Teuku muda Dawod Ule balang seulimum
Awal bulan Juli 1896 kawasan XXII Mukim, tempat dimana Sultan Muhammad Daud Syah berada mendapat serangan besar-besaran dari pihak Belanda. Penyerangan ini memaksa Sultan Aceh mengundurkan diri ke Pedalaman Seulimeum pada tanggal 29 Juli 1896
Panglima Polim-dan penasihatnya T. Moeda Ali bin T. Ayer-Alang,
para Imam Gle jueng dan Tanah-Abe, selain T Musa Anak-Bate,
Brahim-Montassik T. dan T. Moeda-Daud membuatpertahanan. sementara sultan ke Padang-Tidji di VII Moekims Pedir ikut serta T. Mahmood Tjoet-Lam-Tengah, dengan anak-anak Toekoe Moeda-Baid dan T. Rajoet, berada di pegunungan barat pada Gle-Moenda
Pihak Belanda dengan kekuatan 1,5 batalion infantri kemudian menyerang kawasan Seulimeum setelah mengetahui keberadaan Sultan Aceh di sana. Mendapatkan penyerangan itu, pada bulan September Sultan hijrah ke Pidie. Bersamaan dengan menyingkirnya Sultan Muhammad Daud Syah ke Pidie, maka demi menegakkan hak, martabat dan harga diri rakyat Aceh, Panglima Polem bersama pasukannya langsung menuju ke pegunungan XXII Mukim. Mereka berusaha memperkuat benteng pertahanan di wilayah itu.
Sejak awal September hingga akhir bulan Oktober 1896 Belanda rnenyerang XXII Mukim. Belanda dapat mendesak dan menghancurkan kubu-kubu pertahanan Aceh, hingga mereka berhasil menduduki Jantho. Menghadapi kenyataan itu Panglima Polem bersama pasukannya mulai membuat perhitungan dengan pasukan Belanda, terutama dengan cara bergrilya sambil mendirikan kubu-kubu pertahanan di pegunungan Seulimeum, seperti di Gle Yeueng. Dari sini Panglima Polem berhasil menduduki Kuta Ba’Teue(adifa,buku atjeh 1896)
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://labsinfo.wordpress.com/2009/07/06/panglima-polem/
Hallo, hai @temenggungadifa.. Selamat datang di Steemit! Suka anda di sini.. sudah kami upvote yaa.. :-}
terima kasih