Misteri Patung Angsa
“Dia orang yang aneh,selalu memandangi rumah kita,ketika dia melihat andy dia mandang dengan sinisnya seperti orang yang mau ajak perang saja setelah itu dia pulang dengan tergesa-gesa” ujarku pada mama ketika makan malam.
“Dia orang yang baik ndy, jangan suka suuzan enggak baik tau,kemaren aja dia bantuin mama perbaiki kran air yang kamu rusain kemaren tu, dia juga ramah ndy perlakukan dia dengan baik, diakan baru seminggu pindah kesini, jadi dia harus beradaptasi juga” jawab mama membantah ucapanku.
Memang aku merasakan ada hal aneh dengan tetangga baru kami. Dia pindah kekompleks ini seminggu yang lalu tapi entah kenapa aku tidak suka dengannya. Dia lelaki yang tidak cukup tua kira-kira umurnya 45 tahun seumuran dengan almarhum ayahku. Kulitnya sawo matang dengan tompel dikeningnya. Dia pindah kekompleks ini dengan seorang lelaki tua yang sekarang kupanggil dia kakek itu. Dia berumur setengah abad bahkan mungkin lebih, berkulit kuning langsat, bertubuh kurus dan selama kulihat dia, dia selalu berpakain lusuh dengan blankon dikepalanya. Saya pikir dia lebih mirip dengan seorang pembantu. Tetapi dia sangat ramah, raut mukanya pun nampak dia adalah seorang yang baik-baik.
Aku sangat suka meluangkan waktu minggu pagi untuk melakukan jogging, maklum hari minggu aku libur kuliah jadi kumanfaatkan dengan sebaiknya dari aktivitas yang melelahkan,kompleks kami ini cukup nyaman dan asri, mungkin itu adalah alasan tetangga baru kami itu pindah kekompleks ini. Aku biasanya jogging ketaman yang tidak jauh dari rumahku, ukuran tamannya sebesar lapangan sepakbola. Semenjak tiga tahun terakhir rumah terasa sangat sepi, mama berkerja disebuah perusahaan swasta milik pengusaha asing. Sedangkan aku sedang melanjutkan kuliah yang saat ini masih semester II dan lusa akan diadakan final semester. Satu hal yang membuat kami terpukul adalah tragedi tiga tahun lalu yang menimpa ayah dan adik perempuanku, mereka mengalami kecelakaan maut saat menuju jalan pulang dari sebuah tempat pembelajaran piano dipusat kota tempat adik perempuanku belajar piano. Ketika itu sekitar jam 9 malam mobil mereka ditabrak dari belakang oleh seorang pengendara mobil yang sedang mabuk. Mobil ayahpun terseret hingga membentur trotoar jalan. Mereka meninggal ditempat tanpa bisa diberikan pertolongan medis. Pengendara yang menabrak ayah pun kabur dengan mengendarai mobil dengan sempoyongan dengan tidak bertanggung jawabnya.
Setelah dua jam jongging, aku merasa sangat capek dan aku ingin segera pulang. Ketika sampai dipintu pagar kulihat ada empat orang yang memakai pakaian serba hitam lengkap dengan sepatu sedang mengangkat sebuah patung angsa dan meletakkan di perkarangan taman itu. Sangat indah nampaknya. Disitu juga ada kakek yang ramah itu,
“ Den andy kesini lihat patung angsanya bagus kan ?” tanyanya dengan ramahnya
“Bagus kek,” jawabku pendek.
Setelah melakukan tugasnya. Lelaki yang berpakain serba hitam pun langsung berpamitan, kakek sempat menawarkan mereka agar ngeteh bareng tapi mereka menolak karna alasan masih banyak pekerjaan yang belum mereka selesaikan. Perkarangan rumah itupun semakin indah dengan adanya patung angsa. Tapi akhir-akhir ini aku jarang melihat kakang maman yang biasanya berdiri dipintu pagar sambil memandangi rumah kami dengan sinisnya. Aku mengetahui namanya saat mama menceritakan kebaikannya kepada mama. Diantaranya dia pernah mengantarkan mama ketempat kerja saat aku tidak bisa mengantar mama karna terburu-buru berangkat kuliah yang jalan perusahaan tempat mama bekerja dan tempat kuliahku berbeda, dan juga dia selalu memperbaiki kran air kami yang rusak, entah kenapa semenjak dia pindah kesini kran air dirumah kami sering rusak, tapi beruntung juga kami tidak perlu menyewa montir untuk memperbaikinya hemat uang pikirku. Aku merasa tidak senang ketika mndengar cerita tentang kang maman karna dia bagiku adalah seorang yang selalu memandang sinis dan dingin kepadaku.
“Den andy kok bengong disitu dari tadi ? kesini ngeteh sama kakek “ ajak kakek yang tanpa kusadari dari tadi memperhatikanku
“Oh iya kek mau-mau” jawabku yang terbuyar dari lamunanku sambil melangkah menghampirinya.
“Oh iya kek memangnya kakek ada hubungan apa dengan kang maman”tanyaku membuka percakapan
“kok aden nanyak gitu ? dia balik nanyak sambil mengernyitkan keningnya.
“Oh gak kenapa-kenapa kok kek cuma mau tau aja kek” jawabku menimpali yang pertanyaanku tadi hanya basa basi
“kakek ini kerja sebagai pembantunya. Dia orang yang baik kok den orangnya, coba kenal dia lebih dekat, ntar aden pasti dekat, ntar den pasti suka dengannya” jawabnya
“sudah berapa lama kakek bekerja pada kang maman ?” tanyaku yang penasaran
“sudah setahun den, tapi dia suka berikan kakek bonus padahal tugas kakek terkadang hanya angkat-angkat kardus sama jaga barang berharga miliknya sedangkan dia jarang berada dirumah. Kakek juga punya keluarga dikampung, mereka berharap banyak pada kakek, kakek adalah tulang punggung keluarga, nanti waktu dspat gaji akhir bula ini kakek ingin pulang kampung, kakek akan bayar kontrakan rumah supaya keluarga kakek tidak diusir oleh pemilik kontrakan yang galak. selebihnya kakek ingin membelikan mobil-mobilan untuk cucu kakek” jawab dia dengan mata berkaca.
“Oh begitu kek, sucinya keinginan kakek” ucapku sambil memohon diri untuk pulang dan tak lupa aku mengucapkan terimakasih atas teh hangatnya.
Setelah itu aku langsung pulang kerumah dan mandi, badanku terasa lebih segar sekarang setelah jogging dan mendengar hasrat kakek yang membuatku hampir menitikkan air mata. Setelah mandi aku langsung merebahkan diri di sofa dan menonton televisi. Sungguh membosankan hampir seluruh channel sedang menayangkan berita siang sementara sebagiannya menanyangkan gosip selebriti yang menurutku tidak ada manfaatnya sama sekali. Kuhentikan remote disalah satu channel yang saat itu sedang menampilkan berita mengenai seorang bos narkoba yang berhasil meloloskan diri dari pengepungan polisi di jakarta pusat sekitar tiga minggu lalu. Aku tidak terlalu memperhatikannya bahkan aku tidak menggubrisnya.
”Kabar tiga minggu yang lalu aja ditayangin dasar gak update” ucapku pelan
Akupun mematikan televisinya dan beranjak keluar rumah dan kulihat kakek masih berada ditaman sambil memandangi patung angsa yang indah itu. Tapi ketika kuperhatikan dengan teliti ada yang aneh dengan patung angsa ini, ya hal anehnya ada ditanahnya, tadi ketika aku tinggalkan patung itu tidak ada gundukan tanahnya, tapi sekarang ada gundukan tanah nya. Akupun menghampiri kakek yang sedari tadi masih duduk disitu.
“kakek kenapa masih disini ? enggak bosan apa ?” tanyaku sambil duduk didekatnya.
“iya bosan sih den, tapi tadi kang maman nitip agar kakek jaga ini, supaya tidak dicuri katanya” jawabnya dengan polos
“oh begitu, memangnya siapa yang akan nyuri patung itu apalagi siang-siang gini kek? Ada ada aja kang maman itu lihat patung rusa disana kan gak ada yang nyuri kek”ujarku sambil menunjuk kerumah depan milik nyonya brian.
“iya inikan amanat den, kakek harus lakukan dengan sebaik-baiknya den, apalagi tugas kakek kan akhir bulan ini akan selesai, setelah itu kakek bisa pulang kekampung” jawabnya polos
“ kalau begitu biar andy aja yang jaganya sebentar, kakek makan atau mandi aja dulu, ntar kalo udah selesai kakek jaga lagi, jadi gak akan dicuri” ujarku dengan sedikit bercanda, tapi kakek mengiyakan dengan polosnya.setelah lebih dari sepuluh menit dia masuk kerumah, dan aku masih penasaran dengan gundukan tanah walau hanya sedikit itu membuat hatiku bertanya-tanya. Setelah kuperhatikan baik-baik memang ada celah dan kurasa gundukan tanah itu berasal dari tanah dibawah patung itu. Tiba-tiba ada suatu cahaya putih mengkilat yang menyilaukanku. Kucoba mencari tau, akupun beranjak dari kursi dengan berjalan kepatung itu, kupegangnya patung dan kucoba mengangkat patung itu dan terasa berat. Tiba-tiba jantungku berhenti berdetak ketika merasakan ada tangan yang memegang erat pundakku dengan cengkraman yang kuat, seperti elang yang mencengkram mangsanya.akupun berbalik dari patung itu dan kulihat kang maman memandangku dengan begitu sinis dan dinginnya.
“kamu mau mencuri ya ? “ tanyanya
“enggak..enggak kang, sa..saya Cuma mau lihat patung ini saja kok” jawabku dengan gemetar
“kalo bukan mencuri, jangan dekat-dekat dengan patung ini, ngerti ?” ujarnya setengah berteriak
Kakek pun keluar dari pintu rumah setelah mendengar suara kang maman yang begitu kerasnya, kang maman menghampiri kakek dengan raut muka marah.
“kamu mau gaji enggak sih ? aku suruh jaga patung itu malah kamu tidak menggubrisnya” bentak kang maman
“tapi den..” belum sampi kakek memberikan alasan langsung ditimpali oleh kang maman
“kamu jaga patung itu, kalau sampai ada apa-apa dengan patung itu maka gaji kamu tidak akan aku berikan” perintah kang maman lalu beberapa saat kemudia dia meninggalkan kakek, keluar dari pagar dan menyetir mobil.
Aku sangat menyesali perbuatanku tadi dan aku meminta maaf pada kakek, dan kakek hanya mengatakan “ gak apa-apa kok den, kakek yang salah, itukan memang tugas kakek”
Aku langsung pulang kerumah, tapi pikiranku dipenuhi oleh kejadian tadi, sampai hati kang maman memaki kakek itu hanya karna patung itu, manusia macam apa dia, pikirku. Ketika makan malam, aku menceritakan kepada mama mengenai peristiwa tadi, tapi dia hanya menjawab
“ya salah kamu sendiri ndi,ngapain pakek angkat-angkat patung itu segala, gak ada kerjaan aja” jawabnya.
Memang akhir-akhir ini semenjak kang maman pindah kesini kami jadi berbeda pendapat, entah pa yang telah dibuat oleh kang maman sehingga mama bisa terhipnotis atau mungkin mama telah jatuh ? ah tidak.. tidak... ngak mungkin mama mungkin hal itu terjadi. Sungguh aku tidak bisa membayangkan jikalau ayahku adalah kang maman yang selalu memandangiku dengan sinis itu. Ketika makan malam misalnya kami makan bertiga tapi muka kang maman tetap sinis dan dingin terhadapku. Akupun berdoa agar mama tidak jatuh cinta pada kang maman.
Setelah makan malam aku menympatkan diri untuk menonton televisi, tapi kulihat tidak ada channel yang membuat ku senang, entah apa sebabnya akhir-akhir ini menonton televisi membuat ku bosan, apa karna kang maman juga ? ah tidak mungkin akun kehilangan mood saja. Aku beranjak ke kekamar, sedari tadi pikiranku dipenuhi oleh kang maman. Hampir tengah malam aku belum bisa terlelap,biasanya jam segini aku sudah bisa terlelap, apa ini juga karna kang maman ? ah pikiranku betul-betul kacau padahal besok aku harus mengikuti final semester.
Aku mendengar suara gerbang dibuka, kubuka jendela ingin memastikan apa yang terjadi tengah-tengah malam begini.kebetulan kamarku dilantai dua jadi bisa jelas jikalau mengamatinya. Kulihat kang maman sedang mengangkut kardus dan diletakkan di mobil pickup. Setelah beberapa detik kemudian mobil itu pun berangkat sedangkan yang tinggal disitu adalah kang maman dan kakek. Sebenarnya aku ingin tau apa yang ada dikardus itu tapi tiba-tiba rasa kantukku mengalahkan segalanya dan akupun berbaring ditempat tidur.
Tiba-tiba aku terbangun, tersentak dengan bunyi petasan, aku melihat jam dan ternyata masih jam tiga pagi.
“gak ada kerjaan apa main petasan jam 3 pagi pagi gangguin orang tidur aja” ujarku yang setengah tidak sadar
Pagi itu aku terbangun oleh suara keributan diluar, tanpa memperdulikan suara itu aku langsung mandi karna takut telat masuk kuliah karna final akan diadakan sejam lagi. Setelah mandi aku pergi menuju meja makan tapi anehnya tidak ada mama disana. Dia biasanya selalu menyambutku dimeja makan. Mungkin beliau sudah sarapan duluan dan langsung berangkat kerja, tapi siapa yang mengantarnya ? oh iya saya lupa mungkin kang maman yang mengantarnya.
Setelah sarapan aku melangkahkan kaki kepintu ingin buru-buru pergi dan ketika kubuka pintu, betapa terkejutnya aku setelah kulihat ada garis polisi diseliling rumah kang maman tak terkecuali patung angsa, kulihat juga ada mama disana, dan kulihat juga kang maman dan kakek diborgol tangannya.
Tapi anehnya kang maman tidak mempunyai tompel lagi dikeningnya Kucoba tanyakan peristiwa apa yang terjadi pada mama, dan semua itu sia-sia dia terlalu shock bahkan sulit berkata-kata. Kuterobos kerumunan orang ramai yang menyaksikan kejadian itu, dan aku berhasil masuk kesana tapi seorang polisi mencegatku.
“apa yang terjadi pak?” tanyaku polosnya
“dia adalah buronan yang kami cari yang selalu berhasil lolos, seperti pengepungan dijakarta tiga minggu lalu, tadi malam kami mengirim beberapa personel untuk menyamar dengan menjadi pembeli opium yang dijual oleh tersangka, sementara penggerebekan dan pengepungannya kami adakan tadi malam jam tiga malam”
“Tapi kakek?”
“Kakek itu adalah orang yang baik, dia tidak mengetahui apa-apa tapi dia akan tetap di hukum, tetapi hukumannya mungkin akan lebih ringan”
Kulihat kakek dengan muka polosnya menangis dan hatiku betul-betul remuk melihat kejadian ini. Betapa kejamnya kang maman itu, smpai hati dia membuat kakek seperti ini. Tapi tidak bisa kulakukan selain berdoa agar kakek tabah menghadapi cobaan ini.
Dan akhirnya teka-teki mengenai patung angsa pun bisa kuketahui setelah dijelaskan oleh pak polisi tadi. Patung angsa itu hanya simbol yang dibuat oleh kang maman. Tapi dibawah patung itu ada kunci perak yang kemaren telah membuat mataku silau itu. Dan kuncinya ada pada ukiran kode M5 di bagian dada angsa itu, itu adalah isyarat agar jikalau kita melangkah sejauh 5 meter maka jikalau kita menggalinya maka disana ada sebuah brangkas yang berisi uang dan narkoba yang beraneka ragam jenis dan ditaksir penjualannya akan mencapai 1 triliun Rupiah, dan kunci perak itu adalah kunci brangkasnya
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://blog.ciayo.com/ciayostories/patung-angsa/