Ketika Tulisanmu Tidak Dibaca
Salah satu hal yang menghambat seseorang untuk mulai membuat tulisan adalah rasa takut tulisannya tidak dibaca. rasa takut ini seolah-olah menjadi beban tersendiri seperti supir angkot yang takut tidak dapat setoran meskipun sudah keliling mencari penumpang di masa PPKM.
Tidak ada yang salah dengan rasa takut ini, bahkan sebenarnya ketakutan ini bisa dijadikan motivasi untuk terus meningkatkan kemampuan menulis hingga nanti mampu membentuk corak penulisan sendiri. Namun, realitanya ketakutan ini malah lebih sering menjadi penghambat seseorang untuk tetap berkreasi.
Kata AA GYM "setiap kejadian itu bersifat netral, tinggal kitanya aja mau memaknainya gimana." Nah begitu juga dengan setiap tulisan kita, mau dibaca atau ngga sama orang, sebenarnya tidak memberi pengaruh apa-apa jika memang niat awalnya untuk menulis. Ngga ada bebannya.
Nah, mungkin kamu ada yang langsung nyolot, "kalau ngga ada yang baca, ngapain juga kita nulis?" Tenang kawan, setidaknya kamu sudah melakukan 2 hal setelah kamu menulis.
Mengurangi stres.
Sesuatu yang tertumpuk itu pasti memberi tambahan beban. Ide atau perasaan yang kamu pendam dalam hati dan fikiran itu akan menambah beban hidup. Tumpukan ide dan perasaan yang ada dalam dirimu sedikit banyak mempengaruhi beban emosi. Emosi yang tidak tersalurkan ini akan memberi tekanan berlebih dalam diri atau biasa kita sebut dengan "stress."
saat ini sudah ada yang memanfaatkan menulis sebagai teraphi. mereka lebih fokus pada menulis ekspresif. perasaan yang tertekan yang dikeluarkan dengan tulisan. kalau bisa kita ibaratkan hal ini mirip dengan seseorang yang menulis surat cinta, tapi tidak dikirim. meskipun tidak akan mendapat balasan, tapi dia sudah merasa senang telah mengeluarkan isi hatinya.
ehh,.. ada yang nyolot lagi, "itu kan perasaan, trus kalau ide yang banyak memang bisa membuat stress?"
Ali bin abi thalib pernah bilang, "ikatlah ilmu dengan menuliskannya." setiap ide yang kamu miliki adalah setitik ilmu. titik-titik ini memang akan selalu tersimpan dalam memori otak. tapi mereka mungkin tidak terhubung satu sama lain.
Mungkin kamu pernah merasakan suatu ketika tiba-tiba ide muncul dalam fikiran, tapi kamu tidak menuliskannya. dan disaat yang lain tiba-tiba kamu merasa solusi dari masalah yang sedang kamu hadapi itu pernah terlintas dalam fikiranmu, tapi karena tidak ditulis lupa akhirnya. Jadilah kamu luntang lantung ga jelas karena masalah tersebut dan berfikir keras untuk mengingat-ingat kembali apa yang pernah terfikirkan sebagai solusinya. Disaat kamu memberi tekanan lebih ke otak atau memaksanya berfikir itulah kemudian timbul "stress."Latihan Menulis
Yang kedua ini mungkin tidak bersifat umum. karena tidak semua orang mau jadi penulis. tapi dengan membiasakan diri menulis, pelan-pelan kamu akan dilatih untuk menulis secara efektif. Jika kamu mengetahui blog yang berisi catatan harian, coba kamu cek dan bandingkan bagaimana bentuk tulisannya ketika pertama kali nge-post dengan postingan yang ke 100. kamu akan menemukan perbedaan yang nyata disana. mulai dari pemilihan kata, susunan bentuk tulisan, dll.
Jadi jangan takut jika tulisanmu tidak dibaca orang lain. Sejatinya menulis itu manfaatnya untuk diri sendiri, dan kalau ada orang lain yang mendapat manfaat dari tulisan yang kamu buat, anggap aja itu bonus.