PARADIGMA ISLAMISASI ILMU (I : 11)

in #story6 years ago (edited)

Salah satu topik pembahasan mengenai pendidikan dikalangan ummat Islam adalah merumuskan paradigma ilmu, untuk dijadikan sebagai dasar filosofis pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam kaitannya dengan Acehnologi, Ada beberapa argumen yang akan disampaikan. Pertama, sarjana-sarjana yang ikut andil di dalam paradigma ini pada umumnya adalah sarjana Muslim yang melakukan studi Islam, terutama dalam bidang filsafat dan tasawuf. Dalam konteks ini, perkembangan tasawuf di Nusantara, tidak dapat diabaikan peran sarjana atau ulama dari Aceh. Kedua, salah satu sarjana yang kerap menulis temtang dunia tasawuf Aceh adalah Syed Naquib al-Attas. Melalui studi terhadap Hamzah Fansuri dan Nurdin Ar-Raniry, Naquib, paling tidak, telah memiliki dasar yang kuat, dalam bidang filsafat dan tasawuf, untuk mengembangkan paradigma Islamisasi ilmu pengetahuan.
Bentuk perkembangan dunia ilmu pengetahuan di Aceh, salah satunya adalah kemunculan kampus-kampus negeri di lingkungan Kementrian Agama, yaitu UIN Ar-Raniry (Banda Aceh), IAIN Zawiyah Cot Kala (Langsa), STAIN Malikussaleh (Lhokseumawe), dan STAIN Tgk.Chik di Rundeng (Meulaboh).
Dalam bingkai Aceh, kegemilangan negeri ini lebih banyak didapatkan dari khazanah intelektual. Dimana pengembangan ilmu di Aceh cukup pesat. Bahkan dasar-dasar pemikiran keilmuan yang menjadi agenda Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang dikembangkan di Malaysia adalah berasal dari Syeikh Hamzah Fansuri dan Syeikh Nurdin ar-Raniry. Dimana spirit keilmuan mereka ditelaah oleh Naquib al-Attas, yang kemudian menjadi dasar pemikirannya dalam membuka agenda Islamisasi Ilmu Pengetahuan di dunia Islam. Karena Naquib berhasil menulis sejarah Syeikh Hamzah Fansuri dan Syeikh Nurdin ar-Raniry, namanya dikenal dan mendapat pujian dari para serjana Islam, terutama mereka yan bergelut dalam agenda Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Dalam hal membumikan Islamisasi Ilmu Pengetahuan di Aceh, pada dasarnya ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Dikutip dari buku ACEHNOLOGI karya Kamaruzzaman Bustamam Ahmad. Pertama, membuka kembali khazanah intelektual klasik, maksudnya diperlukan pendirian sebuah lembaga khusus yang mampu mengkaji secara mendalam aspek-aspek pemikiran dan perdaban dalam sejarah intelektual Islam.Kedua, perlu dilakukan redefinisi kebutuhan ilmu bagi masyarakat Aceh. Asal mula isu Islamisasi Ilmu Pengetahuan adalah untuk menarik lagi ilmu-ilmu pengetahuan pada konteks keislaman. Ketiga, perlu satu upaya untuk membangkitkan Islamisasi Ilmu Pengetahuan melalui rekonstruksi berpikir dan metodelogi dalam studi Islam. Rekonstruksi pikiran berupaya meletakkan tata pikir yang benar dalam memandang situasi ilmu.
Tiga hal tersebut tidak akan berhasil, jika tidak ditopang oleh adanya political will dari pemerintah. Sejauh ini, isu Islamisasi Ilmu Pengetahuan atau pengembangan ilmu memang belum menjadi agenda utama. Tampak bahwa sebagai salah satu paradigma ilmu yang berkembang di Asia Tenggara, proyek Islamisasi Ilmu Pengetahuan telah mendapatkan momentumnya, melalui para ilmuan yang menstudi Islam. Namun wacana ini belum mendapatkan perhatian khusus di kalangan para peneliti di Aceh. Jalur geneologi keilmuan dari Syed Naquib al-Attas yang membedah tradisi keilmuan di Aceh, telah memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Malaysia. Kajian filsafat dan tasawuf, memberikan ruang yang cukup lebat, bagi pengembangan Islamisai Ilmu Penetahuan. Hal ini tentu saja pernah dipraktikkan di Aceh, pada masa Hamzah Fansuri dan Nurdin ar-Raniry.
islam sains.jpeg

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 64432.28
ETH 2648.26
USDT 1.00
SBD 2.78