questions elementary school students about grass lawn
Indonesiaschool, a student asks his teacher. At that time, the teacher was teaching about love.
The learner wakes up from his seat, "Master, how to choose the best person to be the person we care about most?"
The teacher smiled, "Ok, you follow what I tell you. You go to the field, you walk on the grass looking at the grass that lies ahead of you. Choose the most beautiful grass, without looking back once again. Pick the grass that you feel the most beautiful. Then take it to class. "
By the time the student returns to class, there is not a single grass in his hand. The teacher asked, "Why are not there grasses selected?"
The student replied, "Just as I was walking I looked for the most beautiful grass. There are indeed, a lot of beautiful grass, but Master asks to pick the most beautiful. So I kept walking while looking for the most beautiful grass without looking back even once. When I came to the end of the field, I did not see the most beautiful grass. Maybe the grass I've missed is pretty, but, since Master did not let me look back, there was not the most beautiful grass I've picked. "
"We're like students looking for the prettiest grass, in the end ..."
On the grass, we're looking for something. But let it coincide with time, too much waiting.
On the grass, when too looking then it will overtake the disappointment. If we really realize, in a sense, then why should we be afraid to ignore it? Feelings will often be present, difficult to serve.
On that grassy cleft, there must be a true, true sense. The student failed to find, so did we. Only, please set the heart. Please, lest, everything means, not just a toy of life and feelings.
Such a short story from me
thank you
Follow me @hanafiy
sekolah, seorang pelajar bertanya kepada gurunya. Ketika itu, guru tersebut sedang mengajar mengenai kasih sayang.
Pelajar itu bangun dari duduknya, “Guru, bagaimana caranya memilih seseorang yang terbaik untuk menjadi orang yang paling kita sayang?”
Guru tersebut tersenyum, “Ok, kamu ikuti apa yang kusuruh. Kamu pergi ke padang, kamu berjalan di atas rumput sambil memandang rumput yang terbentang di depan kamu. Pilihlah rumput yang paling cantik, tanpa menoleh ke belakang lagi walaupun sekali. Petiklah rumput yang kamu rasa paling cantik. Kemudian bawa ke kelas.”
Pada saat pelajar tersebut kembali ke kelas, tidak ada sehelai rumput pun di tangannya. Guru itu bertanya, “Kenapa tidak ada rumput yang dipilih?”
Jawab pelajar itu, “Tadi, saat saya tengah berjalan, saya mencari rumput yang paling cantik. Memang ada, banyak sekali rumput yang cantik, namun Guru meminta untuk memetik yang paling cantik. Maka saya pun terus berjalan sambil mencari rumput yang paling cantik tanpa menoleh ke belakang walaupun sekali. Saat saya tiba di ujung padang, saya tidak menjumpai rumput yang paling cantik. Mungkin rumput yang sudah saya lewatkan tadi ada yang cantik, tapi, karena Guru tidak membolehkan saya menoleh ke belakang, maka tak ada rumput yang paling cantik yang saya berhasil petik.”
“Kita ibarat pelajar yang mencari rumput tercantik, pada akhirnya…”
Pada rumput itu, kita mencari sesuatu. Tapi biar bertepatan pada waktu, usah terlalu menunggu.
Pada rumput itu, ketika terlalu mencari maka akan menyusul kecewa berganti. Jika kita benar-benar menyadari, pada sebuah rasa, maka, kenapa kita perlu takut untuk tidak menghiraukannya. Perasaan akan sering hadir, sulit untuk sentiasa melayani.
Pada celahan rumput itu, pasti ada, rasa yang benar hakiki. Pelajar itu gagal mencari, begitu juga kita. Cuma, mohon ditetapkan hati. Mohon, agar, segalanya berarti, bukan hanya mainan sebuah kehidupan dan perasaan.
Demikian cerita singkat dari saya
Terima kasih
Ikuti saya @hanafiy
This post has received a 1.48 % upvote from @booster thanks to: @hanafiy.