Catatan Harian Abadi Penyair Bangladesh Aminur Rahman
Di antara sekian banyak penyair Bangladesh yang masih aktif sampai kini, tentu harus disebut nama Aminur Rahman. Penyair kelahiran Dhaka, ibu kota Bangladesh, pada 30 Oktober 1966 tersebut, termasuk penyair yang produktif menulis puisi dan menerbitkan kumpulan puisinya. Dia juga telah mewakili negaranya di sejumlah festival sastra internasional, antara lain di Kolombia, Malaysia, Mongolia, India, Iraq, Jepang, Sri Lanka, Spanyol, Nikaragua, dan sejumlah negara lainnya.
Prestasinya sebagai penyair juga membuahkan penghargaan dari sejumlah negara. Di antaranya, Chinggish Khan Gold Medal (pada 2006) dan Heaven Horse Award (2015) dari Mongolia, Numera World Award of Letters (2016) dari Malaysia, dan Contribution Award for International Poetry (2016) dari Taiwan.
Karya-karyanya juga telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 25 bahasa di dunia. Selain ke dalam Bahasa Inggris, karya Aminur Rahman juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Spanyol, Jerman, Jepang, Mongolia, Arab, Mandarin, Rusia, dan Bahasa Melayu (Malaysia).
(Kumpulan puisi Perpetual Diary - Diario Perpetuo karya Aminur Rahman. Foto: BDHS)
Salah satu karya terbarunya adalah yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris Perpetual Diary dan juga ke dalam Bahasa Spanyol Diario Perpetuo. Bisa diterjemahkan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia sebagai Buku Harian Abadi, kumpulan puisi ini memuat catatan dan pemikiran Aminur Rahman, baik tentang dirinya maupun orang-orang di sekitarnya, serta tentang kehidupan pada umumnya, dalam bentuk puisi.
Saya mendapatkan buku kumpulan puisi dwibahasa, Inggris dan Spanyol, langsung dari tangan penyairnya, Aminur Rahman. Kami telah bersahabat cukup lama, karena sama-sama aktif di kepanduan atau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan kepramukaan.
Saya bahkan masih ingat betapa dia merupakan salah satu orang yang langsung menyatakan empatinya ketika saya kehilangan kakak kandung saya, bersamaan kehadiran kami di Konferensi Kepanduan Asia-Pasifik di Korea Selatan pada awal November 2015. Sebagai catatan kecil, saya menulis puisi dalam Bahasa Inggris:
Thank You Brother
- to Aminur Rahman
Gwangju, Korea, someday in November
in the year of two thousand and fifteen,
you walked slowly to meet me
at the back of the auditorium in
the Kimdaejung Convention Centre.
“I heard about the lost of your brother”,
you said shortly and hug me.
A violet shawl wrapped in chocolate paper bag
you gave it to me, as a gift
“I hope you’ll like it”, you said again.
It was one year ago
but never leave in my mind
a truly brother I’ve ever met
only thank you I can said
and a pray for your health
also success in your journey.
Thank you, brother
thank you Aminur Rahman.
Jakarta, October 2016
Bertemu kembali dengannya di Konferensi Kepanduan Asia-Pasifik di Manila, Filipina, 15-20 Oktober 2018, saya menghadiahkan kumpulan puisi karya saya yang berjudul Aargh Reformasi, sementara Aminur Rahman menyerahkan kumpulan puisinya Perpetual Diary – Diario Perpetuo. Sebagaimana saya menandatangani kumpulan puisi Aargh Reformasi yang ditujukan untuk Brother Aminur Rahman, dia pun menandatangani kumpulan puisinya yang ditujukan kepada saya, Dear Brother Berthold.
(Aminur Rahman, penyair Bangladesh. Foto: Istimewa)
Sungguh menarik membaca puisi-puisi yang ada di dalamnya. Kali ini saya mencoba menerjemahkan lima puisi pertama dalam kumpulan puisi Perpetual Diary itu. Kebetulan kelima puisi di halaman awal itu, merupakan satu tema yaitu Love (Cinta). Berikut adalah terjemahan saya ke dalam Bahasa Indonesia puisi Love: 1 (Cinta: 1) sampai Love: 5 (Cinta 5).
Saya mengambil terjemahan Bahasa Inggris untuk saya terjemahkan kembali ke dalam Bahasa Indonesia. Tidak mudah, apalagi menerjemahkan puisi yang sedapat mungkin mencari makna di dalamnya. Sebenarnya, informasi yang saya peroleh, karya ini pernah diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu (Malaysia) dengan judul Diari Abadi, namun saya belum pernah melihat buku dan terjemahan dalam Bahasa Malaysia itu. Mungkin kalau ada, akan lebih mudah disesuaikan ke dalam terjemahan Bahasa Indonesia.
Akhirnya, saya tetap mencoba melakukan, menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia, dan inilah lima puisi cinta dari penyair Bangladesh, Aminur Rahman.
CINTA: 1
Penuh perjuangan
segalanya seakan tanpa tujuan
Hanya
membuang waktu saja.
Tanpa pengertian
tanpa memberi
hatiku kaku
meskipun, segalanya jelas.
CINTA: 2
Dengan mata menutup
Kubuat pilihan terbaik
Hatiku bahagia
Walau semuanya hilang.
(Catatan:
Baris kedua ditulisnya:
I make a diamond-choice
dan saya memilih menerjemahkan sebagai “kubuat pilihan terbaik”, daripada “kubuat pilihan intan” atau “kubuat pilihan berlian”).
CINTA: 3
Kau mencintaiku diam-diam,
mengapa kemudian tetiba
ada di dalammu?
Aku penyair rendahan,
Sebuah gambar tanpa warna
tak bernyawa.
CINTA: 4
dengan
mimpi buruk itu
satu hari-hari
dapat lewat
hidup kenangan
cukup gagal untuk
terakhir.
CINTA: 5
Langit hatiku mengandung dirimu, Nilima
Sebuah bintang di luar galaksi
Sebuah teratai di sungai
Muncul sebagai wanita baru.
(Semua terjemahan dikerjakan oleh: Berthold Sinaulan)
Saya suka artikel di atas @bertsinaulan. Jadi lebih mengenal penyair dari Banglades, tidak hanya kisah tentang Muhammad Yunus melulu. Saleum dari Aceh.
Congratulations @bertsinaulan! You received a personal award!
Click here to view your Board
Do not miss the last post from @steemitboard:
Congratulations @bertsinaulan! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!