Wah, bertolak belakang nih Prof @syamsulrijal7 dengan konsep pengajaran saya. Kepada murid-murid saya di FAMe selalu saya tekankan bahwa menulis itu bukanlah bakat. Tapi dia adalah ikhtiar yang menerus-menerus dilatih untuk bisa menghasilkan karya disertai apresiasi.
Kalaulah menulis itu bakat, maka saya khawatir murid-murid saya di FAMe akan kendur semangatnya untuk berlatih menulis karena fakta yang mereka dapati adalah ayah bundanya maupun kakek neneknya tak mewariskan kepada mereka bakat menulis. Itu sebab, FAMe fokus mengajarkan smart writing dan public speaking kepada pesertanya yang memang tak berbakat untuk menulis dan berorasi.
Dengan serius berlatih, orang yang tak berbakat pun bakal bisa menulis. Itulah khasnya FAMe.
Hahahhaahaha
Di FAMe sedang kita bangun satu paradigma bahwa,
Kalau menulis merupakan bakat. Maka kami Penyuluh Agama dan Para Medis takkan bisa menulis. Sebab bakat kami beda. Hehe.
@yarmen-dinamika ....tidak semestinya bertolak belakang .... semua ada sisi yang dapat dimaknai ... berbakat itu sarat makna .. karena ia sebagai kemampuan dasar seseorang belajar dalam waktu relatif singkat dibandingkan lainnya dengan hasil yang lebih baik. Benar adanya bakat itu potensi bawaan sejak seseorang lahir yang ketika mendapat sentuhan pelatihan ia akan lebih cepat sukses.
Contoh seorang yang berbakat menjadi guru akan lebih cepat memaknai dirinya sebagai guru ketimbang seseorang yang tidak berbakat sama sekali. Meunan hai aduen @abu.teuming oleh karena itu menulis tidak sebatas dengan pelatihan dan akan lebih cepat menjadi penulis jika disertai dengan bakat ...