Pertemuan Terakhir; Salam Perpisahan untuk @silvira

in #life7 years ago

WhatsApp Image 2018-03-04 at 10.04.39 PM.jpeg
Vira, Fara, Ihan, tiga sekawan yang kukira sengaja dipertemukan Tuhan untuk saling membersamai

Aneh! Di malam terakhir perjumpaan ini kami justru lebih banyak membahas tentang jengkol. Hm, setidaknya ini bisa menjadi semacam alarm yang akan diingat otak. Bahwa aku dan @silvira punya satu kesamaan, yaitu sama-sama menyukai rendang jengkol yang legit dan gurih. Jika jengkol bisa membuat kami saling mengingat dan merindukan, mengapa tidak?

Semalam, aku, @silvira, dan @fararizky bertemu di kedai kopi T-36 di pojok Taman Bustanussalatin. Pada pertemuan sebelumnya @silvira gagal nimbrung karena masih ada orang tuanya di Banda Aceh. Jadilah malam itu aku hanya menghabiskan waktu berdua saja dengan @fararizky, membicarakan banyak hal mulai dari yang penting sampai yang tak berfaedah sama sekali.

Malam tadi, memenuhi ajakan @silvira kami pun sepakat untuk bertemu kembali. Kedai kopi T-36 tetap menjadi pilihan kami. Aku sendiri sangat menyukai suasana kafe ini, terutama di malam hari. Seperti yang pernah kutuliskan di postingan sebelumnya, penataannya mendekati rumah impian yang kuidam-idamkan. Baca di sini: Mengurung Diri dalam Keasyikan Konsep dan Suasana Kedai Kopi T-36

IMG20180304203333.jpg
Pisang nugget, camilan renyah dengan cocolan 'kecap' yang gurih menemani perbincangan kami hingga menjelang tengah malam

Di sini juga tidak disediakan fasilitas internet, orang-orang bisa fokus pada teman bicaranya tanpa sibuk dengan layar laptop. Tapi tidak denganku, karena aku harus menyambi kerja, selama pertemuan berlangsung laptopku tetap standby. Tapi itu tidak mengganggu konsentrasiku pada dua orang yang duduk berhadapan denganku. Oh ya, di kafe ini juga tidak tersedia teh dingin, sebagai gantinya aku memesan es kosong sebagai tambahan dari red velvet yang sudah kuhabiskan sebelumnya.

Saat duduk dengan Vira malam tadi, seketika mengingatkan kembali pada pertemuan pertama kami pada trimester keempat tahun lalu. @akbarrafs yang mengenalkan aku pada Vira. Jika warung kopi adalah perantara untuk mempertemukanku dengan banyak orang, pertemuan dengan Vira salah satunya, dengan @fararizky salah duanya. Aku masih ingat, di pertemuan pertama hari itu kami langsung olahraga bersama. Jogging di Lapangan Rindam di Mata Ie, Aceh Besar.

Belakangan, aku mulai menemukan sesuatu dalam diri Vira. Di balik tubuhnya yang mungil, ada gelora besar yang memantik semangatnya dalam beraktivitas. Memiliki jiwa sosial yang tinggi, membuatnya mendedikasikan diri untuk berkhidmat di Children Cancer Care Community (C-FOUR). Punya ketertarikan pada film, membuatnya bergiat di Aceh Documentary Film. Ah, ia juga suka menulis, dan itu kenapa akunnya dengan mudah ditemukan di Steemit. Cerita-ceritanya selalu menarik.

IMG20180304220642.jpg
Vira dan Fara sedang saling berbalas pesan di aplikasi chatting

Sebelum Fara datang aku sempat bertanya pada Vira, apakah menjadi dokter memang cita-citanya sejak kecil? Sebab, dokter, pilot, polisi, tentara, adalah sederet profesi yang begitu mudahnya diucapkan sebagai jawaban oleh anak kecil. Namun Vira malah memberi jawaban sebaliknya, ia justru mengaku seperti tak punya cita-cita dulunya.

"Hom, sang long hana cita-cita," jawabnya dengan mimik yang sangat jenaka. Aku menahan diri untuk tidak menertawakan ekspresinya ketika mengucapkan kalimat itu.

Vira kini sudah menyandang predikat sebagai Sarjana Kedokteran, itu artinya ia harus naik tangga untuk melanjutkan program koas di Rumah Sakit Datu Beru, Takengon, Aceh Tengah. Aku yang baru mengetahui kalau dia akan segera meninggalkan Banda Aceh dalam waktu dua hari ke depan, merasa kaget. Itu artinya untuk jangka waktu yang tak bisa ditentukan, aku hanya akan menikmati keriangan dan keceriaan Vira melalui percakapan-percakapan maya saja. Dengan gelak tawa dan bibir manyun diwakilkan oleh sejumlah gambar ekspresi. Hm...[]

Sort:  

Perpisahan utk pertemuan selanjutnya....pertemanan yg selalu menceriakan...

Iya Bang @nasirage .... setiap pertemanan selalu memiliki kisah yang berbeda..

Ohhh tidaaaakk... Jangan sampe rumah makan jengkol terwujud

Eh, nggak boleh gitu, itu calon pintu rejeki Ihan dan Vira :-D..... nanti jadi tim marketing aja yaaa.....

Hahaha ... Kami jd cheerleader

Duhhhhh semoga warung makan jengkolnya bisa terwujudkan yaaa. See youuuu kak ihannnn 😚😚

Aminnnnn nanti kita bisa buka cabang di Idi dan Matang, biar jadi kuliner spesifik....

Selamat jalan, Kak Vira. Semoga tetap hangat selama di Takengon. :)

dia berencana bawa kipas angin, aku bilang jangannnnn....rugi percuma ajaa

Wah, jauh juga koasnya sampai ke sana ya?

makin jauh makin banyak ilmunya hehehehhe

Saya jengkolholic haha
Tentang silvira, aku kl dia liat dia wajahnya selalu serius, spt orang mkir. Padhal kl senyum manis :)

waahhhh tosss dulu sesama pecinta jengkol hahhaha. Tentang Vira, dia memang sering pake muka serius, padahal ya itu, kalau senyum manis, jatuh hati kita

kalau belum uji tester rendang jengkolnya belum terbukti tuh 😂

nanti pas meet up lagi kita buat rendang jengki bang hahahahah

semoga saya menguji testes nya haha

Jadi @fararizky ga suka jengkol? 😀 Padahal enak banget, lo!

Btw, dr nama2 yg Ihan sebutkan, aku hanya mengenal Fara dan @akbarrafs. Salam utk keduanya, ya, Han! Salam kenal untuk @silvira, slmt menjalani masa2 koaa, ya!

fararizky pura-pura ahahahahahah..... nanti suatu saat dia bakal nyesal bilang nggak mau jengkol wkkwkwkw

Hehehhee.. Ngomong jengkol, pertama-tama sampai ke Jakarta aku ditawarkan makan ini, tapi menolak karena belum terbiasa. Baunya yang agak tajam membuat aku jadi "mau tak mau" mencicipi makanan itu.

Tapi, dulu, ketika kami lembur di kantor karena piket, akhirnya seorang patner kerja bawain sarapan pagi yang sudah dibungkus, mau ga mau aku makan karena menghormati dia, soalnya dia dua redaktur dan aku masih reporter. Tapi setelah kejadian itu, aku saban pagi jadinya sarapan nasi uduk plus jengkol Betawi di sekitar Mampang Prapatan. Ahahahahhaa.

hahahhahahaha.....wate away han ek, dudoe han ek peuna wkwkwkk

Bagi orang Betawi, jengkol itu nikmat. Nikmat itu jengkol.