Paspor, Keberuntungan dan Mimpi yang Terwujud

in #story8 years ago

image

Seorang guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Rhenald Kasali, Ph.D suatu ketika menginstruksikan kepada mahasiswanya untuk wajib memiliki paspor. Kisah tersebut kemudian menjadi viral di berbagai media sosial.

Bagi Prof. Rhenald, paspor tak ubahnya kunci membuka gerbang dunia, atau sepatu untuk kaki yang akan melangkah mengelilingi dunia. Ia, tak peduli bahwa si mahasiswa punya uang atau tidak. Baginya, tekad dan persiapan adalah hal utama, sedangkan uang dll bisa mengiringi. Efeknya, banyak mahasiswa Prof. Rhenald bisa berpergian ke luar negeri, bahkan yang minim uang sekalipun.

Kisah tersebut agaknya berkaitan dengan saya kemarin hari. Bedanya, saya membuat paspor bukan karena kisah di atas, tidak pula sedang 'ngebet' melancong ke luar negeri. Hanya saja, kebutuhan. Saya harus mendampingi adik bungsu untuk berobat ke luar negeri.

Kemarin, saya bertandang ke kantor imigrasi kelas II di kota Lhokseumawe guna mengurus paspor dengan segala syarat administrasi yang harus dipenuhi. Mula-mula mengantri nomor antrian, verifikasi berkas tahap awal, memasukkan berkas yang sudah lolos verifikasi ke loket yang sudah tersedia, foto, hingga tahap akhir melakukan pembayaran.

image

image

Sebenarnya, ini kali kedua saya membuat paspor. Bedanya, yang pertama, kala itu saya membuat paspor di kantor imigrasi Banda Aceh. Sayangnya, ditolak.

Awalnya, ketika di Banda Aceh, segala syarat sudah terverifikasi tahap awal, giliran hendak foto, saya ditolak. Saat itu, petugas bingung, apakah KTP saya yang masih lembaran kertas bisa atau tidak. Petugas pun awalnya sudah mengiyakan, hanya saja, tiba-tiba seorang bapak-bapak (sepertinya) petinggi di kantor tersebut, lewat, dan mereka bertanya boleh apa tidak, dan jawabannya; saya ditolak.

Sejujurnya, perkara KTP bukan kesalahan saya atau masyarakat. Kasus E-KTP yang menyeret salah satu petinggi negara telah menyebabkan kerugian hampir di semua lini. Di antaranya, krisis blangko pada dinas pencatatan sipil (Capil). Maka, sebagai solusi sementara, setiap orang diberikan KTP berbetuk kertas ukuran HVS.

Saya bersyukur, di kantor imigrasi Lhokseumawe ternyata KTP tersebut diterima. Tanpa perdebatan apapun. Yang tergiang di benak saya ialah, apakah KTP yang notabene dikeluarkan oleh instansi formal dan legal negara tidak tersosialisasikan dengan sempurna kepada instansi lainnya? Kenapa di satu instansi yang sama tapi beda daerah bisa ditolak, pun bisa diterima. Entahlah.

Saya bersyukur akhirnya paspor untuk keperluan penting, selesai jua. Dari kasus ini kita bisa belajar, bahwa, stigma yang terlanjur melekat dalam pikiran masyarakat yang bahwa 'urusan birokrasi acap kali ribet'. Padahal, Indonesia dewasa ini sedang gencar-gencarnya mensosialisasi dan berbenah dengan target tercapainya pelayanan publik yang maksimal. Semoga agenda tersebut tercapai.

Akhirnya, saya punya paspor juga. Tuhan tau, kapan waktu yang tepat untuk mengabulkan harapan yang hampir tak mungkin bagi hambanya yang malu berharap. Saya, dalam satu tahun terkahir berkeinginan sekali untuk berpergian. Minimal, pulau Jawa. Tapi, karena situasi dan kondisi dalam benak yang realistis cenderung jauh panggang dari api. Tiba-tiba, atas izinnya pula, kesempatan itu hadir. Meskipun, jalanya berupa ujian dahulu, dalam kasus ini, saya mendampingi adik untuk berobat ke luar negeri.

Bermimpi lah, sekalipun malu-malu dan tak mungkin. Sebab, kadang, ketulusan dalam malu-malunya berharap menjadi nilai plus bagi sang pencipta untuk mengabulkan harapan kita menjadi sebuah kenyataan. Sekalipun, tak jarang, jalanya tidak disangka-sangka.

Jika paspor tak ubahnya kunci membuka dunia, tanpa mimpi dan harapan, bisa jadi kunci yang pas tak akan bisa membuka pintu 'langit'.

image

Sort:  

Saya ada baca dua buku beliau, buku pertama keren, buku kedua belum beli. sangat menarik melihat mahasiswi beliau -terutama yang cantik- eh bukan itu poinnya, kita ulangi. mahasiswa beliau disuruh keluar negeri dan meninggalkan mata kuliah lain, dan hasil dari suruhan ke LN itu membuat mereka lebih tinggi maqomnya

Iya, bukunya bagus. Jika pun ada keluhan, paling karena Prof. Rhenald sering membukukan tulisan beliau yang sudah dimuat di media massa. Saya sudah beli buku terbarunya yang "Disruption". Cuman, belum sempat dilahap, karena ada buku lain yang harus didahulukan. Giliran.

abang enak banyak buku

Abg ini juga gak kurang bukunya, cuman, pura-pura sedikit aja. Biar gak dibaca lawan. Alah 😂

lon ka 3 thon kana paspor, tapi masih bersih hehe

Hehe. Alamat bersih sampek mate paspor nyan bang. Neu langkah u lua aku, bek neupikee nyoe jeh.

Semangat menjelajah dunia @lontuanisme

Semangat. Yuk, jalan-jalan broe.

Sang pu beurangkapu payah tapeget passport thon nyoe.. So teupu na leupah blah deh wkwk.

Blah nan sang, beu ya komen indeh baroe troeh keunoe. Meunan-meunan ju, sampe ie kupi rasa saparila. Haha.

Brader, WA, neu kirem roet Inbox FB pih jeut.

Ya, neu peugot Ju paspor, adak han leupah, eh paspor kan kana. Haha

Hahaha.. Ken meunan hai rakan meutuah.. Nyoe neukira ju job raya panyang.. Lheuh posting langsong lom lam pong.. 😂😂

Siipp.. Long kirem ret inbox fb.

Semoga dengan terus menulis menjadi paspor ichsan untuk umrah.. Amin

Ami ya Allah. Sebuah nian yang mulia. Jroeh that doa droe neuh bang.