"pantaskah kita untuk menawar" ("do we deserve to bargain")

in #writing7 years ago

pedagang-tua.jpeg

Entah bagaimana hati para pembeli

Seorang ibu-ibu kaya berbelanja,
langkah kakinya terhenti di depan nenek penjual sayur sederhana.
"Berapa harga satu ikat kangkung?.."
nenek penjual kangkung menjawab:
"Seribu Rupiah.. saja nak...!".
Si ibu kaya itu lalu berkata:
"3 ikat = Dua Ribu Rupiah Ya nek...?".
"Wah, nggak dapat nak..". Jawab si nenek penjual kangkung.
"Ya udah, kalau gitu saya nggak jadi beli". jawab si pembeli
Dengan wajah memelas, akhirnya si nenek penjual kangkung itu berkata:
"Ya sudahlah nak... Ambillah..!".
Si ibu kaya itu membeli dengan perasaan menang. Ia sangat bahagia


Di lain waktu, ibu kaya itu makan di sebuah restoran mewah bersama keluarganya. Setelah selesai makan ia minta kwitansi pembayaran. Di sana tertulis 415 ribu.

si Ibu kaya itu mengeluarkan lembaran 100 ribu sebanyak 5 lembar, kemudian memberikannya kepada pelayan restoran yang membawa kwitansi, lalu ia berpesan:

"Kembaliannya ambil saja.. anggap sebagai uang tips!".
Hal seperti ini sering terjadi dalam masyarakat. Banyak manusia yang merasa hebat ketika bisa menekan orang lemah, tapi melunak dan segan kepada orang yang memang sudah berpenghasilan besar juga.

tidakkah kita berfikir apa pantaskah kita menindas para penjual sayur biasa di pajak,
hanya demi kepuasan bathin kita sesaat, meraka hanya mencari rejeki untuk bertahan hidup,