BANGGA MENJADI SEORANG SANTRI

in #neoxian4 years ago

Baru saja beberapa waktu yang lalu, umat muslim Indonesia dikejutkan dengan salah satu hasil penelitian yang menghalalkan hubungan badan diluar nikah dengan menggunakan konsep milk al yamin. Konsep yang sudah lama dipelajari dalam fiqh ini dan dianggap sudah tidak relevan oleh sebagian orang, kembali diangkat merujuk kepada pemikiran salah satu tokoh muslim, sebagai dasar penghalalan hubungan badan diluar nikah, sehingga tidak dibenarkan untuk di hukum cambuk sebagaimana di Aceh.

Coba bayangkan, andaikan saja, permasalahan ini tidak lagi dibahas di dalam fiqh, atau bahkan dilewatkan tanpa dipahami secara mendalam, maka jangan heran jika konsep milk al yamin ini akan muncul seolah olah konsep baru yang bisa dijadikan solusi bagi umat yang akan datang. Agar tidak terjadi penyelewengan makna inilah, pesantren masih menjaga eksistensinya dalam menerapkan sistem belajar secara khatam yang dibahas secara perlahan, perhuruf, perkalimat, perbab dan hingga tamat tanpa di lewatkan satupun, sekalipun akan sangat sulit menemukan implementasi permasalahan tersebut dalam kehidupan sehari hari.

Perlu kita ketahui, ada banyak konsep konsep baru dalam permasalahan kontemporer yang hari ini diciptakan guna mencarikan solusi terhadap permasalahan umat Islam di dunia. Namun sayangnya, tidak semua pencetus konsep ini punya dasar yang mumpuni ataupun diakui atau bahkan bertujuan untuk mencarikan solusi, namun cuma bermodalkan cocoklogi atau "saya juga laki2" sehingga tidak semua konsep yang ditawarkan bisa diterima dan tepat ketika diaplikasikan. Oleh karena itu, tugas siapa mengoreksi dan memverifikasi setiap konsep baru ini? tugas pemerintahkah? atau tugas pesantren kah?

Sebagai seorang santri, tentu perkembangan ini harus menjadi salah satu fokus dalam perannya sebagai pembangun bangsa dan agama. Santri punya tugas yang berat, mengingat permasalahan yang muncul dan terjadi akan lebih kompleks dari yang sudah ada, permasalahan ini akan lebih menantang, karena sistem teknologi saat ini merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Santri dituntut aktif dan berkontribusi penuh dalam memajukan agama dan menjaga agama dari pemikiran yang justru menghancurkan.

Kita sebutkan saja permasalahan bunga bank, yang sampai hari ini, masih saja ada orang orang yang berusaha meyakinkan umat Islam bahwa bunga bank berbeda dengan riba dan bunga bank itu halal. ada banyak konsep yang dimunculkan demi memuluskan pemikiran ini, mulai dari teori Time value of money, sebuah teori yang mengulas bahwa bunga bank adalah sebuah kompensasi dari akibat nilai uang yang hilang dimasa depan, uang hari ini akan lebih berharga dari pada uang di masa depan, perubahan dari penggunaan kata "Riba" menjadi "Faidah" sehingga terjadi penggeseran makna bahwa bunga bank berbeda dengan riba, dan ada banyak teori lain yang dikembangkan bahkan semenjak 1 abad yang lalu demi membenarkan bunga bank dari segi agama. Sehingga permasalahan ini menjadi perdebatan antara pemikir pemikir Islam klasik dan modern. Tak sedikit ulama yang menolak pemahaman dan pembenaran bunga bank ini.

kondisi pandemi covid-19 ini juga kembali menyadarkan kita, bahwa "surah tekedi" yang selama ini ditemukan dalam banyak literasi kitab kuning, bukan semata bumbu penyedap dalam sajian fiqh, tp hari ini benar benar terjadi dan mengharuskan para santri untuk kembali serius pada contoh contoh selama ini yang dianggap tidak mungkin terjadi. kondisi dharurah saat ini bukan hanya andaian yang disolusikan, tp ternyata perwujudan dari aplikasi hukum yang sudah diproduksi beberapa abad lamanya. tak perlu terkejut, krn ini hanya permulaan tugas bagi santri.

Ini adalah sebagian kecil saja permasalahan kontemporer yang akan jadi tantangan santri di masa yang akan datang. berharap bahwa ulama ulama saat ini akan terus ada untuk membendung permasalahan ini adalah hal yang mustahil. Santri sebagai benteng Islam terakhir, dituntut untuk lebih peka kepada permasalahan sosial, budaya dan dunia yang terjadi saat ini. dengan keterbukaan akses informasi merupakan suatu keberkahan bagi santri dalam menambah wawasan dan referensi aktual guna menambah khazanah keilmuannya di pondok pesantren.

Kecapakan santri dalam berargumentasi dan menulis harus digiatkan di ruang kelas dan ruang publik. santri harus aktif dalam merespon setiap perkembangan, kontribusinya menentukan keutuhan agama di masa yang akan datang. Karya karya nya akan dituntut mampu menjawap setiap problematika aktual.

Santri saat ini, bukan lagi santri yang diremehkan masa depannya, santri saat ini bukan lagi orang yang tak kompeten bersaing dengan para mahasiswa kampus negeri. Seorang santri tidak boleh merasa cukup dan puas dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan, tetapi harus lebih kreatif dan inovatif dalam memperluas dan mengembangkan ilmunya.

Santri harus punya keinginan dan cita-cita yang lebih besar daripada pendahulunya, santri harus punya cita cita lebih besar dari pendahulunya Almanfaluthi pernah berkata kepada anaknya:

كان [المنفلوطي] يسألٌ ابنّه وهو صغيرٌ لُيغرِس في نفسه عُلو الهمّة؛ قال له مرّة: يا بني تريدٌ أن تكون مثل مَن في المستقبل؟ قال له الابنُ: أريدٌ أن أكونٌ مثلّك يا أبي» قال له: لا، لا، لا، لا تقل هكذا! لأني وأنا صغيرٌ كنتُ أتمنى أن أكون مثل علي بن أبي طالب» فالفرق بيني وبينك سيكون
مثلّ الفرق بيني وبين علي بن أبي طالب» فَكّبّر الهمة وانظُر إل فوق !
Almanfaluthi pernah bertanya kepada anaknya yang masih kecil, Wahai anakku, kamu mau jadi seperti siapa, seperti orang yang ada dimasa lalu? anaknya menjawab, aku mau jadi sepertimu wahai ayah. Almanfaluthi menjawab, tidak tidak tidak, jangan berkata seperti itu, karena ketika aku kecil, aku bercita cita menjadi seperti Ali bin Abi Thalib, perbedaan aku dan kamu sama seperti bedanya aku dan Ali bin Abi Thalib, maka perbesar himmahmu dan lihatlah ke atas.

Seorang santri harus optimis dan sadar, bahwa tantangan yang akan dihadapinya akan lebih besar dan terjal dibanding tantangan para ulama sebelumnya. kalau saja santri hari ini tak mengetahui posisi dirinya sendiri, maka akan sangat jelas, kalau agama ini akan binasa dan tak ada lagi.

Habib Ahmad bin Smith pernah berkata:
يصح ان يكون كل إنسان قطب زمانه وفرعون زمانه
Setiap manusia merupakan pemimpin pada zamannya.

Santri hari ini merupakan pemimpin yang akan menjadi harapan Islam di masa yang akan datang, santri hari ini harus berdiri diatas bayangnya sendiri, santri harus mampu menjadi pewaris ulama saat ini, menjadi estafet warisan ilmu yang diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW. santri harus mampu menguasai media dan teknologi. Generasi santri hari ini, generasi emas dimasa yang akan datang.