Love, Affection, and Pictures for Treating Your 'Unik' Students
Hello, Steemians! Long time no see. How are you doing?
Here I am coming with my new story of my teaching experience during my living in Palu, Sulawesi. I'd like to share what I feel, what I have, and certainly what I see to you.
Being a true teacher is not an easy matter. Facing a different unique character of the child, needs a high level of sincerity and unlimited patience. Share for the sake of humanity, sacrifice all comforts, enjoy an 'out of the box' atmosphere. Wherever and whenever, still what a child needs from his teacher is to get useful knowledge and "affection".
Spending one week in the village of Jono Oge, I had the opportunity to join strong volunteers from the Dompet Kemanusian Media Group (DKMG) team to carry out the noble task of teaching children affected by the earthquake-Tsunami disaster in Palu 4 months ago at the tent school was very impressive. They are grade 1 elementary school students, who cannot sit still nicely. They are super active children, especially male students. The 4-person teacher seemed overwhelmed when faced with their behavior, some of which had a hobby (red-fighting) with each other. Not only one or two of them chose to repeat this disgraceful behavior, but almost all children from 20 students seemed to nudge and slam friends, beat, and curse with obscenities. What an unusual sight for me. I felt scared to see what happened, on the other hand, according to the teacher and the volunteer friends it was habitual action among them. Such incident frequently happened during my supervision time. And yelling at them, scolding, and hitting were the best way the teachers thought to break them up and to stop their fights.
Once, I intended to help the volunteers to overcome the problem. I see tremendous opportunities and challenges in educating those children. It's not easy but it takes courage and determination to try various teaching methods. Arranging learning plans that are appropriate for a child's learning style, finding the right strategy, and making interesting learning media are ways that can divert the students' unique habits to become more focused on learning activities.
Now, applying learning by using images related to colorful materials has proven to be able to attract children's attention, and can make them busy doing activities independently. Look at the example below, the child looks at pictures of wild and rare animals, spells out the letters / writing on the image, then tries to write the vocabulary he sees confidently. The activity continues then repeated many times until the child gets used to feeling tired and then chooses to do other independent activities.
Playing guesses about the names of wild and rare animals is an example of other activities that use picture media. The teacher mentions the characteristics of the animal referred to as 'step by step' as a 'clue' and the child begins to guess. As the result, the child was so excited and they competed to listen to the 'clue' well and could not wait to raise their hands to answer when they had found the answer. A few minutes later, the role changes. Children alternately want to move forward to become the 'leader' / questioner in this game.
!
In conclusion, however the child's character in learning will not be a big and protracted problem if only the teacher is able to be creative in preparing learning. Learning activities that vary with the support of related media that are both interesting and effective will be able to change the knowledge of children from not knowing to know. It can also minimize problems related to children's behavior, if the teacher practices the above with full sincerity and affection.
-In Bahasa Indonesia-
Menjadi guru sejati bukanlah perkara yang mudah..menghadapi karakter anak yg berbeda unik nya..butuh keikhlasan tingkat tinggi dan kesabaran tanpa batas. Berbagi demi kemanusiaan, mengorbankan segala kenyamanan, menikmati suasana 'out of the box'. Dimanapun dan kapanpun, tetap yang dibutuhkan seorang anak dari gurunya adalah memperoleh ilmu yg berguna dan "kasih sayang".
Satu minggu berada di pemukiman desa Jono Oge dan berkesempatan bergabung dengan relawan-relawan tangguh dari tim Dompet Kemanusian Media Grup (DKMG) untuk mengemban tugas mulia yaitu mengajar anak-anak yang terkena dampak musibah gempa-Tsunami di Palu 4 bulan yang lalu di sekolah tenda sangatlah mengesankan. Mereka adalah anak kelas 1 SD, yang tidak bisa duduk diam manis. Mereka adalah anak-anak yang super aktif terutama siswa yang laki-laki. Guru 4 orang pun kelihatan kewalahan saat menghadapi tingkah mereka yang beberapa diantaranya memiliki hobi baku hantam (red-berkelahi) dengan sesamanya. Tidak hanya satu atau dua orang yang memilih mengulang prilaku tak terpuji ini di kelas atau diluar kelas, tapi hampir semua anak dari 20 siswa terlihat senang menyenggol dan membanting teman, memukul, dan memaki dengan kata-kata kotor. Sungguh pemandangan yang tidak biasa buat saya. Saya merasa ketakutan melihat kejadian yang menurut gurunya dan teman-teman relawan itu adalah BIASA. Kejadian ini sering terjadi dan hanya dengan membentak, memarahi, dan memukullah jalan keluar terbaik untuk melerai dan menghentikan perkelahian mereka.
Suatu ketika terbersit dalam hati untuk membantu relawan-relawan mengatasi masalah tersebut. Saya melihat peluang dan tantangan yang luar biasa dalam mendidik anak-anak ini. Tidak mudah tapi butuh nyali dan tekad yang kuat untuk mencoba berbagai metode pengajaran. Menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak, menemukan strategi yang tepat, dan membuat media pembelajaran yang menarik adalah cara-cara yang dapat mengalihkan kebiasaan unik anak-anak Jono Oge ini agar menjadi lebih fokus pada kegiatan pembelajaran.
Nah, menerapkan pembelajaran dengan menggunakan gambar-gambar terkait materi yang penuh warna warni terbukti dapat berhasil menarik atensi anak, dan dapat membuat mereka sibuk beraktifitas secara mandiri. Lihat pada contoh dibawah ini, anak memperhatikan gambar-gambar hewan liar dan langka, mengeja huruf/tulisan pada gambar tersebut, lalu mencoba menuliskan kosa kata yang dilihatnya dengan penuh percaya diri. Kegiatan tersebut terus kemudian diulang berkali-kali hingga anak terbiasa hingga merasa capek dan kemudian memilih melakukan aktivitas mandiri lainnya.
!
Bermain tebak-tebakan tentang nama-nama hewan liar dan langka adalah contoh kegiatan lain yang memanfaatkan media gambar. Guru menyebutkan ciri-ciri hewan yang dimaksud 'step by step' sebagai 'clue' dan anak mulai menebak. Terlihat anak begitu semangat dan kegirangan sehingga berlomba-lomba untuk mendengarkan 'clue' dengan baik dan tak sabar mengacungkan tangan untuk menjawab saat mereka telah menemukan jawabannya. Beberapa menit kemudian, peran berganti. Anak secara bergantian ingin maju kedepan untuk menjadi 'leader'/penanya dalam permainan ini.
Untuk sesaat, mereka lupa untuk berkelahi, memukul, dan memaki. Hal ini terjadi karena mereka sibuk bermain sambil belajar. Mereka lalai untuk marah kepada teman karena senang menyalin kosa-kata yang dilihat pada gambar. Mereka lengah untuk saling banting karena sibuk berfikir binatang apa yang ciri-cirinya itu yang seperti dimaksudkan oleh si pemimpin permainan tebak-tebakan.
Kesimpulannya, bagaimanapun karakter anak dalam belajar tidak akan menjadi masalah besar dan berlarut-larut jika saja guru mampu kreatif dalam menyiapkan pembelajaran. Kegiatan belajar yang bervariasi dengan didukung media terkait yang menarik sekaligus efektif akan dapat mengubah pengetahuan anak dari sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Juga dapat meminimalisir masalah terkait prilaku anak, jika guru mempraktikkan hal-hal diatas dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang.
That's all for today. Thanks a lot for reading.
Best Regards,
@city29
Bagus kisahnya @cuty29. Saran saya, tulisan dan foto yang hendak dijadikan buku, diposting saja di Steemit agar tidak hilang atau lupa. Tulis pointers-nya saja, nanti dikembangkan.
belum kebayang jadi buku bg @ayijufridar,,hehehehe..tapi thanks a lot for your support..:-)
I'll try my best.