Membawa pulang anak dari klinik

Hagoe's Village: Dec, 23th 2025
Pagi ini aku terbangun cukup cepat, sekitar pukul 04 dinihari. Dan di rumah hanya ada kami berdua, si kecil Alvira dan aku. Sedangkan istriku sedang menemani si Kakak dan ponakan kami yang sedang diopname di Klinik Mandiri Bersama Parang Sikureueng, dan si Abang pun tidak pulang ke rumah tadi malam.
Biasanya dia tidur Posko kemanusiaan di Lhoksukon bersama kawan-kawan Pramuka nya yang terlibat aktif dalam kegiatan kemanusiaan terkait bencana ekologis yang terjadi di akhir bulan November lalu, khususnya di Aceh.
![]() | Mie rasa soto |
|---|---|
![]() | Mie goreng |
Sarapan pagiSetelah terbangun aku tidak tidur lagi, sampai si kecil Alvira pun terbangun di jam 06 pagi. Dan kemudian kami sama-sama turun ke dapur untuk membuat sarapan pagi.
Si kecil Alvira mau makan mie goreng untuk sarapan paginya, sedangkan aku memilih mie rasa soto saja.
Si kecil Alvira bisa membuat mie gorengnya sendiri karena kami menggunakan mie instan yang sudah dilengkapi dengan bumbu-bumbunya.
Aku hanya merebus mie instannya dan kemudian menyerahkannya kepada si kecil Alvira agar bisa dicampurkan dengan bumbu-bumbu yang ada sehingga bisa disantap dengan cita rasa mie goreng.
Aku sendiri memilih mie rasa soto di pagi ini karena membuatnya cukup praktis dengan menggunakan mie instan yang juga telah dilengkapi dengan bumbu-bumbunya, yang dalam hal ini bercita rasa soto.
Si kecil Alvira sangat suka bila diajak turun ke dapur sehingga aku sering mengajaknya untuk memasak apa saja, baik di dapur indoor maupun outdoor.
![]() | Wortel |
|---|---|
![]() | Cabe merah |
Berbelanja di Simpang RangkayaSekitar jam 8 pagi, istriku yang sedang berada di Klinik Mandiri Bersama Parang Sikureueng menelponku dan mengabari bahwa anak kami (si Kakak) dan ponakan sudah diperbolehkan pulang dari klinik oleh dokter, pada siang nanti.
Sehingga aku akan menjemput mereka pulang dengan menggunakan mobil, ketika semua prosedur dan administrasinya sudah dibereskan oleh istriku.
Ketika aku mau pergi ke Puskeswan Matangkuli untuk melakukan presensi pagi, ternyata istriku sudah tiba di rumah kami. Dia mengajakku untuk berbelanja terlebih dahulu serta membawa ambal kami yang sempat terendam air beberapa waktu yang lalu ke doorsmer agar bisa dicuci.
Kami pun mutar-mutar untuk mencari doorsmer yang masih menerima orderan cuci ambal di seputaran Matangkuli. Namun beberapa doorsmer yang kami tuju menolak menerima order cuci ambal, karena mereka cukup kewalahan dan harus mencuci banyak ambal yang sebelumnya telah diterima ordernya.
Pasca banjir banyak doorsmer mengalami over kapasitas orderan, baik untuk cuci mobil maupun ambal sehingga mereka terpaksa menolak orderan yang baru sebelum orderan lama diselesaikan pekerjaannya.
Setelah berbelanja sayur-sayuran dan beberapa barang kebutuhan lainnya di kawasan Simpang Rangkaya akhirnya kami mendapatkan sebuah doorsmer yang masih mau menerima orderan untuk mencuci ambal kami.
Membeli jusSayangnya doorsmer ini hanya menerima orderan cuci ambal kami, sedangkan untuk cuci mobil aku harus antri sekitar dua jam. Sementara sebentar lagi aku harus menjemput pulang si kakak dan ponakan kami di Klinik Mandiri Bersama.
Mobil kami cukup kotor pasca banjir yang harus selalu melewati jalanan yang masih berlumpur dimana-mana. Tetapi tampaknya aku harus mencuci sendiri atau mencari doorsmer di lain hari.
Kami pun beranjak dari doorsmer di kawasan Kuta menuju Keudee Matangkuli, karena si kecil mau membeli kue-kue dan jus di sebuah gerai jus yang ada disana.
Di Klinik Mandiri BersamaBaru saja kami memesan jus di sebuah gerai di Keudee Matangkuli, si kakak menelpon ku dan memberi tahu bahwa dia sudah siap-siap untuk pulang ke rumah di siang ini.
Kami pun segera menuju Klinik Mandiri Bersama Parang Sikureueng untuk menjemput si kakak dan ponakan kami agar bisa pulang ke rumah untuk beristirahat.
Si kakak dan ponakan kami sudah dirawat di Klinik Mandiri Bersama ini sejak hari Sabtu kemarin. Dan setelah mendapatkan perawatan selama tiga mereka sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, karena kondisi mereka sudah membaik.
Makan siangDalam perjalanan pulang kami membeli beberapa menu siap saji untuk menu makan siang kami, seperti kuah Pliek, kuah ikan, soto dan pecal sayur di sebuah lapak di Simpang Parang Sikureueng.
Meskipun tadi kami sudah berbelanja di Simpang Rangkaya tetapi istriku masih terlalu capek untuk mengolahnya untuk makan siang kami, jadi membeli lauk pauk yang sudah jadi adalah solusi terbaik buat kami.
Saat ini lapak yang menjual menu dan lauk pauk siap saji ini sudah banyak di daerah kami, yang menyasar konsumen orang-orang yang sibuk (para pekerja) ataupun orang yang tidak sempat memasak karena kondisi tertentu.
Dan peminatnya pun cukup banyak sehingga para penjual menu seperti ini semakin banyak yang berjualan di daerah kami.
Rasanya enak, praktis dan harganya pun terjangkau, yang menjadi daya tarik dari usaha penjualan menu siap saji ini.....
Di Keudee MatangkuliSetelah makan siang dan melaksanakan sholat Zuhur di rumah, aku berinisiatif untuk mencuci mobil ku sendiri dengan menggunakan selang dan air PDAM di rumah kami.
Menunggu doorsmer pun entah kapan ada yang menerima orderan cuci mobil secara cepat. Sementara, biarlah aku cuci sendiri sampai nanti kondisinya sudah normal kembali.
Setelah selesai melakukan sholat ashar, aku mau melengkapi presensi sore di Puskeswan Matangkuli. Dan aku mengajak istriku dan si kecil Alvira, karena kami mau berbelanja lagi di sore ini.
Setelah dari Puskeswan Matangkuli, kami singgah di sebuah minimarket di Keudee Matangkuli untuk membeli beberapa barang kebutuhan kami.
Suasana Keudee Matangkuli terlihat cukup ramai di sore ini, terutama di jalan menuju kantor Camat Matangkuli, dimana di jalan ini ada sebuah pesantren yang memiliki santri yang cukup banyak.
Pesantren ini bahkan sekarang memiliki jenjang pendidikan Sarjana (S1), dimana para santri selain bisa mendapatkan pendidikan agama, sekaligus bisa menempuh pendidikan formal sampai jenjang sarjana.
Aku adalah salah seorang alumni dari pesantren ini bahkan sebelum pesantren ini merger pada tahun 1991. Dan saat ini pesantren Babussslam ini sudah sangat maju dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas.
Di sore hari, banyak santri-santri yang "mondok" (boarding) di pesantren ini keluar dari kompleks pesantren menuju pasar untuk membeli makanan dan lain-lain sehingga membuat jalan ini terlihat cukup ramai dengan mobilitas dan aktivitas jual-beli.
Suasana sore di desa kamiSetelah berbelanja di minimarket di Keudee Matangkuli, kami menuju Simpang Rangkaya, karena kami ingin membeli ayam potong (ayam broiler) disana. Tetapi banyak penjualnya pada tutup atau hanya menjual bebek dan ayam buras saja, karena dalam beberapa hari ini ayam pedaging sangat kurang supply nya.
Aku tidak tahu mengapa hal ini terjadi. Mungkin bencana ekologis beberapa waktu yang lalu membuat usaha peternakan ayam pedaging menjadi stagnan yang membuat supply ayam pedaging di pasar menjadi berkurang.
Kami pun kembali ke rumah kami karena tidak mendapatkan ayam pedaging yang ingin kami beli. Mudah-mudahan esok hari kami bisa mendapatkannya.
Suasana di desa kami pada sore hari terlihat cukup lengang, dan masih terlihat sisa-sisa bencana ekologis yang terjadi pada akhir bulan November yang lalu.
Sekian postinganku kali ini. Stay Healthy and Fun, Ciao...!
@ alee75
Click Here 










