The Diary Game, Kamis 27 Agustus 2020 : Acara 30 Hari Kematian

Tgk Asnawi duduk bersama kami

Tak terasa hari ini sudah 30 hari setelah kematian al Mukarram guru kami Teungku Muhammad Yunus bin Teungku Abdul Ghani. Sebagaimana sudah menjadi tradisi dilingkungan masyarakat Aceh, Acara 30 hari setelah kematian diperingati layaknya masyarakat lainnya.
Saya tiba disana jam 8.00 WIB, saya berangkat dari rumah setelah mengantar anak-anak ketempat penitipan dan sikakak kerumah neneknya, kemudian saya singgah di Matang Pudeng menjemput teman sekaligus guru saya teungku Hasbun, kami berangkat dengan sepeda motor saya menuju ke kediaman Tengku Muhammad Yunus atau biasa kami sebut Aba melalui jalan Lhoknibong -- Langkahan.
Sampai di rumah Aba kami dipersilakan untuk menikmati secangkir kopi sebelum diizinkan membantu persiapan acara untuk menerima tamu-tamu yang datang setelah salat Dhuhur nantinya.
Kami di sambut oleh Tengku Asnawi selaku putra dari Almarhum Aba.

Selesai acara minum kopi

Setelah minum kopi sambil bercakap-cakap dengan Walidi (tgk Asnawi), saya membantu menyiapkan tempat untuk menerima tamu, ada dua tenda besar yang telah terpasang, kami menggelar tikar di bawah tenda.
Sengaja kami tidak memakai kursi karena menurut informasi yang kami terima akan ada tamu dari desa Nibong kecamatan Tanah Luas akan datang untuk berdoa kepada Almarhum Aba.

Menggelar tenda sebagai alas tikar

Kami menggelar tenda sebagai alas tikar secara bersama-sama, saya lihat semakin banyak masyarakat desa Pantee Gaki Balee yang datang untuk membantu kesuksesan acara peringatan dan doa bersama buat almarhum Aba.

Lokasi dapur masak

Tengku Hasbun membantu di dapur, tadi beliau saya lihat membantu memotong buah pisang sebagai sayur " kuah beulangoeng". Bertindak sebagai ketua seksi dapur bapak Ibrahim, beliau memang terkenal sebagai koki disetiap acara kenduri di desa Pante Gaki Balee dan sekitarnya.
Masakan spesialisasi beliau adalah rendang dan kuah beulangoeng Aceh Besar. Untuk menu siang ini ada daging rendang Aceh dan kuah beulangoeng. Sedangkan persiapan tambahan saya lihat dua ekor kambing besar sudah terikat di belakang dapur.

Rendang Aceh

Kami mulai mempersiapkan meja prasmanan buat tamu yang mulai datang, saya mengelap piring-piring kecil untuk dipakai sebagai tempat menaruh daging rendak Aceh, kami ada juga menyebutnya "masak mirah".

Tamu mulai berdatangan kelokasi acara

Saya dan Tengku Hasbun berada dirumah Almarhum Aba sampai malam hari, kami sengaja tidak pulang, hanya istirahat sebentar setelah salat dhuhur dirumah Abi Amiruddin. Kami semua adalah murid-murid dari almarhum, kami belajar khusus pada beliau selama tujuh tahun lebih.
Malamnya kami berdua bergabung dengan jamaah undangan dan jamaah yang lain yang sudah mulai berdatangan untuk sama-sama berdoa kepada almarhum Aba.

Selesai acara doa bersama

Setelah sebahagian jamaah berkumpul, acara doa bersama dimulai yang dipimpin oleh Almukarram Abi di Simoang Lhee. Jamaah doa bersama saya perkirakan tidak kurang dari 500 orang laki-laki. Dua tenda besar tidak muat menampung banyaknnya jamaah, setengah dari jamaah terpaksa duduk ditikar beratapkan langit cerah.
pembacaan doa berlangsung sangat kusyuk, para jamaah banyak yang meneteskan air mata saat Abi Simpang Lhee melantunkan doa kepada almarhum, untaian kata indah dari lubuk hati Abi benar-benar membuat jamaah hanyut dalam kerinduan kepada Almarhum.

Selesai acara doa bersama

Setelah selesai acara doa para jamaah dipersilakan mencicipi makanan yang telah kami sediakan tadi siang.
Sebahagian jamaah nampak duduk santai sambik menunggu antrian dimeja makan berkurang.
Banyak kesan dan kerinduan kepada Almarhum saat saya duduk disana, tapi kami tidak mungkin lagi bisa bersama didunia ini, hanya doa dan harapan semoga kami kelak bisa bersama beliau di Syurga Jannatun Naim..