#Story Fathers and Their Endless Loves

in #love7 years ago

Saya bertemu Wagiyo tepat di depan rumah. Besok adalah hari raya. Seharusnya ia sudah berkumpul bersama keluarga. Namun faktanya dia masih saja mencangkul tanah keras, sesekali menginjaknya kuat. Ia dan beberapa teman lainnya bertugas untuk menanam kabel sepanjang 800 meter milik PLN. Tidak banyak bicara. Mereka berhenti hanya untuk minum beberapa teguk air. Lalu kembali bekerja.

Wagiyo adalah pekerja asal Binjai, Sumatera Utara. Logat Jawanya masih terdengar jelas. Ia bekerja di Aceh lalu pulang ke Binjai berkumpul bersama keluarga. Itupun tidak terlalu sering. Sebagai buruh ia bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan di Aceh. Kalau uang sudah terkumpul ia baru pulang. Meski sering juga ia ditipu.
“Untuk anak istri” kata Wagiyo

Saya penasaran sekaligus iba. Mengapa ia harus banting tulang seperti ini. Di malam hari raya dia masih terus bekerja. Malam dimana ia seharusnya sudah berada di rumah bersama keluarga. Sesekali ia menyapu keringat. Ia berjanji pada dirinya untuk tiba di rumah esok pagi. Berlebaran bersama-sama.

20160911_174736-021.jpeg

20160911_180459-01.jpeg

20160911_180634-01.jpeg

()
source

Begitu pula dengan Dedi. Saya bertemu dengannya di Kota Tua Jakarta. Sudah tiga tahun ia bekerja menggunakan kostum Mario Bros. Tak lelah Ia menyapa setiap orang yang mendekat. Berlakon manis lagi manja. Padahal saya tau jika penutup kepalanya itu berat, pengap dan panas.

“Kalau bukan untuk mencari uang, satu jam saja sudah pingsan” Ujarnya.

Pak Dedi mengaku pendapatan yang ia peroleh dalam sehari bisa mencapai 200 ribu rupiah. Seharian itu bila dihitung dari pagi hingga menjelang malam. Tidak ada patokan berapa seorang pengunjung harus membayar untuk sekali foto bersamanya. Seiklasnya saja. Bahkan banyak juga pengunjung yang hanya mengucapkan “terimakasih”. Pak Dedi Cuma bisa pasrah. Tugasnya hanya berlakon manis sambil melambaikan tangan memanggil orang-orang di dekatnya. Baginya Rezeki sudah ada yang mengatur. Tidak ia dapatkan hari ini, bisa jadi telah dipersiapkan untuk esok hari. Uang yang diperolehnya digunakan untuk anak-anaknya bersekolah.

()

Beda lagi dengan Dani. Kawan sekolah saya ini memilih sebagai prajurit TNI. Dua tahun lalu ia ditempatkan di perbatasan Papua dengan Papua Nugini. Ia tidur dan tinggal di hutan bersama prajurit lain. Berbulan-bulan lamanya. Saya saat itu sedang bersekolah, faham betul bagaimana ia memendam rindu pada keluarganya. Di media sosial ia sempat membagikan foto momen perpisahan sebelum kemudian ia dan rombongan berangkat.

“Mau bagaimana, tugas negara” katanya saat saya tanya mengapa ia harus pergi begitu jauh.

Saya yakin kalau diberi pilihan, ia akan memilih berada dekat dengan keluarga. Dapat memeluk anak-anak dan mengajar bagaimana caranya mencintai tanah air seperti yang ia lakukan. Tapi pilihan telah ia buat. Dari tengah hutan sesekali ia mengirim gambar ke media sosial, bagaimana ia begitu mencintai keluarganya seperti ia menaruh hati bagi bangsanya.

Wagito, Dedi dan Dani adalah tiga Ayah yang luar biasa. Mereka adalah cuplikan wajah-wajah Ayah di dunia yang menjadi teladan. Lelah, kerja keras bukanlah beban. Bagi mereka keluarga adalah segalanya. Meski itu harus ditunjukkan dengan cara yang paling keras sekalipun.

Sort:  

Kami telah upvote yah.. ;D

Ciyee yang bertemu kawan lama... Reuni yee

kawan lama, siapa??

cerita bagus kawan @arielogis
saya telah meng upvote

Makasih sudah berkenan membaca

Jadi ingat suamik :'((

Bang ariel sering bilang sama mak aneuk miet. Kalau bg ariel udah ngak ada kalian harus kuat. Hidup harus lanjut. Kerja keras yg kami tunjukin ini sekaligus contoh bagaimana dunia itu harus ditaklukkan bukan sebaliknya..

Memangnya mereka udah paham konsep hidup-mati, bang? Kizain kalo ayi blg "bunda pergi aja, boleh?" eh dia nangis, wqwq

Sama mamaknya aneuk miet. Bundanya anak anak

Iih Bang @arielogis ini! Hari ini Aini marah kenapa tiba-tiba dirimu berubah haluan menulis.

Paling nggak bisa baca kayak gini. Shock!

Ya Allaaah...jadi nangiisssss .... :'(

Setiap ada sosok-sosok Pak Wagiyo lainnya, mau sedang dimanapun Aini seringkali menangis membayangkan anak istrinya menunggu di rumah. Lalu membayangkan mereka bekerja banting tulang demi lembaran rupiah untuk anak istri nun jauh di rumah. Menanti dengan harap-harap cemas. Semakin dekat hari besar, semakin keras mereka bekerja. Demi mata-mata bening anak-anak yang tentu saja ingin mereka saksikan binarnya di hari raya.

Pikir kisah Bang Ariel sebagai ayah, ah.. Kecewa pembaca

kalau ttg bang ariel, ade akan bercucur keringat...

Seram banget ya Bang 😓

Congratulations @arielogis! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of comments

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!

membaca kisah-kisah seperti ini selalu menumbuhkan butir-butir kabut, di hati maupun di mata.

Begitulah ya, meski tak bisa terus kumpul dengan keluarga ada cinta dalam perjuangan seorang ayah..

itulah hebatnya ayah..

Sungguh salut dengan kecintaan para ayah pada anak-anaknya. Mereka rela berjuang hingga tetes keringat bahkan darah penghabisan demi anak-anak tercinta. Eh, untuk istri jug lho.

Namun, tak jarang, kita temukan para ayah, yang bahkan lupa bahwa mereka punya anak, lho! Fakta tak terelakkan, contohnya ada beberapa di dekat kk, Riel. Semoga Allah memberi hidayah dengan membuka kembali hati mereka, meneteskannya sepotong atau berpotong kasih untuk kembali ke cinta ayah yang hakiki untuk ananda. Aamiin.

Hm, jadi terinspirasi untuk bikin artikel seputar ini, ah! Thanks, Riel! You inspired me! Yuhuuu....

aku baca komen kakak aja ikut sedih kak.. apalagi baca postingannya

Teubapeu leuh kan...

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.16
JST 0.029
BTC 64375.18
ETH 2615.57
USDT 1.00
SBD 2.85