Bayi Tak Mungkin Langsung Berlari
Sekarang kegiatan utama keluarga muslim di rumah adalah menonton TV, bermain gadget, bukan membaca seperti yang diperintahkan oleh Allah. Padahal kita sudah diperkenalkan dengan wahyu yang pertama kali turun sejak kecil. Semua bagaikan pengetahuan belaka. Bagaimana bisa seorang anak rajin membaca jika kedua orangtuanya tak mencontohkan itu.
Keterampilan membaca adalah komponen paling penting dalam berbahasa. Semakin tinggi keterampilan siswa dalam membaca, semakin besar kemampuannya untuk berkembang ke bidang-bidang lain. Bahasa adalah thinking skill yang paling utama. Tanpa menguasai bahasa, kita akan kesulitan mengembangkan thinking skill lainnya. Artinya, jika kita kedodoran dalam berbahasa maka pasti akan kedodoran di bidang lainnya.
Betapa pendidikan kita saat ini belum memberikan porsi yang besar pada upaya untuk membangun literasi membaca siswa. Bahkan ketika kita ribut-ribut tentang upaya Dikti Kemdikbud untuk memaksa para mahasiswa menulis karya ilmiah sebagai persyaratan untuk lulus sarjana. Tak ada pembicaraan tentang pentingnya membaca sebagai dasar untuk bisa menulis. Apalagi ini tentang menulis karya ilmiah. Seolah kita bisa melakukan lompatan ajaib menulis karya ilmiah tanpa melewati upaya membangun literasi membaca yang kokoh.
Seorang bayi tidak akan bisa langsung berlari tanpa melalui tahapan merangkak, berdiri, berjalan dua langkah lalu terjatuh, dst.
Mahasiswa tidak akan mungkin menulis karya ilmiah tanpa berlatih menulis karya lain sebelumnya. Dan mahasiswa tidak akan pernah bisa menulis karya apapun itu dengan baik jika ia tidak pernah atau jarang membaca. Sumber pengetahuan paling besar ada pada bacaan.
Referensi : Buku Misteri di Balik Perintah Membaca 14 Abad yang Lalu oleh Satria Dharma.
Salam Steemian
@cutdellrazaaqna
Jarang aktif ya???
Maulah bukunya... :D