Yang Pergi, Pergilah! Yang Bertahan, Bertahanlah!

in #steemit6 years ago

bila 'dah benci
pergilah saja
tak perlu banyak caci
banyak seloka.
(Lirik Lagu Melayu Lawas)
image

Lirik di atas sebenarnya menyimpan pelajaran besar bagi kita dalam menyikapi gejolak asmara, namun jika direnungkan, ia juga bisa dipakai dalam mengarungi amuk hidup, tentu saja. Bahwa ketika merasa sudah tidak bahagia dan hendak berganti keadaan, pergilah dengan bijak. Tak perlu menebar kebencian agar dibenci dan menjauh atau dijauhi sebagai musuh. Bijak dan dewasalah, tunjukkan diri kita sebagai manusia terhormat yang bisa mengelola kebencian dengan cekat.

Jika ingin pergi, pergilah baik-baik. Bila sesekali rindu tiba, bisa datang sebagai teman balik, diterima dengan baik. Jika kamu dilepas dengan benci, tak ada lagi peluang kembali, jika berjumpa pun kau tidak akan dihargai. Memaksa kembali, ditertawakan sebab dianggap tak punya cukup keteguhan hati.
image

Tidak perlu juga membanding-bandingkan satu hal dengan lainnya. Tidak perlu. Kamu suka gadis berkulit putih dan meninggalkan gadis berkulit gelap demi gadis berkulit putih tadi, silakan! Saya teguh memilih yang kulitnya coklat, itu pilihan. Setiap kita merdeka dalam hal memilih. Bebas dan suka-suka. Tidak perlu menghina pilihan orang lain. Tak perlu risau jika berbeda keteguhan.

Di Steemit pun demikian. Kita suka menulis, silakan. Suka photography, monggo. Suka video, tafaddhal. Suka desain, hantam. Suka bikin meme, pubut ju. Suka lainnya, hayyyuuu. Bebas. Pilih sesuai kesukaanmu, jangn urus kesukaan orang lain. Pun perihal rajin atau malas posting. Tidak ada yang memaksa, itu mutlak urusanmu. Juga tentang memilih bertahan maupun hijrah atau pulang ke lain ruang, boleh, kamu dibebaskan. Sebebas-bebasnya, kamu merdeka!

Namun saya memilih bertahan dan konsisten membuat postingan di Steemit. Meskipun (ini sebagai catatan saja), di Facebook saya punya lebih 2.690 teman, diikuti oleh 6.215 orang, dan ribuan pengguna tidak terkonfirmasi. Di Instagram saya difollow oleh 36.9K pengguna (cukup syarat jadi selebgram. Ehehehe). Di Twitter (sebab tidak memposting) mentok akun saya diikuti oleh 730 pengguna. Intinya, di medsos lain saya lumayan populer, aktif dan selalu mempergunakannya. Tapi saya tidak antipati terhadap platform dan merasa tidak perlu membenci.

Bedalah ya, jiwa saya tenang dan cukup sadar bahwa semua ruang memiliki kelebihan dan kekurangan. Semua aplikasi atau platform juga bukan milik saya. Saya hanya pengguna. Saya cukup sadar bahwa tanpa saya di sana, ruang ciptaan orang ini juga tidak akan apa-apa. Siapa saya? Hanya pengguna. Salah seorang dari jutaan pengguna lainnya. Saya ingat petuah lama, "dalam setumpuk padi, sebiji benih hilang tidak akan berpengaruh apa-apa"
image

Saya tidak memilih Steemit, sekali lagi, saya hanya memilih bertahan berkarya di sini. Sebab menurut saya agaknya Steemit memang berbeda dari media sosial lain di luar sana. Di Steemit, hampir semua pengguna pernah (meski sekali dua) membicarakan tentang platform (dan segala menyangkut kebijakan serta hal yang berkaitan dengan platform), merisaukannya, memberi pandangan dan mengkritisi platform ini. Coba lihat di media sosial lain, tidak ada 10% pun rasanya dari para penggunanya yang berbicara perihal platform atau aplikasi. Hanya bermain saja, sesekali bicara mengenai ruang tersebut bila ada semacam perubahan yang tak asyik. Itu pun hanya orang tertentu dan tak jadi polemik sesama pengguna. Artinya hanya di Steemit kita benar-benar kritis terhadap ruang, di luar kayaknya tidak.

Apakah kita memperkarakan jumlah like atau love di media sosial lain? Tidak. Di sini, kita selalu memperhatikan jumlah itu. Dan mengkritisinya dari waktu ke waktu. Apakah kita memperhukumkan kualitas update orang lain di media sosial lain? Nyatanya di sini iya. Apakah kita bergerak untuk memengaruhi banyak teman mempergunakan media sosial lain? Di Steemit, iya. Apakah seribu postingan kita di media sosial lain bisa memberikan pemasukan (oleh postingan tersebut)? Bahkan jika pun harga satu SBD hanya seribu rupiah dan kau hanya mendapatkan vote kecil selalu, lambat laun ia akan mendatangkan pemasukan juga. Ada masuk, pokoknya.
image

Lalu kamu merasa ruang ini tidak asyik dengan berbagai alasan. Silakan saja. Tapi mestinya kamu meniru saya. Jika saya tidak suka pada pintu rumah, saya ganti pintu saja, tidak bakar rumah dan membangun lain dari awal. Itu bodoh, buang waktu dan buang biaya. Jika saya tidak menyukai rumah, saya akan pindah. Total pindah. Tidak malah datang sesekali sebab merasa pernah di sini. Kalau sudah pindah, seperti putus cinta, saya akan melupakan semuanya: kebaikan dan kebencian. Tidak macam orang tujuh kali zuhur (istilah orang Aceh bagi orang yang tidak konsisten berbicara dan bersikap). Benci, tapi tetap di sana. Muak, tapi update juga. Tidak total. Macam anak-anak benci rumah, mau pergi tak berani, ujung-ujungnya pulang juga. Kalau benci Steemit gampang sekali: sign out akun, hapis password disemua tempat simpanan. Pergi, lupakan saja sekalian. Selesai!

Setiap pergi, tak perlu menebar kebencian. Barangkali tanpa menebar benci, kita pun sudah cukup dibenci dari awal. Sehingga kalau kita pergi, orang lain malah bahagia. Suka dibenci? Jiwamu bermasalah, teman. Kritis itu. Apa jadinya hidup ini jika di segala sisi kita sudah tak dapat simpati? Apa jadinya hidup jika di setiap ruang kita dimusuhi?
image

Sort:  

Suka 😍

Yang pergi, pergilah
Aku akan bertahan di sini 😂

Glah keu tanyoe. Mari bertahan. Ehehe

Setiap pergi, tak perlu menebar kebencian. Barangkali tanpa menebar benci, kita pun sudah cukup dibenci dari awal. Sehingga kalau kita pergi, orang lain malah bahagia. Suka dibenci? Jiwamu bermasalah, teman. Kritis itu. Apa jadinya hidup ini jika di segala sisi kita sudah tak dapat simpati? Apa jadinya hidup jika di setiap ruang kita dimusuhi?

Ini realita yang kadung terjadi dan telah mewabah. Mantap that tulisan nyoe sebagai pencerahan jelang Idul Fitri.

beutoi that nyan bang

Di mana-mana orang-orang begini ada. Tumbuh subur. Sesekali diingatkan dengan baik, sesekali dihantam kasar. Namun pada banyak bagian harus diabaikan.

Setiap pergi, tak perlu menebar kebencian. Barangkali tanpa menebar benci, kita pun sudah cukup dibenci dari awal. Sehingga kalau kita pergi, orang lain malah bahagia. Suka dibenci? Jiwamu bermasalah, teman. Kritis itu. Apa jadinya hidup ini jika di segala sisi kita sudah tak dapat simpati? Apa jadinya hidup jika di setiap ruang kita dimusuhi?

Ini realita yang kadung terjadi dan telah mewabah. Mantap that tulisan nyoe sebagai pencerahan jelang Idul Fitri.

Ambil hikmahnya :D

Hana hikmah sapu seubeutoi jih. Cuma nyangkeuh meunan kiraju. Ahahahaa

heboh di fb belum tentu di steemit bro. catat itu
hahahahaha

berdasarkan pengalaman pribadi 😭

Meudeh suah tapileh-pileh, abang. Nyang get-get tacok, brok tapinah. Bak pat pih harus meunan. Ehehehe

Izin senyum, dan saya tahu arahnya.

Pawang Malem leuh uroe raya bek jioh2 that jak. Kajeut meusiap hambo tenaga bak agenda lama. Ahahaha

wow menampar sekali tulisannya Bang. Benar Bang, jika kita sudah memilih sesuatu tak perlu disertai cibiran untuk yang lainnya. pergi dengan baik agar jika sesekali pulang tetap di terima dengan hati lapang.

Terima kasih untuk motivasi hari ini.
Salam kompal di udara.😊

Kayanya kalah tulisan mu nury hahaha

Hahahaha. Wajarlah Bang, Bang @gulistan alumni mahasiswa Pendidikan Bahasa. Sedangkan aku hanya mahasiswa fisika yang baru-baru saja menyukai sastra. Karya Bang @gulistan keren-keren. Lagunya mengandung sastra yang tinggi.
Syukaa 😍

Bertahan adalah alasan dimana jiwa yang tenang penuh dengan istiqamah, yang pergi adalah mereka yang tak sanggup mengurung diri dari belenggu keputus asaan, Istiqamah adalah prinsip dari nurani yang pasti. Good luck brather,

Ada orang-orang yang lebih baik tumpas daripada terisi sesedikit. Tapi itu pilihan. Hanya saja jangan pula menghina jika sudah tak memilih, kan?

Benar saudara ku, itu prinsip aceh punya barang, "Leubeh goet roe dari pada singet" namun itu bukan sebuah kemenangan, melainkan EGOIS yang membalut badan, koen nyoe meunan tgk @gulistan 😊

Okelah hana jisaba, meudeh bek meupep-pep. Jak, jak ju. Pu urusan teuma? Ahahahahaha

Hahahaha .. lagee tujoh goe leuho... kalo tidak sanggup lagi ya jangan mencaci.. saya sabgat setuju... akhee but taloo ngoen kamoe ureung nyan hayee nyan.

Perkara jih sederhana, hana so upvote. Kiban cara gob tertarik keu ata tanyoe, hana carong sagai tameukat. Ngon ureung meubloe sabe peuna karu. Lale kalon keude gob, keun keude gob brok. Ahahahaa

Nyan keuh nyan... lheuh nyan peugah teuk gop krit hana meungon.

Ahahahahahahhaa
Wate takeun bacut aju mo. Meungadu bak paman. 😂😂😂
Han ek meungon le ngon jih. Ahahahaha

Nyan ka jeut keu lagu aju saboh teuk bak album baroe.. judul jih bek moe

Cinta tidak bisa diukur kedalamannya sampai tiba saat perpisahan, kata Kahlil Gibran. Kalau sudah tiada baru terasa, bahwa kehadirannya sungguh berharga, kata Bang Haji Rhoma Irama. Yang pergi, pergilah. Yang bertahan, bertahanlah, kata @gulistan.

Saya sudah tahu ke mana surah mengarah dan sudah menyiapkan surah serupa pada malam pertama tetapi untuk postingan Senin yang lebih segar....

Di lirik lagu Mantan @apache13 kami menulis "...nyoe ka meupisah nyang bek tanyoe pake-pake". Di sana kami sudah menyampaikan bagaimana mestinya menyikapi perpisahan. Geli rasanya mengingat orang pandai malah tak bijak menyikapi keadaan. Maka ini saya tuliskan, bang @ayijufridar. Ehehehe

Saya tunggu tulisan abang.