe Neng tanpa Putroe sadari. Racun tersebut dimasukkan ke dalam bambu dan dipotong menjadi dua bagian. Satu bagian dibuang ke laut, dan bagian lainnya dibuang ke gunung.

Disebutkan, Syiah Hudam yang menjadi suami ke-100 sekaligus suami terakhir Putroe, selamat dari kemelut malam pertama Putroe Neng, karena ia memiliki mantra penawar racun. Sayangnya, setelah racun tersebut keluar, cahaya kecantikan Putroe Neng meredup. Sampai ajal menjemputnya, Putroe Neng tidak mempunyai keturunan.

Putroe Neng disemayamkan bersama belasan korban perang Aceh abad 11 Masehi, di dalam kompleks pemakaman Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe. Letaknya persis di pinggir Jalan Medan-Banda Aceh (trans-Sumatera), yang kini sedang disiapkan menjadi lokasi cagar budaya.

Tak banyak referensi yang berhasil menggali kebenaran kisah tersebut. Menurut budayawan Aceh, Syamsuddin Djalil alias Ayah Panton, kisah kematian 99 suami hanya legenda meski nama Putroe Neng memang ada. Menurutnya, kematian itu adalah tamsilan bahwa Putroe Neng sudah membunuh 99 lelaki dalam peperangan di Aceh. Syamsuddin Jalil mengatakan bahwa sulit ditelusuri dari mana muncul kisah tentang kemaluan Putroe Neng yang mengandung racun. Ali Akbar yang banyak menulis buku sejarah Aceh pun juga mengakui kisah kematian 99 lelaki itu hanyalah legenda.

Berbeda dengan Cut Hasan, penjaga makam Putroe Neng, menurutnya kisah kematian 99 suami Putroe Neng bukanlah mitos. Ia mengaku mengalami beberapa hal gaib selama menjadi penjaga makam. Ia bermimpi berjumpa dengan Putroe Neng dan dalam mimpi itu diberikan dua keping emas. Paginya, Cut Hasan benar-benar menemukan dua keping emas berbentuk jajaran genjang dengan ukiran di setiap sisinya. Satu keping dipinjam seorang peneliti dan belum dikembalikan. Sementara satu keping lagi masih disimpannya hingga sekarang

Sort:  

Sama Putroe original aja lebih aman