Nafsu lawwamah

Nafsu lawwamah adalah nafsu buruk yang melekat pada manusia, ketika nafsu itu mendekat maka manusia akan berprilaku seperti binatang, dan ketika nafsu itu menjauh maka manusia kembali ke fitrahnya.

Nafsu lawwamah akan menghinggapi siapa saja, terutama orang yang mempunyai kekuasaan dan berharta, karena sangat sulit merealisasikan nafsu tersebut dalam keterbatasan. Nafsu lawwamah adalah nafsu buruk dan lawannya adalah nafsu Muthmainnah (nafsu baik).

Seseorang yang yang sedang berada dipuncak karir biasanya segala hajat akan terpenuhi, namun sebagai manusia hal tersebut tak pernah cukup sehingga dengan segenap kemampuan akan berusaha memiliki segala bentuk keinginannya, padahal tanpa disadari keinginan tersebut akan menjerumuskan dan merobohkan Piramida karir yang sudah dibangun.

Banyak pemimpin atau tokoh yang terperangkap nafsu lawwamah, ada yang terjerembab karena harta bahkan banyak yang terkulai dipangkuan wanita. Harta dan wanita merupakan lahan empuk sebagai pintu masuk nafsu tersebut, secara alamiah kesukaan seorang laki-laki terhadap perempuan adalah hal yang lumrah, apalagi wanita tersebut dinikahi sah secara agama, namun sebagai publik figur orang akan menilai kalau pemimpin atau tokoh tersebut tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Harta dan wanita merupakan godaan satu paket yang membuka pintu nafsu lawwamah untuk menggarap manusia.

Pujian dan sanjungan adalah pintu masuk lain nafsu lawwamah untuk menjerumuskan, terkadang kita lebih suka tenggelam dengan pujian daripada terselamatkan dengan cacian. Ketika seseorang sedang berada dipuncak akan banyak orang menyanjung dan memuji namun ketika terjatuh akan dengan mudah orang mencaci, hal ini juga lumrah namun ketika seseorang dipuji dia akan mabuk pujian, disinilah ranah nafsu lawwamah bermain.

Kita sebagai makhluk yang berakal tentu bisa memilah dan memilih, jangan terlalu tersanjung ketika sedang naik dan jangan terlalu sedih ketika sedang jatuh, maka berhati-hatilah dengan nafsu lawwamah, apalagi banyak contoh yang telah terjadi bahkan akhir-akhir ini di tanah endatu kita.