Belajar Arti dan Makna Kata – Penutup

in #writing7 years ago (edited)

Ada banyak cara untuk belajar menulis dan membaca, semuanya sangat baik dipelajari dengan tekun untuk mendapatkan hasil yang berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Tidak ada yang tidak mungkin bila memang kita berniat sungguh-sungguh, tekun, dan sabar serta terus konsisten. Menghabiskan waktu untuk sesuatu yang benar berguna dan bermanfaat, seperti belajar, tentunya adalah perbuatan yang sangat mulia sebagai rasa hormat atas segala anugerah dan rahmat yang sudah diberikan olehNya.

di antara.jpg

Setelah menghadiri acara peluncuran buku antologi puisi alit “Kitab Radja – Ratoe Alit” yang ditulis oleh 50 penyair Indonesia beberapa tahun lalu, saya menulis sebuah catatan yang dipublikasikan di Kompas.com. Di acara tersebut, hadir juga seorang dokter sekaligus sastrawan yang masuk ke dalam kelompok angkatan ’80 yaitu Handrawan Nadesul. Beliau bercerita bahwa sedari dulu, pujangga bukanlah sekedar pujangga.

“Pujangga adalah seorang penasehat bagi raja. Tidak mudah untuk bisa mendapatkan gelar dan predikat pujangga karena setiap kata yang diuraikannya selalu menjadi penting bagi kehidupan dan masa depan rakyatnya sendiri. Oleh karena itu, puisi pun tidak bisa sekedar “hanya” berpuisi dan sudah sepatutnya puisi yang benar puisi itu dihargai dan diapresiasiSumber: https://radiobuku.com/2011/10/puisi-yang-bukan-sekedar-puisi/)

Ini bukan sekedar lelucon tanpa bukti, sebab sejarah mengukir peranan seniman puisi Indonesia dalam perjuangan dan perubahan. Walaupun tidak menggunakan senjata dan pedang, tanpa pula harus kelihatan sangar dan jagoan, tetapi pemikiran kritis mereka yang tertuang di dalam untaian kata mampu menghunus tajam ke dalam kalbu sekaligus memberikan semangat untuk terus maju. Sebab kata itu sendiri bukanlah sekedar kata, kata adalah pemikiran, pola pikir, cara berpikir. Belajar bahasa dan memahami arti dan makna kata bukanlah juga untuk kemudian menjadi seorang ahli bahasa ataupun pujangga yang hebat, tetapi untuk membantu meningkatkan kualitas daya baca dan bahasa yang bisa dibilang masih sangat rendah di negeri ini.

Kita bisa mengajarkan orang membaca dan menulis, tetapi tanpa peningkatan kualitas daya baca dan bahasa, maka tidak akan ada perubahan yang begitu berarti dan bermanfaat bagi perubahan. Percuma saja semua bacaan itu, karena tidak dapat ditangkap, dipelajari, dimengerti, dan dimaknai dengan baik. Tulisan manusia saja masih sering disalahartikan dan tidak dipahami dengan baik, bagaimana mampu untuk mengerti dan paham dengan baik apa yang sudah diberikan oleh Allah lewat kitab suci?! Inilah yang berbahaya sekali, karena semakin kita tidak paham dan tidak mengerti, maka semakin mudah pembodohan dan penghancuran itu terjadi. Damai dan persatuan itu tidak akan pernah tercapai, karena memang pola pikir, cara berpikir, dan cara untuk menyelesaikan masalah itu pun tidak berkembang, hanya seputar situ-situ saja. Bahasa yang digunakan pun tidak dimengerti dan dipahami, apalagi digunakan dengan baik. Kondisi seperti ini sesungguhnya adalah cermin bagaimana kondisi diri kita, kondisi sosial, psikologi, dan politik negeri kita sendiri.

Lihatlah bagaimana mudahnya kita “ditipu” oleh permainan kata, apalagi dalam permainan politik. Diberikan berita hoax saja bisa langsung geger dan percaya, tidak bisa melihat dengan jelas pola dari kata yang dituliskan, sehingga tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah lagi. Rendahnya daya baca dan bahasa juga menunjukkan kondisi masyarakat yang labil, dan ini dibuktikan dengan penggunaan kata yang “asal”. Asal gaul, asal bisa dimengerti, asal keren, asal enak, dan lain sebagainya tanpa mengindahkan apa yang sesungguhnya telah terjadi, yang ditunjukkan, dan pengrusakan apa yang sedang dilakukan. Tentunya ini sangat membuat hati saya teriris, begitu memprihatinkan sekali.

Banyak yang tidak paham juga bahwa matematika dan rumus itu sebenarnya adalah bahasa yang menggunakan simbol. Tidak akan ada matematika dan rumus-rumus itu bila tidak ada kata sebelumnya, sehingga tidak bisa dianggap bahwa matematika dan semua rumus-rumus itu lebih penting daripada bahasa. Tidak ada artinya juga bila hanya bisa menghafal rumus, bila tidak paham arti dan makna sesungguhnya, tidak akan membuat kita lebih pintar. Jika saja mau diperhatikan, para penulis dan pemikir yang hebat sebenarnya memiliki nalar dan logika yang luar biasa, dan mahir berhadapan dengan urusan matematika dan rumus-rumus. Begitu juga sebaliknya, para ahli matematika dan sains yang hebat itu pun sangat pintar dan pandai dalam berbahasa. Banyak sekali buku-buku hebat ditulis oleh jagoan matematika, saintis, filsuf, dan lain sebagainya, yang menunjukkan dengan jelas bahwa bahasa itu sangat penting.

Oleh karena itu, aneh juga bila kemudian bahasa dianggap tidak penting dan bahkan disepelekan. Mereka yang belajar bahasa dianggap tidak lebih pintar dibandingkan dengan yang belajar matematika dan sains. Mereka yang menulis dan berkarya juga disepelekan dan bahkan dihina, bahkan dianggap sebagai pengangguran yang tidak memiliki kejelasan masa depan. Lebih kacaunya lagi, saya bingung bila perilaku mereka yang sudah merasa “hebat dan mahir” dalam menulis dan berbahasa, tetapi masih memperlakukan orang seperti para birokrat, di mana senioritas berlaku dan melarang kemerdekaan berkarya dalam bahasa dan apapun hanya karena berbeda, asli, saya masih tidak paham. Sebenarnya benar paham atau tidak setiap kata yang diuraikannya?! Walaupun indah dan nampak hebat serta dipuja-puji, tetapi kata itu tidak bisa berdusta dan perilaku membuktikannya. Adab dan kemanusiaan itu adalah pola pikir dan cara berpikir yang menghasilkan kata dan bahasa. Pujangga bukanlah pujangga bila hanya bisa merusak dan menghancurkan serta membodohi.

Sering saya berpikir, apakah tidak ada keinginan untuk mendapatkan kehidupan dan masa depan yang lebih baik?! Mengejar upvote dan reward saja tidak bisa memberikan perubahan, selain dalam bentuk tambahan finansial, tetapi banyak hal yang sebenarnya lebih penting dari semua itu jika benar ingin berubah mmendapatkan kehidupan dan masa depan yang lebih baik. Toh, tidak perlu ruwet-ruwet ke sana ke mari, cukup dengan belajar paham dan mengerti arti serta makna kata dengan sungguh-sungguh maka kita sudah berperan banyak bagi semua itu.

Bersyukur kita semua bisa mendapatkan wadah seperti Steemit ini. Di sini kita bisa banyak belajar dan tentunya sangat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, apalagi jika kita bisa mengerti dan memahaminya dengan utuh dan baik. Kita tidak perlu keluar biaya untuk belajar dan beruntung sekali bila diberikan upvote dan reward. Di mana ada tempat kita bisa belajar gratis dan dibayar pula?! Jadi ya, syukuri sajalah dulu semua ini. Semakin kita bersyukur, semakin juga kita tenang dan damai, dan semakin banyak pula ilmu yang bisa kita dapatkan. Oleh karena itu, ayolah jika memang benar ingin maju, berubah menuju masa depan dan kehidupan yang lebih baik, benar juga ingin belajar, lakukanlah segala sesuatunya dengan tulus dan ikhlas, sabar, tekun, dan konsisten. Jangan separuh-separuh, kalahkan semua sisi negatif dari dalam diri kita sendiri dan menangkanlah diri kita. Semangat!!!

Beruntunglah Manusia Yang Bisa Berkarya dan Menulis
Trik Memperbanyak dan Menguasai Kosa Kata Bahasa Asing Dengan Cepat
Belajar Arti dan Makna Kata – Pendahuluan
Belajar Arti dan Makna Kata – Tekstual, Kontekstual, Tersurat, Tersirat
Belajar Arti dan Makna Kata – Melihat Dari Segala Sudut Pandang
Belajar Arti dan Makna Kata – “Saya” dan “Aku”

Semoga berguna dan bermanfaat!

Bandung, 6 Maret 2018

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

Sort:  

Tulisan yang ringan dan renyah untuk dibaca. Selalu ada ilmu baru yang bisa diserap dari tulisan kak Mariska.

Kuncinya tulus dan ikhlas, sabar, tekun, dan konsisten. Sukses terus kak. Jabat erat. 🤝

Coba kalo saya deket dari bandung saya mau belajar langsung sama senior kakak @mariska.lubis tentang bagaimana membuat sebuah artikel yang baik dan benar baik penggunaan kata dan lain sebagainya.

Insya Allah selalu berguna. Ketika Tulisan menjadi pencerahan.

Sangat berguna dan bermanfaat Mbak @mariska.lubis. Saya yakin siapapun yang mengikuti postingan mbak terkait kiat menulis ini dari awal sampai habis pasti sudah bisa menulis sebaik-baiknya.. 😊

Kata-kata adalah senjata, kan Kak @mariska.lubis? Hehehe. Saya menggarisbawahi soal kurangnya minat baca di negara kita, juga terkait soal hoax yang ditelan mentah-mentah. Ini sebab kita kurangnya minat baca, tapi minat berkomentar yang terus meningkat. Mungkin, menulis tanpa membaca itu seperti mengajar tanpa belajar ya Kak. Bener enggak sih kak? Hehehe.

Kata-kata adalah pertahanan juga, Jepang, Perancis dan banyak negara berhasil mempertahankan kehormatan negaranya lewat bahasa, karena mereka sadar penuh pentingnya bahasa untuk mencapai tujuan. China juga melakukan revolusi besar-besaran lewat budaya yang diawali dengan bahasa... karena itu, membaca dan menulis itu penting, apalagi benar paham dan mengerti arti serta makna kata untuk meningkatkan daya baca dan bahasa.

Benar Kak @mariska.lubis. Permainan kata-kata ala negara besar itu sering disebut juga dengan propaganda. Perang kata-kata adalah pembuka dari perang sesungguhnya.

Tulisan mbak @mariska.lubis selalu menyejukkan hati, inilah mbak mariska keren abis.

Amin, semoga berguna dan bermanfaat...

Bila kita sudah mengerti dan paham betapa nikmatnya belajar. Sampai tua pun kita tak akan pernah berhenti untuk belajar.
Saya masih ingin belajar sama Teh @mariska.lubis. Masih banyak pertanyaan yang ingin saya tanyakan. Mungkin nanti saya WA saja
Hehehe

ayo silahkan saja, ditunggu pertanyaannya hehehe...

saya suka kata-kata ini mbak @mariska.lubis:

Mengejar upvote dan reward saja tidak bisa memberikan perubahan, selain dalam bentuk tambahan finansial, tetapi banyak hal yang sebenarnya lebih penting dari semua itu.

Di luar soal berbahasa, kalimat ini sangat menohok kesadaran kita. Kalimat ini berlaku universal. Kita sering lupa bertanya: apa sih yang kita kejar dalam hidup ini?

Dalam konteks berbahasa, kita hanya cukup puas dengan keterampilan (berbahasa) yang kita dapat secara alamiah. Benar, tak jarang bahasa tidak penting. Ada asumsi bahwa tanpa dipelajari pun bahasa akan bisa dengan sendirinya. Sungguh ini kekacauan berpikir yang tiada taranya. Akibatnya jurusan bahasa di SMA sepi peminatnya. Anak-anak (itu sebenarnya refleksi sikap orang tua) lebih merasa gengsinya naik dengan memilih kelas IPA.

saya kira peran pemerintah dalam mempromosikan bahasa digenjot habis. Sehingga ada kebanggaan bagi anak-anak muda untuk sungguh-sungguh belajar bahasa Indonesia. Harus ada sebuah kesadaran bahwa bahasa bukan saja alat menyampaikan gagasan, pengertian dan pesan. Tapi bahasa adalah inti dari peradaban.

100 persen setuju dengan bang @musismail!

Mbak @mariska.lubis ternyata filosofis juga. Bisa jadi motivator nih. Top deh. :)

Salam Steemit


saya cuma penikmat filsafat yang kebetulan sempat sekolah filsafat sains aja kok... hehehe...