Kopi, Lampu dan Percakapan di LUMOA

in WhereIN5 days ago

20251007_211057.jpg

20251007_211050.jpg

20251007_204933.jpg

20251007_204926.jpg

20251007_204918.jpg

Malam itu, angin kota Lhokseumawe berembus lembut, membawa aroma laut yang samar-samar terasa di udara. Lampu-lampu jalan berpendar tenang, seolah memberi isyarat pada siapa pun yang melangkah bahwa malam tak selalu tentang sunyi—kadang ia tentang kehangatan.

Saya berhenti di depan sebuah bangunan dengan tulisan mencolok: LUMOA. Kafe ini belum genap sebulan berdiri, tapi sudah menjadi buah bibir banyak orang. Dari kejauhan, pancaran lampunya seperti mengundang siapa pun untuk singgah. Setelah mengantar putri sulung saya, Nadya, melakukan pemeriksaan gigi di klinik, saya memutuskan mampir.

Begitu melangkah masuk, suasana hangat langsung menyapa. Musik lembut mengalun dari sudut ruangan, dan aroma kopi baru diseduh memenuhi udara. Beberapa meja terisi oleh anak muda yang bercengkerama, sementara di sisi lain tampak pasangan dan keluarga kecil menikmati malam.

Interiornya modern namun sederhana—dinding bersih, pencahayaan redup elegan, dan susunan kursi yang memberi ruang bagi percakapan tenang. Saya memilih duduk di dekat jendela, dari sana saya bisa melihat lalu lintas jalan yang mulai lengang.

Tak butuh waktu lama, seorang barista menyapa dengan senyum ramah, lalu menyajikan secangkir kopi hitam panas. Saya menyeruputnya perlahan, membiarkan hangatnya menyusup ke dalam tubuh yang lelah setelah seharian beraktivitas. Nadya duduk di hadapan saya, tampak lega setelah check up. Kami berbincang ringan—tentang sekolah, tentang rencana akhir pekan, dan tentang kafe baru ini yang menurutnya “estetik banget.”

Malam terus berjalan, dan LUMOA tak sepi. Satu per satu pengunjung datang, seakan tempat ini menjadi titik temu orang-orang yang mencari ketenangan dan kebersamaan. Dalam kesederhanaannya, kafe ini menyimpan pesona: ia bukan sekadar tempat ngopi, tapi tempat merajut momen kecil yang tak akan lekang dari ingatan.

Saat kami pulang, lampu kafe masih menyala terang. Dalam hati saya tahu—ini bukan kali terakhir kami singgah ke sana. LUMOA telah menjadi bagian kecil dari cerita malam kami di Lhokseumawe.

Sort:  

Congratulations!!
Your post has been upvoted through steemcurator06. We encourage you to publish creative and quality content.
Curated By:
image.png