The Diary Game, Rabu 2 September 2020
Tadi malam hujan turun sangat deras, semua beban ia tumpahkan keatas bumi, tanah pun kewalahan menampung curhatan langit, akhirnya bumi pasrah mendengar dan menerima, membiarkan air hujan tergenang tenang disekitaran rumah saya. Pagi ini langitpun kembali tenang, damai sentosa setelah semua beban ia tumpahkan kepada pasangan setianya. Dengan sabar tanah pun menyerap sedikit demi sedikit genangannya, hanya sedikit yang tersisa, seiring waktu mereka berdua pun akan kembali seperti sedia kala.
Genangan air hujan disamping rumah
Jam 1.30 WIB dinihari saya dikejutkan suara hujan yang bergemuruh menabuh gendrang diatap seng rumah kami, saya bangun, kekamar mandi, mengambil wudhu, Shalat isya, tadarus sebentar, tidak lama kantuk kembali datang menyapa, mengajak saya melanjutkan mimpi, membiarkan hujan dengan bumi untuk saling menyapa, bercerita jahatnya kita manusia.
Nasi goreng biasa dan kopi susu
Sarapan sepiring nasi goreng putih biasa dengan ditemani segelas kopi susu arabica tanah Gayo, semua tampak biasa,
kenikmatan atas nikmat dan karunia dari tangan seorang pendamping hidup yang Allah titipkan menjadikannya sangat istimewa dan luar biasa.
Kebahagian itu sederhana, mensyukuri hal-hal kecil menjadi kunci utama kebahagian hidup di alam fana, bukan melarang kita bermimpi dan berusaha, tapi dari awal kita tanamkan segala sesuatu sudah ditentukan dari sebelum adanya, kita hanya menjalani, lalu atas dasar apa kita tidak mensyukuri?
Pisang dikebun belakang rumah ibu
Pulang kerumah ibu buat mengajar, kemudian menyusuri kebun belakang, melihat pisang "lilin" yang hampir menguning karena telah tua.
Sudah ada pembeli yang datang menawar, tapi saya lebih senang menikmati sendiri sekalian berbagi dengan tetangga. Pisang ini sangat enak digoreng, rasanya sangat manis. Kami biasa menggorengnya sebagai cemilan untuk kami nikmati bersama anak santri, mereka semua sangat suka sekali.
Satu tandan pisang "lilin"
Jumlahnya ada 11 sisir, banyak sekali kalau untuk konsumsi kami sendiri. Nama-nama calon penerima BLP (Bantuan Langsung Pisang) sudah terlintas dalam benak saya.
"Kuah Leumak boh pisang Abe"
Lauk siang kami luar biasa, ibu saya membuat sayur "kuah leumah pisang Abe". Kami sudah sangat jarang memasak sayur-sayur tradisional, lidah saya sudah sangat rindu merasakan sayur tempo dulu.
Dulu, semasa ibu masih kuat dan segar, banyak sekali olahan sayur dan kue tradisional Aceh yang Beliau olah, ada sayur "eungkoet kadra teupheup, kue dugoek, kue p'ak-p'ak breuh, kuah tuhe pisang klat barat, empieng, timphan beureune, janeung teuseop".
Istri saya jangan kan membuat nya, mendengarnya pun ada yang belum pernah, kayaknya mesti ada regenerasi untuk masakan tradisional ini semua.
Ikan dengan bumbu pepes
Ibu juga membuat ikan pepes, sebuah paduan sempurna antara "kuah leumak" dengan ikan pepes, apa lagi langit mendung, kalau kurang kontrol bisa merusak program diet saya, he he he
Tgk. Amiruddin S.Pdi
Ba'da Ashar saya berjumpa dengan Tgk. Amiruddin, teman yang sangat spesial bagi saya, beliau adalah teman saya saat sama-sama belajar ilmu Faraid pada Almarhum guru kami Tgk. Muhammad Yunus di Pante Gaki Bale.
Cerita kami mengalir, menggali kenangan, kadang serius, kadang tawa menggema ditengah pertemuan kami, rasa persaudaraan, pertemanan dan saling menghormati melanggengkan hubungan persahabatan yang telah berjalan selama 10 tahun lebih.
Beliau saat ini bekerja sebagai tenaga pendidik di MTSN Matang Drien Kecamatan Tanah Jambo Aye, banyak pemikiran-pemikiran luar biasa dari beliau untuk kemajuan anak didik.
Teman jamaah pengajian
Malamnya sepulang acara takziah dari rumah pak Murdani di desa Putoeh Dakam saya duduk-duduk dengan teman-teman jamaah pengajian saya, mereka tidak langsung pulang, tapi menyempatkan waktu sebentar mengobrol bersama.
Kami mengobrol apa saja, kadang kami jadi pengamat ekonomi, kadang jadi pengamat politik, bahkan kadang berubah jadi ahli hukum. Inilah warna kehidupan, berputar dari satu waktu kewaktu yang lain, dari satu cerita kecerita lain, dari satu kejadian ke kejadian lain, tidak banyak yang berbeda, hanya umur yang bertambah, hanya uban semakin ramai berteriak mengingatkan, bahwa kematian semakin dekat datang menghampiri.
Kuah leumak boh pisang abe sep mangat ta pajoh di temani eungkot masen.. 😋😋
Yang yang meufhoem mantong, ,,,he he he
😀😀
Postingan ini telah dihargai oleh akun kurasi @steemcurator08 dengan dukungan dari Proyek Kurasi Komunitas Steem.
Selalu ikuti @steemitblog untuk mendapatkan info terbaru.
Salam @ernaerningsih
Thank you for taking part in The Diary Game on Steem.
Keep following @steemitblog for the latest updates.
The Steemit Team
Kepingin kuah leumak nya heheh
Insya Allah tgk, ,😊