You are viewing a single comment's thread from:

RE: Dolphijn dan Awal Kisruh Perang Aceh

in #story7 years ago

Tercerahkan bang @isnorman, mengisahkan jati diri dan nilai tawar pemimpin di masa lampau.

Disamping itu, ada satu catatan menarik diceritakan dalam manuskrip Aceh, sebuah data primer yang patut dipertimbangkan dalam menulis sejarah perang Aceh-Belanda. Sebuah rekaman sejarah tentang pecahnya perang Belanda melawan Aceh pada 8 Muharam 1289 (18 Maret 1872); mundur dari ibu kota pada tahun 1290 (1873/74); dan pecahnya pertempuran baru pada 1 Zulkaidah 1298 (25 September 1881) dan lagi pada 1299 (1881/82). Manuskrip tersebut sekarang dalam koleksi The British Library.

In 1840 Dutch troops arrived in Barus to push back the Acehnese. This note describes how two religious leaders and their congregations set off to fight the Dutch in Barus in 1840, and were killed in Barus in1843.
Recording the outbreak of Dutch war against Aceh on 8 Muharam 1289 (18 March 1872); the retreat from the capital in 1290 (1873/74); and the renewed outbreak of fighting on 1 Zulkaidah 1298 (25 September 1881) and again in 1299 (1881/82).[Credit]

Masih dalam manuskrip yang sama, menceritakan tentang perang Aceh-Belanda di Barus pada tahun 1840. Sebagian teks manuskrip dialih aksara oleh @keuudeip telah diposting di group facebook @mapesa [LINK]menggunkan akun Musafir Zaman.

(1). Adapun maka tatkala Hijrah Nabi Shalla-Llah 'alaihi wa Sallam seribu dua ratus lima puluh enam tahun (1256), maka pergi Teungku Lam Kraq (Lam Krak) dan Teungku 'Id serta dengan jama'ah keduanya ke Negeri Barus berperang Sabil pada sehari bulan Rajab, maka syahid Teungku Lam Kraq dan Teungku 'Id dan jama'ah keduanya di Negeri Barus dalam sehari bulan Sya'ban sanah 1259.
(2). Maka tatkala hijrah Nabi Shalla-Llah 'alaihi wa Sallam seribu dua ratus lapan puluh sembilan tahun sanah 1289 pada bulan Muharram hari Khamis 7, diperang oleh Belanda Negeri Aceh. Pada tahun sembilan puluh (1290) mundur orang Aceh serta raja-raja dan diambil Kuta Raja - Inna li-Llah wa Inna ilaihi Raji'un. Kemudian dari itu pada tahun seribu dua ratus sembilan puluh lapan tahun, sehari bulan Dzil Qa'dah, sanah 1298, terbangkit pula perang selama duduk di Masjid Meureu, kemudian di Kuta Bak id (Ba'et), kemudian di Kuta Meurah Samagani dan di Kuta Ta (?) Piyeung, kemudian pada tahun sanah 1299 berbangkit perang kedua pada enam (?) di Masjid Bueng Cala.


http://www.bl.uk/manuscripts/Viewer.aspx?ref=or_16764_f035r

Sumber lain yang menceritakan tentang perang Aceh-Belanda di Barus, diceritakan dalam penjelasan jatuhnya salah satu bendera perang milik tentara Aceh ke pihak Belanda.

In 1839 werd Baros aan de Noordwestkust van Sumatra bezet door de Nederlanders. Het naburige Atjeh, dat Baros onder zijn invloed wilde houden, zette daarop een aanval in. De Atjehers belegerden Baros, maar werden in april 1840 teruggedreven onder het bevel van kolonel A.V. Michiels. De vlag werd buitgemaakt bij de bestorming van de versterkingen die de Atjehers hadden opgeworpen. Eerste-luitenant C.H. Bischoff (1808 - 1840) die de vlag neerhaalde, werd daarbij zwaar gewond door elf klewanghouwen. Gewikkeld in de met bloed bevlekte vlag werd hij weggedragen. Hij overleed enkele dagen later, op 3 mei, aan zijn verwondingen. Volgens de teksten op het banier behoorde de vlag toe aan de Atjeehse legeraanvoerder Al-Iskander. [Credit]

NG-1977-279-2-A.jpg
'Banier van Al-Iskander' of 'Baros Vlag'. Wol, met maan en kromzwaard van katoen. Opschriften in het Arabisch. Vlag vertoont kogelgaten en bloedvlekken. [Source]

Sort:  

Krak, melihat postingan ini membuat diriku semakin semangat untuk menulis sejarah. Setiap tambahan data dari Brader @vannour membuat rangsangan yang luar biasa. Tabek nyang lambong keu rakan-rakan Mapesa.

Saban2, InsyaAllah kita sama2 dapat berbagi informasi.

Sip. Fragmen fragmen sejarah Aceh harus terus ditulis secara terus menerus, karena sejarah yang tidak ditulis akan jadi dongen, sementara dongen yang sering ditulis akan dianggap sejarah.