Dejavu, dan sepenggal rindu di awal ramadhan
Siapa yang tak rindu ramadhan. Suara lantunan ayat suci alquran yang terdengar dari mesjid-mesjid terdekat, suasana berbuka bersama dengan kerabat, tarawih yang hanya di bulan ini, dan tentunya masih banyak sekali hal yang dirindukan di tiap ramadhannya.
Malam ini, sepulang dari ifthar bersama, suasana di sepanjang perjalanan pulang seolah membawaku kembali ke suatu hari, di ramadhan 13 tahun yang lalu. Suatu hari di bulan oktober 2005, satu hari yang cukup berkesan dalam hidupku, ramadhan pertama di benua biru
Pesawat yang tingkat kenyamanannya tak jauh berbeda dengan labi-labi di kotaku mendarat dengan goncangan yang lumayan bikin deg-degan di sebuah kota kecil yang juga ibukota negara Bosnia, Sarajevo. Kota yang setiap orang mendengar namanya disebut, pasti yang diingat adalah perang dengan Serbia.
Tak ada hal lain yang kuingat selain perjalanan menuju rumah.
Kota yang sepi, sekilas kukira kota mati saking sepinya jalan malam itu. Baru pukul 8 malam, tapi heningnya kota seakan sudah lewat tengah malam. Kuperhatikan jalanan, perumahan, gedung-gedung yang tak cukup tinggi disebut gedung pencakar langit.
Hujan rintik-rintik, suhu yang cukup rendah, sempat kukira aircond di mobil dinyalakan, padahal itu di awal musim gugur. Ramadhan, dan keputusanku untuk menerima tawaran studi di negeri antah berantah bercampur aduk di malam itu. I should finish what I have started. Regret won't help
Tak jauh berbeda dengan malam ini.
Hujan rintik-rintik, jalanan sepi. Kukayuh sepedaku dengan sekuat tenaga. Kesalahanku hari ini, sudah tahu akan pulang malam, masih saja keluar dengan sepeda. bukannya sepeda motor yang biasanya kukendarai.
Tepat di atas jembatan Lamnyong, ingatanku akan ramadhan pertama di suatu musim gugur belasan tahun yang lalu tiba-tiba hadir begitu saja. Suasana yang syahdu, seolah musim gugur menghampiri. Jalanan yang lenggang, rintikan hujan, dan aku yang kembali terbawa ke masa itu. Dan sebuah keputusan yang telah diambil, harus diterima apapun konsekuensinya.
1 Ramadhan 1439 H
Rindu itu, akan selalu ada
belum kesampaian kekota sana, kota yang lain juga blum sampai sbenarnya, hehehhe :), salam kenal
Yukk keliling dunia 😁
Salam kenal jugaa :)
Rencana kak, cuman labi-labi disini blom bias terbang, hahhhahaha
Hahahahhahahaa harus banyakin sabar kalau gt 😁😁
Selalu menarik membaca tentang kota ini. Semoga suatu saat bisa kemari dan merasakan sendiri apa yang terjadi
Aamiinn... Semoga . Segera
Rindu itu berat, tapi tulisan ini mampu membawaku ke suasana Sarajevo malam itu, seperti yang Mira uraikan. Aneh, imajinasiku menyatu ke dalam ceritamu, Mir. Kenapa jd ikut dejavu, pdhl aku blm pernah kesana?
Ah, ada apa ini? Ada hubungannya dengan 'meditasi menulis' kah? 😀
Sepertinya begitu kak...krn sbntar selesai nulisnya..biasanya g 😁😁
Sarajevo oh Sarajevo.... kenapa ya aku ingin sekali baca novel dengan setting negara ini versi Mira.... btw aku belum bisa move on dari cerita perang Bosnia dengan Serbia.
Hahahahaa..semogaaaaa..suatu hari bisa nulis tentang Sarajevo.
Kalau udha ke Bosnia nya, inshallah makin kebayang seberapa gilanya genosida di sana..
aduhhhh selalu hatiku bergerimis membayangkan itu, jejak-jejak masa kelam itu apakah masih ada? sebagai artefak sejarah, misalnya.
masih, bahkan kalau kesana auranya kerasa kali. serem dan sedih bercampur aduk
hmmm, de javu
pernah ngalami dejavu?
pernah sih, tapi yg saya alami kagak wow gitu :D
Pingin ke sini, tapi serasa hidup di novel ya?
yuk kak :D
Serasa seperti membaca novel. Susunan kata-kata yang apik...
aku dipujiiii <3 , makasih @sittishabir :D
😄 Anda layak mendapatkannya