You are viewing a single comment's thread from:

RE: Pendekatan Sains vs Agama, Manakah yang Lebih Manjur Mengobati Gangguan Mental?

in Steem SEA2 years ago

Topik yang menarik. Tapi di jaman sekarang ini semua ilmu dan pengetahuan yang jaman dahulu masih berdasarkan kepercayaan mistik atau ghoib, sudah bisa di jelas kan berdasarkan science penelitian. Jadi untuk semua hal yang kita pahami bedasarkan ilmu agama dan sains masih menjadi perdebatan, karena pemahaman umat manusia belum sampai kearah sana, jadi hanya bisa menggambarkan dengan perumpamaan saja dan itu bukan yang di maksud.

Contoh kecilnya mengenai pemahaman Syurga dan neraka, malaikat dan iblis, jin dan lain sebagainya. Semua pemahaman yang di ajarkan adalah bukan itu yang di maksud, jadi di pakai kata perumpamaan sesuai ilmu pengetahuan orang-orang di jaman itu dan budaya yang ada di bangsa-bangsa tersebut. Tapi bukan itu yang di maksud.

Tapi Alhamdulillah jaman sekarang sudah mulai banyak orang-orang yang tercerahkan dan sudah banyak orang yang mulai paham bahwa inti dari semua yang di ajarkan dari religius dan hasil penelitian science adalah spiritual dan titik 0 dari jiwa yang tercerahkan. Dan itu sudah di ajarkan oleh nenek moyang bangsa kita sejak ribuan tahun yang lalu. Intinya jika itu sudah tercapai, seluruh umat manusia akan damai dan saling mencintai satu sama lainnya.

Jadi yang lebih manjur mengobati gangguan mental adalah ajaran spiritual yang bisa membawa ketenangan lahir dan batin. Dan science sudah menemukan cara tercepat mencapai titik 0 ketenangan jiwa melalui peningkatan vibrasi hati dan pikiran, seperti meditasi dengan gelombang suara theta atau alpha.

Intinya jika kita semua sudah mengetahui tujuan sejati dari ajaran agama, dunia ini pasti damai dan penuh cinta. Tapi kenyataan nya banyak pertumpahan darah dan kerusakan yang mengatasnamakan agama atau golongan kita yang paling benar dan suci.

Sort:  
 2 years ago 

Terima kasih insightnya yang sangat mencerahkan. Tapi saya masih bingung, apakah beberapa aktivitas, misalnya meditasi atau shalat, keduanya dapat dikatakan bagian dari spiritualism? Mengingat keduanya dapat memberikan ketenangan lahir dan batin. Atau mungkin kegiatan seperti shalat dan berdo'a itu dipisahkan dari spiritualisme itu sendiri, mengingat di dalamnya ada unsur ketuhanan. Mohon pencerahannya.

Kalau mau jujur berdasarkan nurani dan hasil obeservasi teman-teman atau saudara-saudara di sekitar kita, esensi dari do'a dan atau sholat bukan lagi menjadi alat mencapai spiritualime. Melainkan hanya ritual rutinitas saja, dan takut akan dosa. Meskipun awal di perintahkannya untuk sholat dan atau berdoa itu untuk mengenal Tuhan dalam arti spiritual tingkat tinggi.

Untuk mencapai tingkat spiritual yang sesungguhnya, kita harus mengalaminya sendiri. Bukan berdasarkan asumsi dari katanya. Orang-orang yang tercerahkan seperti Nabi-nabi, orang-orang suci yang jaman dahulu di sakralkan, mereka biasa meditasi/semedi/tafakur dalam keheningan (titik nol). Dalam agama Islam, sholat itu adalah sarana/alat menuju titik nol keheningan. Tapi kenyataannya, orang-orang yang rajin ibadah belum tentu hatinya baik dan saling mencintai serta saling memaafkan. Yang ada selalu menebar kebencian antara orang-orang /kelompok yang beda keyakinan. Mengapa demikian? Karena pemahaman tentang Tuhan menurut mereka adalah subyek yang ada di atas langit. Sejatinya esensi Tuhan Yang Maha Esa itu tidak bisa di capai oleh akal pikiran manusia. Karena sesungguhnya Tuhan lebih dekat dari urat nadi manusia.

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata,”Rasulullah SAW bersabda,’ Sesungguhnya Allah berkata: "Aku sesuai prasangka hambaku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku" (HR Muslim)


Intinya ya itu.... Kita harus mencapai titik nol dalam keheningan, baru bisa tahu siapa Aku dan apa tujuanKu terlahir di dunia ini? Dan kemana roh Aku, setelah jasadku hancur? Benarkan cerita tentang Syurga Dan Neraka itu? Hanya orang-orang yang tercerahkan yang tahu dan mengalaminya sendiri dari fenomena-fenomena itu. Mereka bukan katanya, tapi mengalaminya langsung.

Karena apa yang kita lihat, kita alami dan kita rasakan di saat ini adalah hasil kreasi dari rekaman di otak kita dari sejak kita bayi. Contoh kecilnya mengenai pemahaman nyata dari keberadaan makhlus halus. Di Indonesia yang sejak kecil di jejali oleh cerita-cerita hantu, hanya mengenal pocong, kuntilanak, genderuwo, jin, tuyul dll, banyak yang mengaku pernah melihat makhluk-makhluk tersebut. Tapi anehnya di belahan dunia yang lainnya, hantu-hantu yang ada di Indonesia tidak ada dan tidak pernah ada yang melihat. Mereka hanya tahu zombie, vampire sesuai rekaman cerita-cerita yang mereka dapatkan saat kecil. Seharusnya kalau makhluk halus itu real ada, di seluruh dunia pasti sama dalam bentuk dan istilahnya. Sama halnya tentang pemahaman malaikat, Ketuhanan, syurga, neraka, takdir, hidup dan kematian yang di ajarkan di masing-masing ajaran agama.

Udah kayak skripsi ini 😂😂😂😁.

 2 years ago 

Sudah saya simpan komenannya di catatan pribadi:D

I have no idea mau balas apa, ini isinya "daging semua". Saya juga sedang nonton beberapa video dari neuroscientis soal spiritualisme ini, tentang bagaimana "otak spiritual" itu bekerja, dan bagaimana mekanismenya. Nanti, kalau sudah lebih paham, saya update lagi, yaa. Biar diskusinya jalan dua arah.

Terima kasih om @alhasan atas ilmunya.

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.11
JST 0.030
BTC 69000.61
ETH 3825.74
USDT 1.00
SBD 3.48