Panggung masa kecil
Suara bel memekik, anak - anak riuh berlarian menuju kelas masing - masing, berusaha secepatnya menggapai tempat duduk.
Para ketua kelas berdiri di depan pintu kelas, kemudian berteriak "Kelas IV A masuk, kelas IV A masuk ..."
Teriakan diulang beberapa kali, bersahutan dengan para ketua dikelas yang lainnya. Menandakan pelajaran akan segera dimulai.
Kelasku pagi ini akan belajar kesenian. Ibu guru mengenakan selendang tipis berwarna merah muda, dengan poni yang sengaja disisir rapi dan dibiarkan sedikit terlihat, siap memberikan pelajaran.
Tiba - tiba Ibu guru bersuara "Yang namanya Rika, tolong maju ke depan". Teman - teman seketika itu langsung mengarahkan pandangan padaku, akupun maju, walau tidak mengetahui maksud pemanggilan namaku kali ini.
Aku berjalan ke hadapan guru, kemudian Ibu guru berkata "Rika, ikut saya ke ruang guru, saya dengar kamu pernah juara lomba baca puisi..."
Lomba tempo hari, aku mewakili TPQ tempatku mengaji, rupanya kabar itu sampai juga ke sekolah.
Aku diminta membaca puisi pada sebuah panggung pentas seni, di lapangan kota.
Sebelumnya aku sudah terlebih dahulu terlibat dalam latihan menari di sekolah, kemudian juga merangkap menjadi anggota kasidah dan sekarang membaca puisi.
Praktis, waktu istirahat di sekolah berubah menjadi latihan menari, kasidah dan puisi. Waktu pentas yang semakin dekat, membuat latihan menjadi ketat.
Bersambung...