The View From My Window Photography Challenge

in #viewfrommywindow5 years ago (edited)

IMG_4843.jpg

Hello Steemian Friends, I have take a part follow the challenge"The View From My Window Photography Challenge" organized by @steemitblog.

20200410_153847.jpg

When we face challenges, changes due to the impacts that occur in the world we live in, as a solution to the pandemic caused by Coronavirus (COVID-19. Over the past 1 month, most countries from all over the world have been locked and our view of the outside world today only limited to each of our windows due to stay at home.

Saat kita menghadapi tantangan, perubahan akibat dampak yang terjadi pada dunia tempat kita tinggal, sebagai solusi terhadap pandemi yang ditimbulkan oleh Coronavirus (COVID-19. Selama 1 bulan terakhir, sebagian besar negara dari seluruh dunia telah dikunci dan pandangan kita tentang dunia luar saat ini hanya terbatas pada jendela kita masing-masing akibat stay at home.

In the area where I live, government authorities appeal to all citizens not to do activities outside the home, unless there is an urgent matter that requires us to leave the house, the rest is staying at home as an alternative to break the Corona virus chain (covid-19).

Di daerah tempat saya berdomisili, otoritas pemerintah mengimbau kepada seluruh warga, supaya tidak melakukan aktivitas diluar rumah, kecuali ada hal yang mendesak yang mengharuskan kita keluar rumah, selebihnya adalah stay at home menjadi alternatif untuk memutus rantai Corona virus (covid-19).

Since the beginning of March, the Government in my country announced the co-19 pandemic has entered Indonesian territory, there were 2 people who were the first positive co-19 in Indonesia and they came from Depok, DKI Jakarta.

Sejak awal maret lalu, Pemerintah di negaraku mengumumkan pandemic covid-19 telah memasuki wilayah Indonesia, ada 2 orang positif covid-19 pertama di Indonesia dan mereka berasal dari Depok, DKI Jakarta.

It did not take long, four weeks later there were 3 thousand more people infected with the corona virus in Indonesia, with a death ratio reaching 10% (280 people more) and the recovery ratio was still smaller than the risk of death caused by the virus. Of course this is bad news for us citizens who live in Indonesia, especially we in the province of Aceh who still underestimate this pandemic.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, berselang empat pekan kemudian ada 3 ribu orang lebih terjangkit virus corona di Indonesia, dengan rasio kematian mencapai 10% ( 280 orang lebih) dan rasio kesembuhan masih lebih kecil dari resiko kematian yang disebabkan oleh virus tersebut. Tentu ini kabar buruk bagi kami warga yang menetap di Inonesia, terlebih kami di provinsi Aceh yang masih menyepelekan pandemic ini.

Over the last few weeks, I have pondered these early days again. I thought about how much time I stayed at home, often staring out the window to see my new world. Limited in my ability to communicate and move, my world has become smaller, because my new life cannot move freely or move outside my home as usual.

Selama beberapa minggu terakhir, ketika saya merenungkan hari-hari awal ini lagi. Saya berpikir tentang berapa banyak waktu, saya tinggal di rumah, sering menatap keluar jendela untuk melihat dunia baru saya. Terbatas dalam kemampuan saya untuk berkomunikasi dan bergerak, dunia saya menjadi semakin kecil, karena kehidupan baru saya tidak bisa bergerak bebas atau beraktivitas dliluar rumah seperti biasanya.

Night turns morning, please worry, just watching life outside the house from the window, tortures us all. But this must be done so that our safety and that of our families will be safe from an epidemic that will be disastrous throughout the World.

Malam berganti pagi, harap cemas, hanya menyaksikan kehidupan di luar rumah dari jendela, sangat menyiksa kita semua. Namun ini harus dilakukan agar keselamatan kita dan keluarga selamat dari wabah yang menjadi bencana di seluruh Dunia.

In this post I want to share the situation from my home window with the world, nothing special. I settled in a remote district, far from the noise of the city. However, my family and I are very traumatized by this virus, seeing news on television about the corona virus that has plagued developed countries, especially as Indonesia has far-lagged technology, of course very worrying. There is no reason to leave the house, I choose to stay at home for now.

Di postingan ini aku ingin berbagi situasi dari jendela rumahku kepada dunia, tidak ada yang istimewa. Aku menetap di sebuah distrik terpencil, jauh dari kebisingan kota. Meski demikian, aku dan keluarga kecilku sangat trauma terhadap virus ini, melihat berita di televisi tentang corona virus yang menjangkiti negara-negara maju, apalagi Indonesia memiliki tekhnologi yang jauh masih tertinggal, tentu saja sangat mengkhawatirkan. Tidak ada alasan untuk keluar rumah, aku memilih tetap di rumah saja untuk saat ini.

Since this pandemic entered Indonesia, I was only busy spending time with my family to stay at home, through the window, I could only see, clouds, plants, pets like chickens. The rest is nothing to be seen, but once I was able to enjoy this atmosphere with my family, rather than choosing to go out to the city to move as usual before this pandemic entered Indonesia.

Semenjak pandemic ini memasuki wilayah Indonesia, aku hanya disibukkan mengisi waktu bersama keluarga untuk tetap di rumah, melalui jendela, aku hanya bisa melihat, awan, tumbuhan, binatang peliharaan seperti Ayam. Selebihnya tidak ada yang terlihat, namun begitu aku masih bisa menikmati suasana ini bersama keluarga aku, ketimbang memilih keluar ke kota untuk beraktivitas seperti biasanya sebelum pandemic ini masuk ke Indonesia.

At present in the province of standby status covid-19, village officials are tasked with recording every citizen, there is no reason to leave the village, instead those who come from outside the area, both workers and migrants must undergo a quarantine period of 14 days in quarantine centers established in villages our village.

Saat ini di Provinsiku berstatus siaga covid-19, perangkat desa bertugas mendata setiap warga, tidak ada alasan meninggalkan kampung, sebaliknya mereka yang datang dari luar daerah, baik pekerja maupun perantau harus menjalani masa karantina selama 14 hari di pusat karantina yang dibentuk di desa-desa kami.

As you can see in my picture, from this window I share it with you all over the world, I hope you like the atmosphere in the village I live in. There is no pollution here, comfortable and far from noise, natural friends, and chickens outside the window.

Seperti yang kalian lihat pada gambar milikku, dari jendela ini aku membagikannya kepada kalian di seluruh dunia, semoga kalian menyukai suasana di desa aku tinggal. Tidak ada polusi disini, nyaman dan jauh dari kebisingan, berteman alam, dan ayam-ayam diluar jendela.

Hopefully this pandemic will soon pass and we can move like we used to, all the activity revives the atmosphere of our cities that are starting to die.

Semoga pandemic ini segera berlalu dan kita bisa beraktivitas seperti dulu lagi, semua ativitas kembali menghidupkan suasana kota-kota kami yang mulai mati.

20200404_173051.jpg

20200410_153448.jpg

20200410_153530.jpg

20200410_153807.jpg

20200410_153823.jpg

20200410_153941.jpg

20200410_154014.jpg

20200410_154317.jpg

20200410_154557.jpg

20200410_154849.jpg

20200410_155152.jpg

20200410_160002.jpg

IMG_4842.jpg

IMG_4857.jpg

IMG_4871.jpg

ALL PICT TAKEN WITH CANOM M100 AND SAMSUNG GALAXY J5 2016
THANKS FOR VISIT MY BLOG
Instagram,Facebook, Gurushot, Twitter, my channel youtube
BEST REGARDS
@my451r

pti62ve7x1.png

IMG-20180414-WA0028.jpg

Sort:  

Thank you for taking part in the View From My Window Photography Challenge.

The Steemit Team