Kisah Berkunjung ke Makam Kakek di Jakarta yang Terlupakan
Setelah menulis silsilah Teuku Raja Hussein di Reubee kemarin, saya mengingat sesuatu. Ini merupakan kesalahan besar saya. Ketika Meet Up KSI Bandung beberapa bulan silam, saya terbang ke Bandung dari Banda Aceh dengan niat utama ingin berziarah ke kuburan kakek. Saya tidak pernahh bertatap muka dengan beliau. Sekarang, setelah 27 tahun berlalu, saya sudah sampai tepat di pusara beliau. Allah akan membantu semuanya terjadi, jika kita punya niat yang baik untuk mengunjungi.
Setelah Meet Up KSI Bandung, saya masih ingin berada di sana untuk beberapa hari. Saya memilih hostel sebagai penginapan. Dari Bandung, saya naik kereta api Lodaya ke Yogyakarta. Kemudian saya juga berkunjung ke Solo. Perhentian terakhir saya sebelum kembali ke Banda Aceh adalah Jakarta. Memang ini menjadi kota yang sangat ingin saya kunjungi. Bukan karena faktor ibu kota ataupun tempat wisata lainnya. Tetapi di sanalah bersemayam kakek saya yang tidak pernah saya lihat wajahnya. Saya hanya melihat foto mudanya bersama istri dari Philipina dalam bingkai yang ditaruh mama di atas rak televisi.
Pesawat Air Asia berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno-Hatta. Saya memilih untuk naik pesawat dari Yogyakarta - Jakarta. Saya menelepon tante Sari yang tinggal di Bekasi. Kami telah berjanji untuk pergi bersama-sama ke makam kakek. Beliau mengarahkan saya untuk naik Damri dari bandara dan turun di terminal Bekasi Timur. Di sana saya akan dijemut oleh Go-Jek pesanan tante Sari untuk di antar ke rumah beliau. Oya, tante Sari ini adalah adik kandung mama beda ibu. Ibu tante Sari berasal dari Maluku. Tante Sari punya seorang abang yang juga tinggal di Bekasi Timur, om Ismed, begitu panggilannya.
Sekitar pukul 16.00 sore, saya sudah tiba di rumah tante Sari. Rumah kecil dengan dua kamar tidur ini dihuni oleh tante Sari dengan seorang anaknya beserta suami. Saya saat itu memutuskan untuk istirahat di depan televisi saja. Tante Sari bilang, nanti malam saya akan dijemput oleh anaknya om Ismed. Rupanya tante Sari sedang kurang sehat, beliau minta maaf karena tidak bisa membawa saya ke makam kakek. DI Bekasi, saya tidak pergi ke mana-mana. Setelah shalat isya, saya langsung tidur dengan harapan nanti akan dibangunkan oleh anak om Ismed. Tapi hingga pagi, dia tidak muncul juga.
Pagi itu, seorang pria berkulit hitam tiba di rumah tante Sari. Beliau langsung menyapa saya dengan bahasa Aceh. Saya tau beliau termasuk saudara kandung mama, namun sudah lupa namanya. Beliau kemudian menceritakan bahwa tante Sari menghubungi tadi malam untuk menjemput saya agar dibawa ke makam kakek. Akhirnya saya tau nama beliau, Rukma. Saya memanggilnya Abua Rukma. Beliau tinggal di Jatinegara. Saya akan menginap di sana sekitar 4 hari sebelum balik ke Banda Aceh. Hari Jumat, setelah melaksanakan shalat Jumat di Jatinegara, akhirnya saya bersama Abua Rukma pergi ke pemakaman kakek.
Beliau duduk di pinggir pusara sambil berujar
Bapak, ini anak si Morina. Dia datang jauh dari Aceh untuk berziarah.
Beliau menahan isak. Kemudian kami bercerita tentang biaya pemeliharaan makam ini yang beliau tanggung setiap tahunnya. Beliau mengingatkan saya bahwa jika kita peduli teradap orang yang telah meninggal, kita akan didoakan. Saya larut dalam doa, membayangkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk menyampaikannya.
Allahummaghfirlahu.. Semoga dipertemukan di Surga nanti :)
Amin. terima kasih Ustaz
اللهم اجعل قبره روضة من رياض الجنة ولا تجعل قبره حفرة من حفر النار
Semoga Allah berikan kuburnya dari pada taman syurga dan Allah jauhkan kuburnya dari pada lubang neraka.
Sukses selalu buat bg @akbarrafs.
Allahummaghfirlahu warhamhu,.
Semoga kuburnya dilapangkan dan jadi pinto Surga