Si Pria Tua itu: "ini mutlak mas? " saya terkejut.
BANTUL, Senja di batas kota Bantul, melintasi Ring Road Selatan menuju Giwangan. Pria separuh baya mengayuh becak dari belakangku. Dari kaca spion tampak pemandangan yang sangat menarik bagi saya. Saya melambatkan laju kendaraan untuk memastikan bahwa saya tidak rabun alias masih jelas di belakangku adalah sepasang kekasih.
Penasaran. Sungguh, aku jadi penasaran lalu berhenti 4 meter di depan becak itu. Aku lebih terkejut lagi karena pria tua denga usia sekiar 70an itu bukan mengayuh becak tapi sedang mendorong kursi roda. Lalu siapakah wanita yang sangat beruntung yang duduk manis di kursi itu?
Tanpa diminta, seketika itu mereka pun berhenti. Saya menghampiri dengan begitu antusias untuk ajak ngobrol namun disambut wajah kebingungan. Mungkin karena tidak biasanya begitu mereka alami. Maklum saja di kota besar orang-orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
Saya mencoba membuka obrolan dengan melempar senyum manisku dan dibalas senyum sederhana dari wajah letih namun ada pancaran kasih dari matanya. Tentu saja kasih terhadap si wanita di kursi roda itu yang adalah istrinya tercinta.
Pria tua berwajah kusam itu dengan berapi-api mulai memperkenalkan diri dan istrinya yang ternyata sudah 14 tahun menderita stroke dan komplikasi. Dia begitu bangga mengatakan bahwa walaupun istrinya sakit dan hidup mereka susah namun cintanya tidak pernah pudar. Tidak ada kata menyerah untuk mencari pengobatan demi kesembuhan istrinya. Mereka melakukannya dengan rutin setiap minggu.
Sekejap kumenatap wajah wanita tua yang tidak dapat menegakkan tubuhnya karena stroke yang dideritanya. Bicarapun tak bisa. Saya sedikit heran dengan perjuangan bapak ini untuk kesembuhan istrinya yang hampir mustahil untuk sembuh hanya dengan terapi sederhana yang barusan mereka lakukan. Dan satu pertanyaan besar dalam benak saya adalah kalau sembuhpun memangnya sang istri bisa buat apa untuk keluarganya karena usia yang sudah tua dan tak dapat kerja lagi. Saya coba bertanya kira-kira akan sembuh atau tidak. Lalu pak tua ini dengan penuh keyakinan menjawab apa yang dia lakukan untuk istrinya bukan untuk suatu kesembuhan semata tapi karena cinta yang dalam yang menjadi dasar perjuanganya.
"Ini mutlak mas", sepenggal kalimat yang membius otak dan seolah membekukan nalarku keluar dari mulut lelaki tua itu. Sang pejuang itu mengulangi kata-katanya yang sama seolah mau menegaskan bahwa cinta itu tidak akan lekang oleh waktu, tidak akan surut karena termakan usia, tak akan pudar karena keriput di wajah dan tak akan hilang walau badai datang menerpa.
Sungguh suatu pelajaran yang sangat luar biasa. Cinta yang tulus dari dasar hati dapat meruntuhkan segala logika manusia jenius sekalipun. Karena tidak dapat dikira, diduga atau dihitung betapa dalam dan bernilainya.
Perjalanan pun dilanjutkan yang ternyata masih 3km jauhnya. Dalam hati saya berdoa semoga Tuhan melihat dan merestui apa yang menjadi dasar perjuangan mereka.
Cinta itu mutlak, tidak memandang fisik, status sosial, harta, jabatan atau apapun itu.
Sobat esteemit, mari kita doakan mohon kesembuhan untuk keluarga ini.
Katakan Aminnnnnnn kawan.
Foto by: Regi, 25/04/18
cinta datangnya tak pernah disanka dan jangan dipaksa...
Sebuah pelajaran yang sangat berharga tentang cinta.
Bahwa cinta itu sungguh2 tk perlu logika. Yg diperlukan adalah HATI.
Aamiiiin....
Semoga kita menemukan cinta sejati dan mutlak seperti ini! ❤️
Amiin....
Pelajaran tentang arti kehidupan yang sesungguhnya.
Cinta membuat mereka hidup, bertahan dan enjoy.
Cintalah salah satu alasan mereka tetap hidup dan masih menikmati indahnya bumi dengan segala keberkahannya